Jumat, Maret 29, 2024

Maaf

on

Ada hal yang lebih penting dari sekedar mengucapkan kata maaf pada orang yang percaya sama kita. Yaitu minta maaf pada diri sendiri. Sejujurnya sudah lama aku menyakiti dan mengkhianati perasaanku sendiri. Memaksa untuk bertahan diposisi yang tidak semua orang inginkan. Ya, aku sudah terlalu lama memaksakan diri untuk bertahan di posisi yang tidak mengenakkan ini. Lalu ujung-ujungnya sakit yang kurasa.

Sudah tiga bulan lamanya aku bertahan. Bulan ini jadi bulan yang keempat. Awalnya aku terlalu percaya diri. Rasa percaya diri yang tingginya selangit itu membawaku pada ketakaburan. Ketakuburan membawaku pada rasa sakit yang teramat sakit. Yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan di farmasi. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan luka ini. Selain itu, juga tak ada satu pasang mata pun yang bisa melihat luka ini. Sebab luka ini tidak berwujud. Bentuknya pun tidak ada yang tahu, termasuk si pemilik luka itu sendiri.

Aku pernah ingin pergi dari rasa ini. Pergi dan mencicipi rasa-rasa lain yang ada di luar sana. Siapa tahu salah satunya ada yang cocok. Tapi jujur saja, aku tidak bisa. Aku masih saja bertahan. Sementara hati memohon dan meraung-raung ingin pergi dari posisi yang tidak mengenakkan ini. Seperti yang kamu tahu, aku tetap memilih kamu dan bertahan di sini. Aku tidak tahu apakah aku ini memang betul-betul bodoh atau memang sudah gila. Orang gila kan tidak kenal sama rasa sakit. Lihat saja, apakah orang gila pernah diserang diare ketika dia memakan-makanan kotor yang dia pungut dari tempat sampah? Ya, kalau itu aku tidak tahu dan tak pernah mau tahu. Tanyakan saja pada orang gila yang kau temui di jalan, apakah dia pernah terserang diare atau masuk angin karena sering bertelanjang dada? Lalu sebenarnya aku ini bodoh atau memang gila? Entahlah, aku tidak tahu. Aku bahkan tidak mengenal diriku sendiri.

Berkali-kali aku ingin berterus terang. Barangkali dengan cara ini rasa sakit yang kurasa bisa sedikit teratasi. Aku harap begitu. Tapi aku tidak pernah bisa untuk berterus terang. Tiap kali aku ingin berterus terang, mata dan bibirmu selalu mampu menghipnotisku. Ingatanku melebur bersama dengan senyum dan warna dari sorot matamu. Mata dan bibirmu selalu bisa membuatku lupa akan beban berat yang sedang kupikul. Mengapa kita tidak bersama saja? Dengan begitukan kita bisa saling support dan melewati berbagai rintangan hidup bersama.

Baca Juga: Globalicious

Beberapa kali kucoba untuk menatap sorot matamu sebagai orang lain. Sebagai orang lain yang biasa aku temui di stasiun kereta. Seperti yang kamu tahu, aku tidak pernah bisa melakukannya. Senyumu selalu membuatku lupa bahwa ada misi yang harus aku jalani: misi mengobati hati dari sakit yang disebabkan oleh kamu. Kamu yang tidak pernah ingin tahu tentangku. Kamu yang tidak tahu tentang perasaanku padamu.

Pernah terpikirkan olehku untuk pergi meninggalkan kota ini. Atau lebih baik lagi, meninggalkan dunia ini supaya aku tidak lagi merasakan yang namanya sakit. Ya, memang sebaiknya aku pergi saja dari dunia ini. Sebab dengan meninggalkan kota ini masih akan membawaku pada rasa sakit lantaran aku selalu teringat dan terbayang oleh wajahmu ke manapun aku pergi.

Tapi tidak. Aku tidak ingin pergi dari dunia ini. Setidaknya aku masih ada papa, mama, adik, sanak saudara, teman-teman, sahabat dan seorang wanita yang akan menjadi masa depanku nanti (aku tidak tahu dia siapa, karena sampai saat ini aku belum berjumpa dengannya). Mereka pasti tidak menginginkanku pergi. Aku percaya, saat ini mereka sedang memikirkanku. Dan untuk dia yang menjadi penyebab rasa sakitku, pasti saat ini dia tidak tahu bahwa ada yang sakit karena dia. Atau memang dia tidak pernah ingin tahu? Entahlah. Itu bukan urusanku.

Jika nanti keberanianku sudah ada, aku ingin berteriak di tengah riuhnya kota Jakarta supaya kamu mendengar suaraku. Aku tidak ingin berlama-lama, kamu hanya perlu duduk pada kursi di coffee shop itu dan biarkan aku menyelesaikannya dengan membisikkan sebuah kata ke telingamu. Kata maaf. Selanjutnya terserah kamu. Ingin bertahan sambil mendengarkan penjelasanku dan kita sama-sama mengoreksi diri masing-masing atau memilih pergi dan menangis di tengah senja yang akan membawamu pada kesedihan yang mendalam karena rasa penyesalan. Atau malah sebaliknya: aku yang menangis karena menyesal selama ini tidak mampu berterus terang sementara kamu menungguku untuk mengatakan apa yang seharusnya seorang laki-laki katakan ketika dia memiliki rasa yang mendalam pada seorang wanita yang membuatnya terus terjaga siang dan malam.

kepada-kamu
Kamu.

Untuk saat ini aku hanya bisa mengucapkan kata maaf. Maaf karena aku tidak bisa lagi menyukai, menganggumimu seperti yang dulu-dulu aku lakukan. Maaf juga karena selama ini aku tidak berani menunjukkan kesukaanku padamu. Aku lebih suka begini: menyukaimu dalam diam tanpa ada seorangpun yang tahu. Kalau aku beruntung, kamu akan membalas dengan rasa yang sama. Barangkali Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadaku. Maafkan aku. Maafkan atas segala perbuatanku yang sudah terlalu dalam menyukaimu. Aku harap kelak kamu akan menemukan sosok pria yang akan mencintaimu sepenuh hati. Melebihi apa yang bisa kuberi. Setelah ini aku harap kita masih bisa menjadi teman. Hanya teman, dan tidak akan lebih dari itu. Tenang saja, kamu tidak perlu takut karena aku sudah mengubur cerita itu jauh di lubuk hatiku yang paling dalam bersama rasa sakit yang menghiasi hari-hariku yang tiada henti-hentinya menganggumimu. Kuucapkan kata maaf kepada diriku sendiri. Berharap hati ini masih mau memaafkan diriku yang terlalu bodoh ini. Lalu kuucapkan selamat tinggal untuk rasa yang dulu pernah ada. Berharap rasa itu tidak akan datang menghampiri diriku lagi di saat hatiku telah memaafkan dan sembuh dari luka-luka yang tak berwujud.

Follow my blog with Bloglovin

Previous Article
Next Article
Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

5 KOMENTAR

  1. Cie ungkapan dari hati terdalam ya nih? cie.
    Apapun itu, ungkapin aja mas ngomong aja biar gak jadi beban jiwa kalau gak di sampein. Soal respon, itu belakangan yang penting menyampaikan yang ada dihati supaya pihak satunya tau ini isi hati. Selamat berjuang dalam cinta. Pasti kan ada yang terbaik :D

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca