Halo semuanyaa! Senang bisa menyapa kalian kembali lewat postingan blog ini. Sebagai informasi, postingan ini diketik melalui laptop gue yang beberapa waktu lalu sempat mengalami mati total. Pada postingan ini gue tidak akan menceritakan kronologinya karena hal tersebut sudah gue bahas di postingan sebelum ini yang berjudul Musibah Sebelum Lebaran.
Berhubung laptop gue sudah dapat digunakan kembali, maka pada postingan kali ini gue ingin menceritakan sedikit tentang pengalaman pertama gue menggunakan jasa service laptop dan bagaimana lika-liku yang gue hadapi untuk menemukan tempat service yang baik. Jadi begini ceritanya…
Setelah menerima kabar bahwa biaya untuk penggantian komponen motherboard laptop gue adalah senilai 15 juta rupiah, gue memberikan konfirmasi untuk tidak melakukan tindakan apapun saat itu. Bagaimana pun juga, biaya untuk penggantian satu motherboard tersebut dirasa lebih baik jika gue gunakan untuk membeli laptop baru saja.
Akan tetapi menurut gue saat itu tidak cukup bijak menggelontorkan uang 15 juta atau lebih hanya untuk membeli laptop baru, yang hanya dapat gue gunakan saat weekend saja. Selain itu gue merasa laptop ini masih dapat diselamatkan meskipun dengan resiko tertentu.
Namun, gue rasa itu cukup layak untuk dicoba. Pun jika ini tidak berhasil, pada akhirnya gue akan membeli laptop baru juga.
Setelah menimbang-nimbang, gue cukup yakin untuk mencoba alternatif service di tempat pihak ketiga. Tentunya gue sudah setuju dan memahami segala resiko yang terjadi jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
Dikarenakan gue tidak punya pengalaman service laptop di tempat pihak ketiga, perjuangan gue untuk menemukan tempat service terbaik sangatlah memakan waktu. Sebab ada beberapa faktor yang perlu gue pertimbangkan sebelum menggunakan jasa service tersebut. Seperti jarak tempuh, pengalaman, dan juga reputasi toko.
Singkat cerita, gue berhasil menemukan tempat service yang memenuhi kriteria yang gue sebutkan di atas. Akan tetapi, gue tidak ingin menjadikan tempat service tersebut sebagai satu-satunya pilihan yang harus gue ambil.
Karena gue kurang puas hanya punya satu referensi, akhirnya gue menghubungi seorang teman yang sudah biasa menggunakan jasa service laptop di area Jakarta. Setelah bertanya dengan teman gue ini, gue mendapatkan satu referensi tempat service yang juga tidak kalah bagus. Jadi gue sudah mengantongi 2 tempat service laptop dengan reputasi baik.
Tempat service pertama berlokasi di Jakarta Barat. Tempatnya rumahan gitu, sedikit masuk ke dalam gang. Secara review dan ratingnya cukup bagus. Berdasarkan review yang gue baca, gue menemukan ada beberapa orang yang kasus laptopnya sama seperti gue, setelah dibawa ke tempat service tersebut, laptopnya berhasil nyala kembali.
Dari segi biayanya sendiri cukup terbuka di awal, yakni di angka 900rb untuk ukuran laptop gaming seperti punya gue. Minusnya adalah, tempat ini mengharuskan gue untuk menitipkan laptop karena pengerjaannya berdasarkan antrean.
Untuk tempat service kedua, berlokasi di dalam Mall Mangga Dua. Untuk estimasi biaya memang belum diketahui karena mereka harus cek langsung kerusakannya ada di bagian mana. Kemudian ada beberapa review yang mengatakan laptopnya berhasil terselamatkan setelah service tempat tersebut.
Satu hal yang gue khawatirkan dari tempat tersebut adalah, estimasi biayanya yang belum diketahui karena harus dicek terlebih dahulu oleh pihak penyedia jasa service.
