Jumat, Maret 29, 2024
HomeStorySeriusSenang dan Penderitaan

Senang dan Penderitaan

on

Kembali melanjutkan postingan gue kemarin yang membahas masalah kevakuman gue dalam dunia blogger. Nggak afdol rasanya kalo nggak ngikutin dari awal, saran gue, buat kalian yang ingin baca postingan ini, sebaiknya baca dari awal, deh. Soalnya cerita ini gue bagi ke dalam beberapa series postingan.

Kalo mau ngikutin dari awal, kalian bisa membacanya di sini. Di seri awal, gue menceritakan bagaimana bisa gue vakum dalam kegiatan blogger. Sebagai seorang blogger, vakum adalah hal yang paling menakutkan. Karena setelah vakum untuk beberapa lama, biasanya pemilik blog akan kehilangan pembaca setianya. Kehilangan pengunjung setia blognya. Kehilangan teman-teman. Dan kehilangan mantannya. Apasih. Kok jadi ngomongin mantan. Bodo.

Lalu untuk series kedua kalian dapat membacanya di sini. Di series kedua menceritakan tentang kesedihan yang gue alamin karena si “dia” nggak bisa di ajak kompromi :’) Huu… dia siapa nih? Kepo lo ya? Mangkanya, baca dulu :p

Setelah membaca series pertama dan kedua, maka kalian akan tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gue. Kalo kalian membaca series ketiga langsung, maka kalian nggak akan ngeh. Wajar sih, kan nggak ikutin dari awal huehehe..

Baiklah, di series ketiga ini gue persingkat saja ya, karena di hari jumat dan sabtu nggak ada yang spesial sama sekali. Di hari itu, gue tetep nggak bisa jalan. Kaki merasa sakit. Yang membedakan di hari Sabtu kaki gue sudah agak mendingan, sih. Sudah bisa berjalan sendiri ke toilet. Beda banget dengan hari-hari sebelumnya, yang mana gue harus di bantu berjalan sama bokap atau nyokap. Tergantung siapa yang saat itu sedang ada di rumah.

Minggu, sekitar tanggal 1 November kalo gue nggak salah ingat, om gue berencana datang ke rumah karena mau menjenguk gue yang lagi sakit. Om Adi namanya, adik sepupu dari Ibu gue yang kebetulan tinggal di Bengkulu juga. Siang itu, Om Adi nelpon ke hp nyokap, menanyakan keadaan gue. Nyokap memberi tahu ke gue, kalo Om Adi mau datang ke rumah.

Baca Juga: Ceritanya Cukup Sedih

Nyokap yang waktu itu sibuk ngurusin gue yang tengah sakit tidak bisa mempersiapkan hal-hal spesial untuk menyambut kedatangan Om Adi. Biasanya kalo Om Adi main ke rumah, nyokap selalu nyiapin masakan yang enak. Karena kan jarang-jarang adiknya sepupunya main ke sini.

Gue sendiri juga nggak bisa memberikan hal yang spesial untuk menyambut kedantangan Om Adi karena ya memang gue lagi sakit. Jadi penampilan gue saat itu biasa-biasa aja. Seperti orang sakit pada umumnya. Nggak mandi, muka kucel, badan bau asem meski gue samar-samarkan dengan perfume dan masih banyak lagi.

Waktu itu keadaan kaki gue udah agak mendingan meskipun sedang Malaria. Gue sih nggak mau ambil pusing sama Malaria karena Malaria sebenarnya bukan penyakit yang begitu serius bagi gue. Karena keadaan kaki yang sudah mulai membaik dan sudah bisa jalan, gue berencana besok sudah mulai sekolah. Minggu sore gue pergi ke tempat cukur rambut karena rambut gue yang sudah mulai panjang. Gue takut kalo besoknya ada razia rambut.

Baca Juga: Kok Kamu Nggak Bisa Diajak Kompromi Sih?

Oya, sekolah gue dibimbing di bawah didikan militer TNI AL. Wajar kalau rambut siswanya tidak boleh begitu panjang. Rambut setiap siswa harus 2 cm. Gila. Gimana cara ngukurnya tuh? Apa aturan sekolah gue udah gila ya? Awal-awal gue masuk sekolah gue selalu mematuhi peraturan yang mana rambut siswanya harus sepanjang 2 cm. Iya, jadi waktu kelas satu kemarin rambut gue nggak pernah panjang. Selalu pendek.

Tapi lama-kelamaan gue juga bosan kalo rambut gue pendek. Akhirnya gue nggak mematuhi aturan itu lagi. Setiap potong rambut, gue selalu minta rapi. Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, yang penting sedap di pandang.

Source: republika.co.id
Source: republika.co.id

Pulang dari tempat cukur rambut gue baru ingat kalo gue harus scan beberapa dokumen seperti Akte kelahiran, foto, dan beberapa dokumen lainnya untuk kepentingan daftar ulang.

Oya… akhirnya gue memilih masuk Binus University alias Universitas Bina Nusantara!!! Yeaaayy!!! \o/ Senang bisa melanjutkan pendidikan di universitas kelas dunia seperti Binus University. Semoga gue nggak salah pilih dan bisa sukses di sana\o/

————————————————-

“Bang, Bi, izinin aku ya. Aku nggak ikut upacara dulu.” kata gue, pada Ibang dan Abbi.

“Siaap.” jawab Ibang.

Seninnya gue sudah masuk sekolah. Meski sudah mulai sekolah kembali gue tetap nggak mengikutin kegiatan upacara karena takutnya nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Senin itu adalah hari pertama bagi kepala sekolah baru menjadi pembina upacara. Selamat ya pak karena sudah menjadi kepala sekolah di sekolah ini. Semoga betah dan bisa membuat sekolah ini menjadi lebih baik dan lebih maju lagi :)

Usai upacara teman-teman merasa aneh dengan gue. Mereka seakan tak percaya dengan perubahan gue. Salah satunya adalah Andi yang kemarin jadi guru silat gue.

“Ini kamu Ja?” tanya Andi.

“Iya, ini aku, Ndi.”

“Semenjak sakit kamu jadi rajin merawat diri ya Ja?” tanya Andi.

“Ha? Nggak tuh. Biasa aja.” jawab gue.

“Iya kan? Kamu terlihat beda sekali dari sebelum-sebelumnya,” balas Andi. Masih seperti tak percaya.

Baca Juga: Aarrghh gue bingung coy!

Beda dari mana coba? Selama sakit gue nggak pernah melakukan perawatan diri. Mandi aja nggak, gimana mau merawat diri coba.

Jam mengajar sempat kosong selama 30 menit. Kemudian guru matematika masuk dan mengajar. Hari itu kegiatan belajarnya kurang efektif, kabarnya Senin itu para guru di setiap sekolah bakal melakukan demo. Iya atau nggaknya gue kurang tau, tapi hari itu setelah upacara memang banyak para guru yang keluar sekolah. Mungkin memang beneran mau demo kali ya.

Jam selanjutnya kami siswa IPS mulai dari IPS 1, IPS 2, dan IPS 3 di suruh turun karena akan ada belajar kunjungan ke kantor Harian Rakyat Bengkulu. Itu loh, salah satu anak perusahaan dari Jawa Pos. Jawa Pos memiliki anak perusahaan di setiap daerahnya. Harian Rakyat Bengkulu adalah anak perusahaan yang mewakili kota Bengkulu.

Kebetulan bokap gue kerja di sana di posisi manager. Sebenarnya gue nggak perlu ikut belajar ke sana. Tapi melihat antusias dari teman-teman, gue tetap ngotot pengen kesana meski gue sudah tau seluk-beluk di dalam kantor.

Setibanya di kantor kami disuruh mengisi absent yang ada. Setelah mengisi absent, kami di bawa ke ruang redaksi yang berada di lantai 4. Kantor bokap nggak punya lift. Yang ada tangga. Jadi mau tidak mau gue harus menaiki tangga hingga ke lantai 4. Pada saat ingin menaiki tangga menuju lantai 4, kaki gue mulai terasa berat. Tapi berkat dorongan dan penjagaan dari sahabat, gue bisa sampai ke lantai 4.

Di ruang redaksi kami belajar selama kurang lebih satu jam. Kunjungan kami itu di sambut oleh bapak Zaky Antoni, ketua redaksi di Harian Rakyat Bengkulu. Bokap gue dulunya pernah di tawarin posisi itu. Tapi bokap memikirkan resiko menjadi seorang ketua redaksi yang sangat berat, bokap akhirnya menolak. Kalau saja waktu itu bokap menerima penawaran itu, mungkin yang menyambut kedatangan kami itu adalah bokap gue sendiri.

Di ruang redaksi, teman-teman banyak bertanya kepada bapak Zaky Antoni. Antusias dari teman-teman terlihat sekali. Tapi beberapa ada yang terlihat seperti tidak antusias. Ada yang tiduran di lantai saking lantai itu dingin karena di dalam ruangan full ac. Ada yang main COC, ada yang bikin rusuh, ada yang pengen nyolong keyboard dan mouse kantor. Ketakutan gue benar-benar terjadi pada saat kunjungan ke kantor.

Tapi meski begitu, setidaknya ketidak antusiasan siswa bisa sedikit tertutupi berkat teman-teman yang banyak bertanya. Terima kasih teman-teman. Berkat kalian, imej sekolah bisa terjaga.

Tapi setelah belajar di ruang redaksi, perasaan gue mulai nggak enak. Muka gue pucat. Kaki gue mulai berat. Kepala gue pusing. Gue menemui wali kelas untuk minta izin pulang. Melihat keadaan gue itu, wali kelas berniat ingin menelepon bokap supaya menjemput gue. Guenya nggak mau. Biar gue aja yang langsung ke ruangan bokap. Yang terpenting gue dapat izin pulang dulu dari wali kelas.

Wali kelas pun mengizinkan. Karena teman-teman di ajak buat belajar ke ruang media televisi, maka mau tidak mau gue harus menurunin anak tangga sendirian. Syukur gue bisa sampai ke ruangan bokap. Melihat keadaan gue yang semakin memburuk, bokap langsung mengantar gue pulang.

Setibanya di rumah gue nggak bisa jalan lagi. Bahkan lebih parah dari minggu sebelumnya. Gue, nggak bisa merasakan kaki gue sama sekali.

Gue seperti dihadapkan pada dua hal. Senang dan penderitaan. Setelah bisa merasakan senang karena bisa berjalan kembali, gue kembali dihadapkan pada penderitaan yang terus menghampiri yaitu kambuhnya masalah pada bagian kaki gue. Tidak bisa berjalan kembali. Bahkan lebih parah. Oh Tuhan kapan penderitaan hambamu ini bisa segera berakhir?

To be continue…

Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca