Kamis, Maret 28, 2024
HomeDaily LifeBerbaur dengan Anak PAUD

Berbaur dengan Anak PAUD

on

Apasih yang terlintas dibenak kalian pada saat mendengar kata “PAUD”? Sekumpulan anak-anak kecil yang lucu? Perosotannya? Atau gimana? Gue sendiri jika mendengar kata PAUD, yang kebayang adalah gurunya. Yups, gurunya (sengaja banget diulang-ulang biar lebih panjang ngoahahaha).

Gini lho, meski sebatas PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini, guru yang mengajar di PAUD tuh nggak kalah hebat, lho, dengan guru yang mengajar di tingkat SD, SMP dan SMA. Buat gue pribadi, malah guru yang mengajar di PAUD lebih hebat dari ketiga tingkatan yang gue sebutin barusan. Tau kenapa gue menganggap guru PAUD lebih hebat? Alasannya simple, karena guru PAUD tuh punya kesabaran yang luar biasa.

Bisa dibayangin gitu kan, pada saat mengajar, salah satu anak didiknya ada yang nangis gara-gara digangguin temannya. Trus yang lain ada yang teriak-teriak. Ada yang naik ke atas meja. Ada juga yang naik ke atas kursi dan macam-macam. Namanya anak kecil, wajar lah ya. Belum tahu yang namanya malu, belum tahu mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi baru awal-awal masuk. Duh, ngaturnya pasti sulit banget, deh.

Pada bulan April dan Mei gue sama temen-temen berkesempatan buat mengajar di salah satu PAUD yang ada di Jakarta. Setelah survey sana-sini, dari sekian banyak PAUD yang tersebar di seluruh Jakarta, pilihan kami jatuh pada salah satu PAUD yang ada di komplek DPR, Jakarta Barat.

Selain karena lokasinya deket sama kampus, akses menuju ke sana terbilang gampang dan nggak memakan banyak biaya. Sementara itu, temen gue dari jurusan yang berbeda, kebagian ngajar di Serpong sana. Anjis! Jauh banget!, reaksi gue ketika mendengar langsung dari dia. Sebetulnya nggak ada larangan yang mengatakan bahwa mengajarnya harus di Jakarta. Kami dibebasin buat menentukan sendiri ingin mengajar di mana. Selama itu masih dalam wilayah Jabodetabek.

Tanggal 18 April adalah hari pertama kami mengajar. Bisa dibilang itu adalah kali pertama gue menginjakkan kaki di PAUD setelah sekian lamanya. Terakhir kali gue ke PAUD itu pas ngejemput si adik. Itu pun sudah delapan tahun lamanya.

Di tempat kami mengajar kelasnya terbagi jadi 3 yang terdiri dari PAUD, TK A dan TK B. Gue sama Hafizh kebagian mengajar di PAUD. TK A diajar oleh Wendy, Jeff dan Nathan. Dan TK B diajar oleh Aldo, Ahong dan Joe. Karena nggak tahu mau ngajar apa, akhirnya gue dengan Hafizh mengikuti pola mengajar yang ada di sana. Yaitu mengajar Bahasa inggris karena hari itu adalah hari Selasa. Hebat, kecil-kecil udah diajarin Bahasa Inggris, batin gue.

Zaman gue dulu, anak PAUD nggak diajarin Bahasa Inggris sama sekali. Paling-paling nyanyi sama mewarnai. Sementara Bahasa Inggris baru diajarkan pas udah masuk TK B. Mungkin karena mengikuti perkembangan zaman kali ya, makanya anak PAUD udah diajarin Bahasa Inggris.

Gue dengan Hafizh sempat kewalahan mengajar anak-anak. Tiap sebentar ada aja yang keluar kelas. Tiap sebentar ada aja yang nangis. Riweuh, euy. Tapi disitulah letak keseruannya. Hal yang sama juga dirasakan dengan temen-temen gue yang mengajar di TK B. Malah, katanya sampe ada yang angkat-angkat bangku. Buset, dah. Sementara yang di TK A nggak begitu kewalahan karena anak-anaknya nggak begitu susah untuk diatur.

Hari-hari berikutnya kami memakai sistem undian untuk menentukan kelas yang akan diajar. Dan, lagi-lagi gue kebagian mengajar di PAUD. “Sepertinya lu emang ditakdirkan untuk berbaur dengan anak PAUD, Za.” Kata temen gue. Meski begitu, gue punya kesempatan buat mengajar di TK B. Dan itu hanya terjadi sekali. Sisanya gue lebih mengajar di PAUD karena hasil undian mengatakan bahwa gue cocoknya di PAUD.

