Kalau disuruh menceritakan kembali masa kecil gue dulu, ada beberapa hal yang paling gue ingat dari masa-masa ketika gue kecil.
Masa-masa yang paling gue ingat adalah ketika di suruh sama nyokap buat tidur siang. Gue pernah menyinggung hal ini di salah satu postingan yang ada di blog ini. Mungkin tidak begitu penting untuk di bahas. Tapi, yuk, sejenang mengenang kembali masa kecil kita dulu.
Baca Juga: Saatnya Memikirkan Masa Depan
Gue rasa setiap orang pasti pernah ngalamin masa kanak-kanak. Kecuali kalau dulunya ketika lahir kamu tiba-tiba udah jadi seperti yang sekarang ini. Jelas kamu tidak akan pernah ngalamin masa kecil atau masa kanak-kanak.
Menurut gue masa kanak-kanak itu masa yang paling menyenangkan setelah jatuh cinta. Mengapa bisa begitu? Karena ketika kecil, kita tidak memiliki beban sama sekali. Tidak memikirkan tugas ini dan itu. Yang ada dalam pikiran hanyalah bermain dan terus bermain hingga Adzan Maghrib memisahkan. Hmm… biasanya ini dialami oleh anak laki-laki. Sedangkan yang kedua adalah jatuh cinta. Jatuh cinta itu menyenangkan rasanya. Tapi sedih dan sakit ketika dilanda putus cinta atau patah hati.
Anak laki-laki itu hobinya pasti main. Terutama main sepak bola. Gue dulu juga suka main sepak bola setiap sore hari bersama teman-teman kompleks. Biasanya anak-anak kompleks selalu berkumpul di tempat pos kamling dari pukul 16.00 sore. Setelah semuanya berkumpul, tinggal waktunya bermain.
Ada satu hal yang membuat gue sangat bersemangat main sepak bola. Adalah akibat film yang gue tonton yang membuat gue sangat bersemangat main bola. Yap, gue rasa anak laki-laki yang seumuran atau bahkan beberapa tahun di atas gue pasti juga terinspirasi dari tontonan ini. Adalah Captain Tsubasa yang membuat gue jatuh cinta sama sepak bola.
Apa yang kamu tonton akan mempengaruhi kepribadianmu. Apa yang kamu tonton akan membentuk karaktermu. Terbukti ketika gue nonton Captain Tsubasa gue jadi bersemangat dan bercita-cita ingin menjadi pemain bola sehebat Tsubasa Amami Ozora.
Baca Juga: Buruknya Tontonan Anak Masa Kini
Waktu bermain pun tidak ditentukan. Kita bebas mau bermain sampai jam berapa. Kita bebas mau berhenti kapan saja. Dan yang serunya lagi dari permainan sepak bola bersama anak kompleks adalah: Tidak adanya aturan yang mengikat selama bermain.
Batas waktu untuk bermain ini memang tidak ditentukan. Bebas mau main sampai jam berapa. Tapi biasanya sih, permainan dihentikan saat Adzan Maghrib telah berkumandang atau si-empunya bola di suruh pulang untuk mandi.
Bagus kalau si-empunya bola anaknya tergolong bebas. Malang kalau si-empunya bola adalah anak yang manja.
Anak manja menjadi sebuah aib yang cukup memalukan dikalangan anak kompleks. Terutama dikalangan anak laki-laki yang gemar bermain bola. Gue salah satu dari sekian banyak anak-anak kompleks yang sempat dikategorikan sebagai anak manja.
Dulu sewaktu main bola, nyokap selalu memperhatikan gue dari rumah. Antara rumah dengan lapangan kompleks jaraknya tidaklah jauh. Hanya beberapa langkah langsung sampai. Mungkin lagu “Pacar 5 langkah”, akan segera gue berubah menjadi “Lapangan 5 langkah” saking dekatnya rumah gue sama lapangan kompleks.
“DUUUK!!!” bunyi kedua kaki saling beradu mendapatkan bola.
Karena lawan gue badannya lebih besar, otomatis gue terjatuh dan meringis kesakitan setelah saling adu kaki. Nyokap langsung mengambil sikap pertolongan pertama ketika gue terjatuh: Memarahi lawan yang beradu kaki sama gue. Bobby namanya.
“Bobby!” kata nyokap. “Kamu mau bikin kaki Reza patah!? Badan kamu besar sedangkan badan Reza kecil. Lawan kamu bukan Reza, tapi Rama!” sambil menunjuk Rama dengan sebuah ranting kayu.