Minusnya dari tempat kedua ini yaitu jaraknya yang cukup jauh dari tempat gue. Tetapi karena ada transportasi umum seperti Transjakarta, hal itu bukan menjadi minus poin untuk tempat ini dan gue tetap menjadikannya sebagai referensi.
Setelah menimbang plus dan minus dari kedua tempat service tersebut, gue memutuskan untuk menggunakan jasa tempat service di Mangga Dua—yang gue dapatkan dari teman gue.
Gue ingat persis, itu adalah hari sabtu yang cerah di tanggal 27 Mei 2023. Jam 9 pagi gue berangkat menuju Mangga Dua menggunakan Transjakarta dari halte Slipi Kemanggisan.
Karena ini pertama kalinya gue main ke dalam Mall Mangga Dua dan lokasi tempat servicenya lumayan terpencil, gue harus menghubungi pemiliknya beberapa kali. Hingga akhirnya gue sampai di tempat service yang dituju.
“Bisa benerin laptop yang mati total, bang?” tanya gue kepada karyawan toko tersebut.
“Bisa.”
“Biasanya untuk service laptop yang mati total itu estimasi biayanya berapa ya bang?” tanya gue.
“Harus dicek dulu sih letak kerusakannya di mana. Biayanya bisa bervariasi,” jawab petugasnya.
“Boleh tolong dicek dulu bang? Nanti tolong infokan biayanya dulu ya bang, takut uangnya nggak cukup,” kata gue.
“Boleh. Laptopnya di bawa?” tanyanya.
“Bawa, dong,” jawab gue, sembari merogoh laptop dan charger dari dalam tas.
Karyawan itu melakukan serangkaian percobaan. Setelah beberapa percobaan dan tetap tidak berhasil nyala, karyawan toko itu mulai bekerja. Tangannya dengan cepat membedah dan mengeluarkan jeroan laptop yang sudah tidak gue sentuh selama 1 bulan terakhir. Setelah pemeriksaan singkat itu, dia menginformasikan bahwa estimasi biayanya tidaklah sampai menyentuh angka 1 juta rupiah.
Ada perasaan lega ketika mendengar estimasi biayanya yang tidak sampai 1 juta rupiah itu. Mungkin ini memang sudah rezeki gue, karena bisa menemukan tempat service yang bisa memberikan layanan perbaikan dengan biaya yang tidak begitu besar.
Sekarang, yang ingin gue cari tahu adalah apakah laptop ini bisa segera diperbaiki, atau harus menunggu beberapa antrean. Gue sangat membutuhkan laptop ini segera sebab sudah 1 bulan lamanya gue tidak main game dan karenanya gue berharap tukang servicenya bisa segera mengerjakan laptop gue saat itu juga.
“Bisa ditunggu bang?” sebuah pertanyaan memecah keheningan meluncur begitu saja dari bibir gue.
Tukang service itu berhenti sejenak, menatap muka gue, lalu berkata, “abang mau nunggu aja, atau mau keliling dulu siang atau sore nanti ambil laptopnya lagi di sini?” tanyanya.
Hati gue girang mendengar pertanyaan dari tukang service tersebut. Dari pertanyaan itu gue bisa menyimpulkan bahwa hari ini gue sudah bisa bawa pulang laptopnya dan gue bisa membayangkan setelah pulang dari tempat service ini, setibanya di kos gue menyalakan laptop dan main game seperti dulu.
Gue tersenyum dan menjawab, “saya tunggu di sini aja, bang. Nggak tau juga mau keliling lihat apa di sini,” kata gue.
“Oke bang. Biasanya orang-orang yang service di sini akan tinggalin laptopnya terus dia berangkat ke kantor atau keliling dulu. Tapi kalau abang mau tunggu di sini juga boleh.”
Baca Juga: Skill Penting untuk Para Pekerja
“Berarti sebenarnya untuk kasus seperti ini bisa selesai di hari yang sama ya, bang?” tanya gue, memastikan.
“Iya, bisa selesai di hari yang sama. Tapi kan orang punya kesibukan yang berbeda. Jadi, biasanya kalau nggak ditinggal ya diambil sorenya. Makanya tadi saya tanya abang mau tunggu atau jemput lagi nanti sore.”
“Oh gitu. Saya tunggu aja, bang. Kebetulan tempat tinggal saya jauh, dan lagi nggak sibuk juga sih karena lagi libur kerja.”
“Oh iya, sekarang hari sabtu ya. Sabar ya bang, ini harusnya bisa selesai sebelum jam makan siang.” Balasnya.
Sembari menunggu pengerjaannya selesai, gue mengajak tukang service itu ngobrol. Selain untuk mengusir kebosanan, gue ingin menggali lebih lanjut mengenai kasus laptop mati total seperti ini.
Yang gue suka dari tempat service ini adalah, tempat ini tidak sembarang melempar harga sebelum adanya pemeriksaan mendetail lebih dan tidak melakukan tindakan sebelum adanya konfirmasi dari pemilik.
Tidak sampai satu jam berada di tempat tersebut, laptop gue sudah selesai di service. Tidak hanya di service, tukang servicenya juga melakukan pembersihan total dan merepasta laptop gue.
Setelah memasang kembali semua komponen, tibalah giliran penentuan untuk menyalakan laptop. Saat tombol power ditekan, laptop gue yang sudah sebulan lebih dimusiumkan, akhirnya menyala kembali! Gue tidak tahu harus bereksperesi seperti apa, tapi yang pasti gue amat sangat senang melihat laptop gue sudah bisa dinyalakan kembali.
Kini apa yang tadinya gue bayangkan sepertinya bisa segera dilaksanakan setelah gue sampai di kos. Karena tidak membawa uang tunai, gue menanyakan apakah pembayarannya bisa dilakukan secara transfer bank. Dan untungnya, gue bisa membayar dengan cara transfer ke rekening pemiliknya.
Usai membayar, gue diberi selembar kertas sebagai jaminan garansi yang bisa gue pergunakan apabila dalam beberapa hari atau dalam satu bulan setelah service laptop gue mengalami masalah.
Gue betul-betul berterima kasih dengan tukang dan tempat service tersebut karena berhasil mencegah dan menyelamatkan uang 15 jt rupiah tersebut. Tentunya gue juga berterima kasih dengan teman dunia maya gue, karena rekomendasi dari dia sangatlah bagus!
Itulah cerita tentang pengalaman pertama menggunakan jasa service laptop di pihak ketiga. Tidak terbayang oleh gue kalau tadinya gue nggak nekat coba service di pihak ketiga, mungkin gue sudah mengeluarkan uang 15 juta untuk beli laptop baru. Kalian punya pengalaman serupa saat service laptop? Yuk, ceritakan di kolom komentar :)
Kalau aku untuk laptop udah ada langganan sih, syukurnya tempat service itu selallu amanah. Cuma nih ya aku masalahnya di HP. Aku tuh ceroboh banget, jadi udah 3 kali ganti layar hape samsung (fyi range hpku yg mid, wkwk) dan aku sellau ganti ditempat resmi. Perbaikannya udah lebih dri harga belinya, cuma ya gimana, klo hape aku belum nemu tempat service yang oke di kota ku haha.
Semoga laptopnya panjang umur ya!
Apa nama toko service laptopnya ?
Gilaaaaa, kereeeen tempat servicenya mas . Apa nih namanya? Mangga dua memang pusat reparasi laptop paling dicari sih. Dulu pas laptop suami mati sempet diperbaiki di sana. Walopun ga inget yg mana. Kecilin aja tempatnya. Keren sih, padahl vonis sebelumnya motherboard dan lumayan mahal yaaa