Di dunia ini siapa yang tidak pernah sakit? Yang gue tahu, orang-orang di dunia setidaknya pernah mengalami sakit. Setidak-tidaknya demam atau pilek. Namun, bila tidak cepat ditanggapi, maka penyakit yang tadinya ringan bisa menjadi berat. Untuk menangani penyakit yang ada, biasanya tiap-tiap orang punya cara masing-masing supaya bisa segera sembuh dari penyakit. Bisa dengan cara pengobatan alami, bisa juga dengan cara berobat ke dokter.
Adakah diantara kalian yang tidak pernah berobat ke dokter? Hmm… gue rasa semuanya pernah berobat ke dokter. Dari pengalaman berobat di dokter, ada pengalaman baik dan ada juga pengalaman anehnya. Gue tidak akan membahas pengalaman baiknya disini. Tapi kali ini yang mau gue bahas adalah pengalaman aneh yang pernah gue alami ketika berobat di dokter.
Siapa yang tidak pernah merasakan pengalaman aneh saat berobat ke dokter? Setidaknya kalian pasti pernah merasakan sesuatu yang aneh saat berobat di dokter. Gue pernah, barusan saja terjadi beberapa hari yang lalu.
Ceritanya waktu itu gue lagi duduk di lobby di sebuah tempat praktek dokter. Gue yang waktu itu tengah sakit gigi, ingin segera mengakhiri rasa sakit ini dengan cara berobat ke dokter gigi.
Ini adalah pengalaman pertama bagi gue ketika berobat sendirian ke dokter. Tidak ditemani siapapun. Biasanya sih ada nyokap yang juga ikut menemani berobat. Tapi berhubung gue udah gede, akan memalukan rasanya bila masih di temani juga ketika berobat ke dokter.
Bermodalkan sedikit pengalaman, gue berangkat ke tempat praktek dokter untuk mengobati gigi gue yang sakit. Dalam perjalanan menuju tempat praktek, gue membayangkan, apa yang harus gue lakuin ketika telah sampai di tempat dokter nanti. Setibanya di tempat praktek, gue langsung memarkirkan motor. Lalu bertanya sama mbak-mbak petugas Apotek, “mbak, tempat resepsionisnya di mana, ya?”
“Oh… mas lurus saja lalu nanti belok kiri,” terang mbak-mbak cantik yang menjaga Apotek.
Karena waktu dulu gue pernah berobat di tempat ini, jadi gue langsung nyeletuk, “Naik ke lantai dua ya mbak?”
“Bukan mas. Tapi tepat di dekat tangga menuju lantai dua.”
“okesip. Makasih mbak.”
Dari tempat Apotek gue cuman berjalan sedikit dan meja resepsionisnya langsung kelihatan. Gue mengatur posisi duduk senyaman mungkin.
“Ada yang bisa saya bantu, mas?” tanya petugas resepsionis.
“Ada, saya ingin berobat, mbak.”
“Sama dokter siapa ya mas?”
Gue spontan langsung menyebutkan nama dokter yang dulu pernah ngobatin gigi gue yang sakit. Setelah spontan menyebut nama dokternya, gue baru terpikirkan satu hal: Apa dokter yang dulu pernah ngobatin gigi gue masih praktek di sini?
Daripada sotoy, setelah menyebut nama dokternya gue melanjutkan kembali, “Dokternya masih praktek di sini kan, mbak?”
“Iya, betul sekali mas.”
Syukur. Ternyata gue nggak sesotoy yang gue bayangkan. Gue menghela nafas sejenak.
“Ruang praktek dokter giginya di atas ya mbak?” tanya gue, kembali.
“Oh.. di atas adalah ruang laboratorium mas. Ruang praktek dokter giginya di sana,” petugas itu menunjukan ruang dokter gigi yang gue maksud.
Ternyata lumayan banyak ya perubahan di tempat ini. Terakhir kali gue berobat di sini, ruang praktek dokter giginya di lantai dua. Lobbynya sempit. Kayak di warnet. Sekarang… lobbynya sudah cukup luas. Tempat praktek di pindahkan ke lantai dasar. Ada banyak dokter yang praktek di sini. Bagus. Ternyata banyak kemajuan di sini.
Ada sedikit masalah ketika gue ingin mendaftar. Si mbaknya nanya, “apa dulu mas pernah berobat di sini?”
“Pernah,” jawab gue.
Si petugas lalu nyari nama gue di tumpukan berkas yang ada.
“Dulu berobat di sini pake apa, mas?”
“Askes,” jawab gue, pede.
Proses registrasi yang seharusnya berjalan cepat, malah jadi lama karena kesulitan dalam mencari dokumen gue. Lalu pada akhirnya setelah mengalami proses yang cukup panjang, dokumen itu ditemukan. Menggunakan nama nyokap gue yang kebetulan pernah berobat juga di dokter gigi yang ada di sini. Kenapa dibikin ribet sih mbak? :))
Yeay! Akhirnya gue beres registrasi. Selanjutnya, yang harus gue lakuin adalah duduk santai di lobby. Menunggu giliran untuk di panggil. Sudah cukup lama sejak terakhir kali gue berobat ke dokter gigi, yang waktu itu usia gue baru menginjak 12 Tahun.
Antreannya tidaklah terlalu panjang. Waktu gue datang, gue dapat nomor urut 18. Saat itu nomor antrean baru berjalan sampai nomor 14. Untuk ukuran dokter gigi, delapan belas pasien sudah terbilang banyak. Beda sama dokter umum, kalo untuk ukuran dokter umum, delapan belas pasien terbilang sangat sedikit. Contohnya saja ketika gue berobat ke dokter umum beberapa bulan yang lalu karena mengalami masalah sakit perut, gue waktu itu dapat nomor urut 56. Waktu itu… nomor antrean baru berjalan sampai nomor urut 11. Apes. Lama banget kan?
Baca Juga: Akibat Pola Hidup Kurang Sehat
Gue nyantai aja waktu itu karena jumlah pasien yang ingin berobat ke dokter gigi tinggal empat orang lagi.
Menunggu…
Gue masih menunggu…
Masih menunggu…
Terus menunggu…
Ini kapan giliran gue woy?!!
Tinggal dua orang lagi yang masih menunggu giliran. Gue dan satunya lagi bapak-bapak dari kampung. Jam baru menunjukan pukul 21.20 WIB. Gue bawa santai aja, toh pasiennya tinggal dua orang lagi. Tibalah giliran bapak-bapak yang tiba dari kampung di panggil. Tinggal gue satu-satunya orang yang duduk di lobby yang menunggu giliran untuk dipanggil mengambil sembako sama dokter gigi. Waktu itu tempat prakteknya tidaklah terlalu sepi. Ada banyak pasangan suami-istri yang duduk di ruang tunggu, sama seperti gue. Bedanya, mereka menunggu giliran untuk dipanggil sama dokter kandungan.
Gue melihat ke jam tangan yang tengah gue kenakan. Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. “Kok lama banget ya?” gumam gue. Gue duduk di lobby sambil ngelihatin sepasang suami-istri hilir-mudik masuk ke ruang dokter kandungan.
Lelah menunggu. Gue keluar buat nyari angin. Sesekali melihat ke arah jam. Setelah 5 menit berada di luar, gue masuk lagi. Mata gue menerawang ke tiap ruangan yang ada di tempat praktek. Beberapa ruangan sudah terlihat gelap karena tidak adanya lagi pasien yang ingin berobat. Hanya ada beberapa orang lagi yang duduk di lobby.
Baca Juga: Belajar Mencintai Diri Sendiri
“Santai. Masih banyak orang kok,” batin gue. Gue duduk di lobby dekat ruang dokter gigi. Tak lama kemudian, sepasang suami-istri keluar dari ruangan dokter specialist kandungan. Lalu dari sini mulai ada firasat aneh yang muncul. Ada dua pasang laki-laki yang masuk ke dalam ruangan dokter specialist kandungan. Awalnya gue aneh aja, daritadi gue duduk di lobby, yang gue lihat, yang masuk ke dalam ruangan dokter itu adalah pasangan suami istri. Namun, ketika sudah mulai sepi, kok ada dua pasang laki-laki yang masuk ke dalam ruangan dokter specialist kandungan?
Karena daritadi yang gue lihat, yang masuk ke dalam ruangan itu adalah pasangan suami istri, gue mengasumsikan bahwa itu adalah ruangan specialist kandungan.
Lalu gue mulai mempertanyakan ada hubungan apa dua orang laki-laki itu masuk ke dalam ruangan dokter kandungan? Jangan-jangan…. :(
Oh… tidak. Pantes waktu gue keluar tadi dua orang cowok itu duduk jauh-jauh dari ruangan dokter kandungan. Gue kira mereka mau ke Psikiater. Eh nggak taunya :(
Setelah melihat dua orang laki-laki itu masuk ke ruang dokter kandungan, barulah giliran gue tiba. Pulang-pulang dari tempat praktek, gue masih nggak habis pikir sama dua orang laki-laki, yang masuk ke ruangan dokter kandungan tadi.
Kalo ngelihat homo di tempat fitnes sih gue masih maklum karena kejadiannya udah banyak. Tapi untuk kasus ini… baru pertama kalinya gue lihat secara langsung.
Ini adalah pengalaman aneh saat berobat ke dokter. Dari sekian banyaknya pengalaman aneh yang terjadi di tempat dokter,
Menurut kalian dua orang laki-laki tadi ngapain masuk ke ruangan dokter kandungan?
mungkin mereka itu gay dan menikah lalu mau ngerencanain sola ke hamilan,,
tapi lo udah mastiin belom kalau itu dokter kandungan? jangan jangan bukan dokter kandungan lagi haha
Maybe! Udah gue pastiin kok, gelar dokternya aja SpOG. Setelah gue cek di Google, ternyata memang benar dokter kandungan.
dua orang itu menurut w sih,,, temen dari dokternya.,….. mungkin mereka sedang cerita nostalgia masa masa sekolah :D #KeepPositifThinking :D
Hahaha bisa.. bisa.. XD
Jangan-jangan salah satu dari dua lelaki itu, elu ya?!?! (lah kok)
Loh, kan waktu itu kan yang masuk ke dalam ruangan dokter kandungan kita berdua Jev. Lo nggak ingat apa? *loh
Biasanya kalau diakhir jam dokter praktik itu .. Beberapa medrep (medical represntative) datang untuk mengenalkan produk mereka… Btw giginya sudah baikan atau belum….
Next time kalau ada yg mencurigakan di rumah sakit atau klinik langsung aja tembak ke doternya atau ke orang2 sekita situ… :)
Hmmm sepertinya sih begitu. Tapi mereka mendaftar di resepsionis juga kok :(
Bahkan waktu itu masih ada pasien ibu-ibu yang juga menunggu di lobby XD
Sudah, sudah sembuh kok. Siap!
Mungkin aja sekedar mw silaturahi teman lama gitu
Silahturahmi kan gak harus di ruang praktek :'(
Nanti malah menimbulkan prasangka tidak baik. Apalagi di dalam ruangan dokter kandungan XD
mungkin mereka sedang curhat tentang kondisi kehamilang sang istrinya tapi ditemani dengan cowo juga :D
Harusnya sih sang istri juga harus ikut karena kan yang di periksa istri :(
mungkin mereka cuma curcol? xixixi
Xixixi, jangan berrasangka buruk dulu. Mungkin aja sahabatnya yang plek banget dan butuh temen buat ditemani.
Hahaha bisa bisa… XD
terimakasih bos infonya dan semoga bermanfaat
Sepertinya mereka hny sahabat.. mgkn si pria ingin menjaga perasaan si istri.. jd dia menanyakan hasil lab istrinya (atau semacamnya) dgn ditemani shbtnya dan bukan istrinya..
Ya terlihat aneh sih klo ada 2 pria masuk ruang dokter kandungan.. tpi positif thinking aja ^^
Cuma temen doang itu.
Soalnya gw pernah nemenin temen ke dokter kandungan, buat ambil hasil cek kesuburan dia dan istrinya. Sekalian pulang meeting.
Tapi cuek aja gw, di ruang tunggu semua pasangan suami istri, untungnya gw dan temen gw ini orangnya cuek banget, memang orang2 rasanya melihat dengan aneh, ada yang bisik2 juga, entah gw GR atau gimana, pokoknya situasi yang akward lah. wkwkwk
Yang malu, waktu itu gw camping di gunung sekitar seminggu, musim hujan, lembab kan tuh, mau mandi sehari 2x nggak mungkin, celana panjang cuma ada 2, eh pulang2 selangkangan kena jamur, karena lembab, dan di hutan kan banyak “spora” bibit2 jamur gitu.
Gw ke dokter kulit kelamin, selagi nunggu orang2 biasa aja, mungkin gw disangka mau cek muka, karena saat itu muka gw banyak jerawat. wkwkwkw.
Dokter lagi cek, gw kan lagi buka celana dan ngangkang, eh si suster keluar dong, buka pintu luar, dan pas di pintu ruang tunggu itu ada cewek pake jilbab lagi ngantri, langsung melihat ke arah joni gw. Asli itu malu banget.