Seiring berjalannya waktu, kesabaran gue mulai terlatih. Yang awalnya kewalahan karena sulit mengatur supaya anak-anaknya mau nurut, sekarang lebih bisa mengatur suasana kelas dan anak-anaknya supaya mau penurut. Dengan diberi hadiah permen jika berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Ngoahahaa.

Dan, ini dia foto-foto pada saat kami mengajar di PAUD:

Ahong, Nathan dan Aldo sedang mengajar anak di TK A
doc. pribadi
Dari kiri ke kanan (Wendi, Gue, Jeff) sedang belajar sambil bermain dengan anak-anak TK B
doc. pribadi
Sedang menyamar diantara anak-anak PAUD
doc. pribadi

Yah, pada intinya, semua guru tuh sama hebatnya. Nggak ada guru yang nggak hebat. Kalau bukan karena ajaran dari guru, mungkin sampai saat ini gue nggak bisa baca, tulis. Hehehe

Oh ya, kegiatan mengajar di PAUD ini dalam rangka memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Character Building: Pancasila. Yang mana kami diharuskan terjun ke masyarakat untuk mengabdi. Ikut bekerja sehingga menghasilkan nilai guna. Biasanya sih di tiap-tiap kampus punya mata kuliah semacam ini. Sekarang masih nggak, ya? Kalau di kampus kalian, nama mata kuliah apa, nih?

 

STAY CONNECTED

Facebook || Google+ || Instagram || Twitter ||

e-mail: [email protected]

Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

12 KOMENTAR

  1. Keliatan banget tuh murid laki-laki pasti suka kesana kemari haha. Setuju sih kalo guru PAUD itu lebih hebat, jelas kesabaran nya di uji banget, ya kita kan sering liat tuh di bertia, tentang penganiayaan di pendidikan usia dini, bener-bener harus bisa kontrol emosi, banyakin sabar, lewat dikit pasti langsung khilaf

  2. Setujuuu bgttt duh. Gue juga pernah punya pengalaman ngajar za. Sebenarnya lebuh susah ngajar anak SD yang jelas 4/5 tau di banding anak Paud itu sendiri. Ini menurut gue yah. Tpi semangat zaaaa ngajarnya. Dan btw itu paud di dkt rumah gue itu. Dan lo pasti anak binus yah? Hehehe salam kenal za

    Silahkan mampit ke blog gue sedikit cerita pas gue ngajar semoga bermanfaat yah dan bisa sharing juga hehehe.
    https://xasemele.blogspot.co.id/2016/12/asemele-jadi-guru-hah-part-1.html?m=1

    • Waduh.. gue nggak pernah ngajar anak SD. Makanya belum tahu gimana susahnya.. hehehe
      Hee… Seriously, Wi? Iyaap, hahahha. Okee, salam kenal juga, Wi! :)
      Okee. meluncur :)

  3. Loh, lu ngajar sampe kapan dah? Gue kadang kalo lagi maen ke warkop pas gak ada freelance, suka mampir ke taman cari jajanan. Ini yang depan masjid itu, kan?

    Mending lu TK udeh diajarin bahasa Inggris. Gue ngerasain diajar pertama kali itu di sekolah pas kelas 3 SD. Beda generasi dan gue kelihatan tua banget anjir. :)

    Kampus gue dulu mana ada mengabdi-mengabdi gini. Wakakak. Kelas karyawan mah gitu. Binus emang kece banget deh, Za! Kadang harga emang gak bohong. :D

    • Sekarang udah selesai, Bang. Terakhir tanggal 18 kemaren. Iyaa, yang depan masjid itu. Kok tau?
      Yee.. beda generasi kali ya, bang. Hahaha
      Loh, iya. Kan kelas karyawan maleman. Mana bisa mengabdi XD

  4. Memang jadi guru PAUD buat yang gak biasa ngajar bocah adalah uji nyali tertinggi haha,
    dikampus gue juga ada namanya pancasila, tapi sayangnya cuman berbasis materi aja gak terjun bebas ke masyrakat begini..
    betewe gue sampe gak bisa bedain mana anak paud mana elu loh hahahahaha..

  5. Wah pasti pengalaman yang seru ya mas. Karena saya aja nganter anak saya ke paud pertama kali juga direpotkan dengan lari sana-sini. Tapi kalo boleh tau, menurut mas Reza Adrian sebetulnya berapa sih idealnya anak mulai mengenal pendidikan formal?

  6. hebat juga pemuda2 bisa gajar anak Paud hahaha jadi inget pas ngajar anak TK jg bwt matkul apa y lupa pokoknya emang harus terjun uceet deh ga kuat anak2nya susah bet diatur suru warnain malah pada makan bekel tp emang seru tantangan banget

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca