Ternyata seru juga ya ngebacain komentar masuk satu persatu. Gue jadi sedikit bernostalgia dengan masa lalu. Dan ketika gue selesai baca komentar tersebut, gue jadi kangen dengan blogger yang dulu. Maksudnya, gue kangen dengan teman teman blogger yang dulu aktif menulis antara tahun 2014-2016. Hayo, siapa yang udah aktif ngeblog di tahun segitu? Mungkin kalian adalah salah satu orang yang gue kangenin. *ngasih love sign ala korea*

Memang, dibandingkan dengan yang dulu, sekarang bloggernya udah makin banyak. Kontennya juga semakin bervariasi berkat spesialisasi atau lebih dikenal dengan niche. Kayak food blogger yang khusus ngebahas makanan, travel blogger ngebahas tempat liburan atau wisata, beauty blogger ngebahas produk kecantikan dan tips agar tampil cantik di muka umum, dan masih banyak lagi.

Gue pribadi bukan termasuk orang yang blognya berniche. Gue lebih tertarik ngebahas hal random seperti curhat. Entah itu keluh-kesah kehidupan mahasiswa, jalan-jalan, apapun.

Baca Juga: Gue Couple Sama Doi!

Curhat yang gue maksud di sini tuh enggak menjurus ke percintaan doang. Intinya apapun yang ada di kepala gue saat itu. Mungkin gue lagi senang atau sesuatu yang bikin gue susah tidur. Kalau itu perlu di keluarkan, ya, gue keluarkan. Dan begitulah jalan gue dari dulu sampai sekarang.

Kalau boleh jujur, gue kangen dengan orang-orang yang menulis dengan maksud menghibur. Gue kangen dengan orang yang nyeritain keluh-kesah dan bagaimana cara dia mengatasi persoalan yang sedang dihadapi. Gue kangen dengan orang yang menulis dengan tujuan untuk membagikan ilmu kepada orang banyak. Dan berbagai macam tulisan lainnya.

Tapi sayang sekarang udah pada hilang entah ke mana. Salah satunya Jevon. Gue suka banget sama tulisan dan gaya dia bercerita. Sekarang dia udah berhenti ngeblog dan beralih jadi fotografer. Lalu berikutnya ada Dian Oyan. Tulisannya menghibur banget. Lucu dan agak absurd. Sekarang gue enggak tahu itu anak ke mana dan apa kesibukannya. Kalau dulu tiap minggu gue selalu nungguin tulisan mereka, sekarang enggak ada yang bisa gue tungguin lagi. Huhu. Sedih akutu.

Dan masih banyak lagi blogger yang gue suka gaya tulisannya tapi enggak bisa gue sebutkan namanya satu persatu karena bakal jadi panjang. Hehehe.

Lalu sekarang gue kurang bersemangat untuk blogwalking. Selain karena temen-temen gue udah pada gantung laptop (ini agak serem sih), dan kalau boleh jujur faktor lainnya adalah karena sekarang mulai banyak konten sponsor atau promosi. Gue enggak nyalahin, apalagi ngebedain blogger yang dulu dengan sekarang. Dan lagi gue sama sekali enggak ada maksud untuk menyindir. Gue cuman resah aja lagi blogwalking tapi yang gue baca malah konten iklan yang di promosikan dengan cara hard selling.

Hard Selling
sumber gambar: pexels.com

Oke buat yang belum tahu gue jelasin dulu apa itu hard selling. Hard selling adalah istilah dalam dunia marketing yang mana kita mengenalkan atau mempromosikan suatu produk ke masyarakat secara terang-terangan contohnya seperti iklan di televisi di Indonesia. Kebalikan dari hard selling ada soft selling yaitu mempromosikan suatu produk atau brand dengan cara “halus”. Contoh gampangnya iklan televisi di Thailand. Belum pernah lihat iklannya? Habis baca postingan ini langsung aja cek aja di Youtube.

Enggak bisa bikin jadi soft selling? Kalau gitu kombinasikan keduanya jadi ada soft, ada hard sellingnya. Gue sebagai pembaca enggak nyaman atau sama sekali enggak tertarik kalau yang di baca adalah tulisan iklan dengan cara penyampaian hard selling. Kalau memang harus, gue pribadi lebih tertarik membaca tulisan yang soft atau kombinasi dari soft dan hard selling.

Kalau baca yang soft gitu kadang gue enggak sadar kalau si penulis lagi mengenalkan suatu produk. Dan anehnya gue nangkep, gue tahu bagaimana bentuk dan cara kerja dari produk yang dikenalkan tapi gue sama sekali enggak sadar kalau si penulis lagi ngiklan di blognya. Pernah enggak sih kalian lagi baca buku gitu terus tau-tau kalian udah sampai di halaman terakhir dari buku yang sedang kalian baca? Nah kayak gitu, tuh, tulisan soft selling. Kayak gitu cara kerjanya. Pembaca merasa nyaman, dan produknya tersampaikan ke pembaca.

Soft Selling
Sumber gambar: pexels.com

Mulai dari sekarang harus rajin-rajin latihan! *ngomong ke diri sendiri*

Hobi yang dibayar tuh menyenangkan. Apalagi kalau passionnya memang di sana. Tapi, kalau boleh ngasih saran, sebaiknya dikurangi atau di pilah-pilah lagi. Ya di blog gue juga ada kok content placement dan promosi gitu. Tapi hanya sebagian kecil dan sisanya adalah hal yang pengin gue ceritain atau dengan kata lain tulisan curhat.

Ah, bilang aja enggak ada yang mau nawarin lu job!

Banyak kok yang nawarin job. Tapi, banyak yang gue tolak karena memang tujuan gue dari awal bikin blog ini adalah untuk menceritakan keresahan gue. Lagipula gue gue pengin menulis dengan cara gue sendiri.

Kadang yang ngasih job juga agak rese. Udah gitu pilihannya cuman 2: menyalin tapi di edit lagi atau nulis sendiri tapi deadlinenya mepet banget. Bekerja di bawah tekanan dan deadline? Tentu bisa. Tapi hasilnya kurang baik. Apalagi kalau produk atau yang di promosiin enggak sesuai minat. Kalau itu gue, udah pasti gue tolak. Kalau kalian? Gue pengin tahu tanggapan kalian. Tolong nanti komen di bawah, ya! :D

Balik ke topik awal. Memang, gue pernah kok nulis untuk di bayar. Dan setelah beberapa kali ikut, rasanya kayak bukan gue banget gitu. Gue malah lebih tertarik untuk membahas apa yang gue alamin saat event daripada membahas produk yang dimiliki oleh si pengundang. Entahlah, mungkin yang bikin gue antusias buat datang ke event karena bisa ngumpul sama temen-temen blogger. Sedangkan untuk ilmu dan fee yang didapati setelah mengikuti acara adalah bonusnya.

Baca Juga: “Merampok” Markas Brilio

Apakah blogger curhat atau seseorang yang menulis untuk menuangkan keresahannya enggak akan mendapatkan apa-apa dari tulisan yang dia buat? Menurut gue enggak juga. Dulu waktu tahun 2016 ada seseorang yang ngedm gue via Instagram. Awalnya gue males nanggepin karena memang akunnya sulit untuk dikenali. Setelah gue tanggepin, ternyata anaknya asik.

Dari dm Instagram, obrolan pindah ke Line. Di situ gue berani pake akun pribadi gue langsung—bukan second account apalagi pake Line for business—karena gue yakin dia enggak akan aneh-aneh dan lagipula anaknya asik kok kalau di ajak ngobrolin apapun. Berangkat dari obrolan tersebut, gue baru tahu, kalau dia adalah pembaca setia blog gue dari tahun 2015. Tentu gue kaget, dong. Hampir enggak percaya gitu.

Karena enggak percaya gue ngetes dia lewat telepon buat memastikan apakah betul dia pembaca blog gue apa bukan. Panggilan tersambung. Sebuah kata “halo?” meluncur dari seberang. Di situ gue tambah kaget karena suaranya lembut banget. Seriusan nih? Gue membatin, enggak percaya yang gue dengar adalah suara cewek. Yang ada di bayangan gue saat itu adalah: suara ngebass seorang cowok. Tapi ini suara cewek. Tulen lagi.