Ini apa banget coba :(
Nyokap malah turun tangan waktu gue lagi seru-serunya bermain bola sama anak kompleks. Beradu kaki sama lawan sudah menjadi hal yang wajar saat bermain bola. Tapi entah saking sayangnya nyokap sama gue atau memang tidak tahu sama hal-hal yang pasti terjadi dalam permainan sepak bola, ikut turun tangan ke dalam lapangan.
Sakit sih sakit. Tapi rasa sakit itu tidak seberapa bila dibandingkan sama rasa malu ketika nyokap turun kelapangan buat memarahi Bobby. Kalau harus memilih gue lebih milih sakit daripada malu. Alasannya gampang. Sakit masih bisa ditahan tapi kalau malu pasti akan terus terkenang sampai kapanpun. Buktinya saat lomba Futsal untuk memeriahkan acara 17 Agustus yang diadakan RT gue waktu itu si Bobby masih teringat sama masa lalu. Alhasil gue dipermalukan di depan umum karena Bobby membahas kembali cerita masa lalu itu.
Nyokap tidak tahu apa dampak yang ditimbulkan saat ia membela gue waktu itu. Mungkin maksudnya sayang. Tapi kalau sayangnya berdampak menjadi rasa malu, gue lebih milih untuk sakit aja waktu itu.
Sebenarnya masih ada begitu banyak kenangan masa-masa ketika gue kecil dulu yang tidak bisa gue lupakan sampai sekarang. Tapi karena sudah malam, dan gue capek, besok juga ada les sampai jam 5.00 sore, maka gue sudahi dulu sampai di sini. Bila ada waktu, nanti akan gue bahas kembali cerita masa kecil gue dulu \o/
Pesan dari gue buat kalian para calon Ibu dari anak gue nanti *asooy* *digampar* jangan terlalu memanjakan sang anak. Jangan terlalu melindungi sang anak. Apalagi kalau cuman masalah sepele. Nantinya sang anak akan terbiasa untuk menyalahkan orang lain. Dan tidak menutup kemungkinan sang anak bisa menjadi manja.
Bila kalian tidak ingin anak kalian nanti di permalukan oleh teman-teman sepermainannya seperti yang gue alami, maka biarkanlah mereka bermain sama teman sebayanya. Jangan dilarang. Karena masa kanak-kanak adalah masa dimana mereka sedang mengalami perkembangan. Baik itu perkembangan jasmani, otot dan juga saraf.
Jangan over protektif pada sang anak. Dan jangan pula terlalu membebaskan sang anak. Biarkanlah mereka bermain selama masih dalam batas kewajaran. Bila sudah lewat batas wajar, maka kamu perlu melarangnya bermain.
Daah~~ gue mau tidur dulu. Capek. Kalau kalian juga punya cerita masa kecil yang ingin kalian bagi, silahkan bagi di kolom komentar yang sudah gue sediakan di bagian bawah ini.
Jangan lupa untuk Like, Follow, dan add to circle juga untuk mendapatkan seputar update-an terbaru dari blog gue. Oya, jangan lupa di share juga ke akun social media kalian ya \o/
Untuk gawang lima langkah pas di cek ternyata semakin lama semakin kecil gawangnya hahahaa
hahaha betul mas XD
yang ini sering banget terjadi setiap kali main bola XD
jiahhhh, nasihatnya udah kayak bapak bapak wkwk
*calonbapakyangbaik* :D
Iya dong, gue kan nantinya akan jadi bapak dari anak-anak kita *apasih
Duh, baca posting lo, w inget masa kecil w yang bandel plus jorok. Nyebelin tapi ngangenin. Kadang kalodiceritain lagi sama mama bikin w malu. True baget, masa kecil itu nggak ada beban. Easy going. Sekarang? Hm…
Sekarang banyak beban ya Ris. Mikirin tugas ini dan itu.
Gue kgn masa kecil gue dulu :’D
Ah, Masa kecil… Itu selalu menyenangkan!! Bersenang-senang dan tertawa… Hahahaha
Yap! :D
Waktu gue kecil, gue seneng maen karet atau maen galasin di lapangan depan kelas di sekolahan.. Ya nggak jauh beda lah sama lo, lapangan lima langkah.. Hahaha..
Galasin itu mainan apaan ya? Gue belum pernah denger hehehe….
IYa! Kadang di sekolah gue juga demen main sama temen-temen. Apalagi kalo dulu pas zaman gue masih SD lapangannya belum di semen. Jadi, kadang suka main petak umpet atau main bola. Kalo jatuh juga gak sakit :))
Hhahaha iya sih yang punya bola adalah raja. :))
Kalo di tempat gue, pas lapangannya penuh, main di gang, gawangnya pake sendal. Hahaha.
Iya Di! Tapi kalo di tempat gue lapangannya ada banyak. Luas lagi lapangannya. Gawangnya pun sama, pake sendal. Hahah XD