Setelah sadar dari lamunan. Dia setuju untuk menjawab dan hasilnya cukup mengejutkan. Dia berhasil menjawab 4 dari 5 pertanyaan yang gue ajukan—tentunya gue ambil secara acak. Setelah gue yakin kalau dia memang pembaca blog gue, akhirnya beberapa hari sebelum natal tahun 2016 kemarin gue ajakin dia meetup.

Karena pas hari itu dia ada urusan di PIM, kami sepakat untuk meetup di tengah yaitu Gandaria City. Begitu ketemu dan ngobrol langsung, anaknya sesuai harapan gue—asik dan bukan cewek gadungan. Karena sama-sama lapar, kami memutuskan untuk makan Sushi. Nah, pas kami mau makan ada kejadian yang enggak bisa gue lupakan. Dia ngajarin gue makan Sushi. FYI meskipun suka Jepang, tapi gue belum pernah makan Sushi. Di situ, gue ngambil wasabinya kebanyakan dan berujung kepedesan.

Setelah makan dan ngobrol-ngobrol lucu, kami sudah harus berpisah karena dia masih ada urusan. Dia di jemput sama supir pribadinya, dan gue lanjut belanja. Ada barang yang harus dibeli. Semenjak itu dia yang selalu nyemangatin gue buat nulis—sekaligus tukang tagih tulisan setiap hari.

“Kak, udah ada postingan baru, belum?” begitu tanyanya setiap hari. Padahal gue udah bilang kalau gue nulisnya kalau lagi sempat dan paling cepat itu seminggu sekali. Dan yang paling lucu, sekarang dia satu kampus dan jadi adik tingkat gue. Hahaha.

Itu adalah hadiah sekaligus karunia terbesar yang gue dapetin selama jadi blogger curhat. Gue merasa beruntung punya pembaca setia sekaligus tukang tagih tulisan setiap hari. Hehe. Kalian masih ada yang nulis berdasarkan keresahan gitu enggak, sih? Kalau masih ada, kasih tahu gue ya!

Mungkin ada yang salah paham. Enggak, gue enggak nyuruh apalagi maksa kalian supaya menulis tentang keresahan yang sedang dialami. Yang pengin gue tekankan pada tulisan ini yaitu kenyamanan para pembaca. Terserah kalian mau buat kontennya kayak gimana. Entah itu mereview sesuatu, berbagi tips, mungkin cerita tentang liburan atau jalan-jalan ke suatu tempat.

Pada akhirnya semua kembali ke tujuan awal kita menulis. Menulis karena memang hobi dan enggak peduli hasilnya nanti kayak gimana atau menulis karena memang ingin menghasilkan uang dari sana.

Menulis Tentang Keresahan
sumber gambar: pexels.com

Sekali lagi gue enggak ada maksud untuk menyinggung atau melukai hati temen-temen. Dan kalau ada yang merasa tersinggung, dengan segala keredahan hati gue minta maaf. Dan kalau kalian pengin mengkritik gue persilakan karena gue juga masih harus banyak belajar. Sekali lagi gue minta maaf bila itu menyinggung perasaan kalian. Terima kasih sudah mau membaca dan semoga kita bisa sama-sama memperbaiki diri ke arah yang lebih baik!

 

 

STAY CONNECTED

Facebook || Google+ || Instagram || Twitter ||

email: [email protected]

34 KOMENTAR

    • Yap, benar. Pembaca jadi kayak ga dapet apa-apa karena isinya keluhan dari penulis.
      Tapi yang pengin gue tekankan di sini tuh bukan keresahannya, tapi kenyamanan para pembaca. Terserah mau kontennya kayak gimana. Entah itu tips, mungkin review sesuatu, mungkin juga jalan-jalan?
      Maaf mungkin cara gue menyampaikannya juga kurang tepat makanya jadi salah paham. Hehehe.

    • “tidak ada untung” haha, namanya juga berbagi, enggak perlu harus ada untung-rugi kan? keresahan seseorang bukan cuma buat keuntungan orang lain, biasanya keuntungan buat diri sendiri karena udah ngerasa sedikit lepas dari keresahannya itu. ya kembali ke pembaca juga sih. buktinya bisa ada yg nge-DM, berarti tulisan itu ada yg suka. :)

      lalu gue berpikir; “gue ngomong apa sih?”

      • Setuju banget sama Mas Dian! Enggak harus ada untung-rugi. Toh kalau mau membahas soal untung-rugi, itu kembali ke pembacanya. Mungkin ada tipe pembaca yang bisa ngambil point atau pelajaran dari tulisan yang sedang di baca. Mungkin ada juga yang enggak. Contoh gampangnya:
        Dari keresahan si penulis, pembaca bisa belajar menarik kesimpulan dari sebuah permasalahan dan bagaimana mengatasinya jika berhadapan langsung.
        Bicara soal rugi, mungkin si pembaca rugi waktu. :)

  1. Za, gue sepemikiran sama lu.
    Kita para penulis blog dengan niche ‘curhat’ ini, makin gue liat juga temen-temen gue yang dulu dari tahun 2016-2017 malah pada pensiun gitu, alasannya beragam, ada yang bilang sibuk sekolah, dan ada yang bilang udah nggak ada waktu. Gue pribadi nggak maksa juga, hidup ya hidup mereka.
    Semuannya punya kehidupan masing-masing, benar?

    Atau…
    Mungkin udah bukan era lagi, ya? Semua lebih seneng dengan perkembangan dunia Youtube, yang sejujurnya lebih bagus dari segala aspek dari tulisan di blog. Youtube itu ada suara, tulisan, ekspresi dan semua dikemas menjadi gambar bergerak aka video yang buat penontonnya nyaman banget.

    Sama seperti lu, bukannya mau sombong atau apa, gue juga pernah punya pembaca setia dulu, tepatnya sebelum jarang nulis di 2017 kemarin, entah kenapa di 2018 nyari pembaca setia gitu atau temen blog susah banget.

    Apa kita bikin grup blogger di WA atau Line aja, ya? isinya kita-kita yang masih suka nulis, buat lucu-lucuan aja, kalau mau sih…

    • Yap, benar. Gue juga enggak mau maksa mereka, teman-teman gue dulu untuk kembali menulis lagi karena itu hak dan kehidupan mereka dan gue enggak mau ikut campur.
      Hmm, sebetulnya masih ada yang menuliskan keresahannya gitu. Tapi mungkin enggak sebanyak dulu.
      Soal Youtube, itu bener banget. Lebih enak karena semuanya jadi satu (ada tulisan, ekspresi dan suara).
      Kedengarannya bagus. Tapi kita tampung dan kita lihat ada berapa banyak orangnya. Kalau memang banyak, mungkin perlu di buat. :)

      • Kalau menunggu banyak orang kayaknya untuk sekarang nggak akan mungkin. Kalo memang pengen coba dan sebagai usaha buat ningkatin dengan niche kayak ginian lagi, atau mungkin pengen atmosfernya kayak dulu memang perlu ada yang gerak duluan.
        Kalau suka, hubungi gue dm via twitter, gue untuk sekarang selalu tersedia untuk dunia blog, bro.

  2. waduh kasian dong yang baca kalau cuma ada keresahan hihihi, eniwey sah -sah aja kok mau apapun kontennya termasuk “keresahan” :) toh yang punya blog lah yg lebih berhak menentukan

    • Mungkin yang di pikiran mbaknya keresahan kayak ngeluh gitu, ya? Kalau yang di pikiran mbak kayak gitu, bukan yang kayak gitu. Hehehe.
      Contoh paling gampangnya karya Raditya Dika. Hampir semua karyanya dia bikin dari keresahannya. Keresahan karena tiap malam minggunya gagal, jadilah malam minggu miko. Trus keresahan-keresahannya yang lain dia bikin dan kemas ke dalam bentuk Stand Up Comedy. Keresahan yang kayak gitu, mbak. Ya memang cara penyampaian tiap-tiap orang selalu beda. Mungkin karena Radit pintar melucu, akhirnya segala keresahannya itu terdengar lucu. Hehehe

  3. gue sering jalan jalan ke blog orang dari 2012, waktu itu banyak blog blog yang seru dan apa adanya, gak banyak iklan kayak sekarang. Fast forward to now, blog blog yang personal dan apa adanya kayak gitu kayak terancam punah. Tiap BW pasti rata rata banyak yang sponsor. Gue gak against postingan sponsor sih, mungkin kalo blog gue udah gede suatu hari (Amiin), gue juga terima content placement. Tapi kan perhatiin porsinya juga, kebanyakan blog yg gue liat keseringan post sponsor dibanding tulisan sendiri. Dunno. mungkin gue BW ke blog yang salah. wwkkw…

    ngomong2 soal konten keresahan, menurut gue gpp sih. setiap konten/topik pasti ada penggemarnya kok. Blog gue juga buat nampung keresahan dan curhatan sampah gue. Buat orang lain mungkin unfaedah banget bacanya, tapi for some others mungkin ada yang suka. Gue nulis berdasarkan kata hati sih, bukan kata pembaca. Gue ngeblog buat menyenangkan diri sendiri, bukan orang lain.

    buset panjang juga ya gue nulis, bisa jadi postingan sendiri ini. bahahhaaa…

    • Yap! Setuju! Perhatiin porsinya. Boleh kok mau ngiklan, tapi jangan hampir di setiap postingan isinya ngiklan. Kalau memang harus, seenggaknya ngiklan dengan cara halus biar yang baca juga merasa nyaman. Gue pun menerima kok segala macam bentuk kerja sama. Entah itu content placement, sponsor dan lain-lain. Beberapa tulisan gue ada tuh yang ngiklan. Tapi sebisa mungkin gue bikin iklannya jadi sehalus mungkin. Yap, mungkin kitanya juga BW ke blog yang salah. :(
      Nah! Gue pun begitu. Gue nulis kalau memang menurut gue itu patut untuk di keluarkan dari kepala. Tapi kalau belum patut, mungkin jadiin draft dulu. Sapa tau bisa jadi bahan postingan di lain hari. Hahaha

  4. Gue aja baru belajar ngeblog tahun 2015. Pernah beberapa kali ada job gitu, ada yang gue tolak dan ada yang gue terima. Bergantung mood aja sih gue mah. HAHA

    Tapi semuanya rata-rata gue nulis sendiri. Jadi lebih enjiy deh. Ya kata lo itu, lebih soft. :D

  5. Huhuu, lama tidak berkomen2 di blog org.. hmmm, setuju sama smua penjabaran lu di sini, sih, Za. Dan gue jg jujur aja lebih seneng baca postingan curhat2an drpda sponsored, event, dll, sih. Bedaaa aja gtu. Seru, ringan, lucu, sedih, feelnya dapet. Itu yg gue sukain dari postingan curhatan org di blog. Hehee. Tulisan lu malah bkin jd pgn nulis curhatan lg di blog nihhh. Sbgian gue tulis aja aahh~ :D

  6. Ya, kalo menurut gue, kalo semua tentang keresahan itu juga ya ga baik. Personal, gue lebih suka konten yang lebih menghibur daripada yang ‘mendramatisir’ dan lain sebagainya. Ya, kembali lagi ke pemilik blog sih, pemilik blog yang berhak nentuin mau isi blog yang seperti apa.

  7. Jadi, tulisan promosi saya termasuk hard selling atau nggak nih, Za? Meski saya anak Jurusan Pemasaran, saya akui kalau masih susah bikin yang betul-betul soft. Wahahaha. Tapi seenggaknya saya selalu berusaha membuatnya menarik untuk dibaca. Sedih juga kalau lihat keadaan sekarang yang lagi males-malesnya ngeblog. :(

    O iya, berani amat lu ketemu sama orang asing, Za. Sekalipun ia adalah pembaca lu. Saya pernah juga tuh diajakin ketemu gitu sama pembaca. Dia cewek. Tapi anehnya saya takut. Takut kalau waktu itu pacar bakalan ngira macam-macam. Wqwq. Padahal mah nggak ada salahnya, ya, ketemuan doang. Anggaplah bentuk terima kasih karena dia udah jadi pembaca setia blog. :D

    • Soft selling, Bang. Malah, gue nyaman banget bacanya. Hahaha.
      Sebetulnya berani karena waktu itu enggak mikirin yang aneh-aneh sih. Ya kebetulan juga gue kenal daerah situ dan tempatnya ramai. Yap, betul! :D

  8. ini sama kaya yg gw pikirin bbrp hari ini, iseng blogwalking beberapa blog isinya kebanyakan iklan semua, gw stuju dengan tulisan di atas. btw salam kenal rezaa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *