Bekerja di usia produktif merupakan sebuah anugerah yang patut disyukuri. Karena orang-orang dengan usia produktif punya banyak kesempatan untuk belajar hal baru, punya kapasitas penampungan yang besar dalam menangkap dan mengelola informasi.
Untuk mensyukuri nikmat tersebut, gue berusaha menggunakannya dengan sebaik mungkin agar gue tidak menyia-nyiakan masa muda gue. Caranya dengan mendalami salah satu skill yang menurut gue wajib untuk dikuasai. Setidaknya oleh para pekerja baik itu freelance atau pegawai kantoran.
Pada awalnya gue berpikir bahwa skill ini sangat receh atau tidak begitu membantu dalam meningkatkan suatu income. Juga tidak ada benefit apapun yang bisa gue dapatkan ketika menguasainya. Tetapi, semakin gue mendalami pekerjaan gue saat ini, rupanya pandangan gue saat itu salah. Meskipun terlihat receh, skill ini sangat membantu dalam mempermudah pekerjaan.
Skill penting untuk para pekerja tersebut tidak lain adalah… Microsoft Excel. Yah, tidak bisa dipungkiri, penggunaan tools pengolah data seperti Microsoft Excel sudah seperti garam di dalam masakkan. Excel, bisa digunakan untuk menghitung, mengolah dan menganalisa data, hingga membuat timeline.
Pada postingan kali ini, gue ingin menceritakan pengalaman gue sebelum dan saat berusaha menguasai Microsoft Excel. Penasaran? Begini ceritanya…
Cerita ini bermula di suatu sore. Ketika itu, gue menerima sebuah pesan dari seorang client. Inti dari pesan tersebut, ia meminta bantuan gue untuk memproses perubahan suatu data. Referensi datanya, berdasarkan file yang ia kirim sebelumnya.
Gue menerima permintaan tersebut. Selain karena dia adalah client gue, sebenarnya gue sangat senang bisa membantu orang yang membutuhkan bantuan gue. Saat itu gue menyampaikan bahwa gue butuh waktu untuk memeriksa data tersebut sebelum mulai memprosesnya.
Setelah ada kesepakatan, gue mulai memeriksa data tersebut. Karena datanya cukup banyak, gue mulai dengan random checking. Menurut gue, cara ini cukup efektif dibanding dengan memeriksa datanya secara berurutan. Jika ditemukan satu atau beberapa sample data yang duplikat, barulah gue memeriksa data itu secara menyeluruh.
Ternyata, dari random checking tersebut gue menemukan 2 sample data yang duplikat. Mengetahui ada data yang duplikat, gue langsung menghubungi client untuk memberitahu adanya temuan tersebut dan action plannya. “Oke, gapapa mas. Dihapus aja data yang duplikat itu.” Balasnya.
Setelah mendapat lampu hijau dari client, gue mengecek kembali data tersebut dengan lebih teliti.
Selain masalah data duplikat, gue juga menemukan data yang formatnya tidak sesuai ketentuan atau kesepakatan di awal. Sekali lagi, gue menghubungi client untuk memberitahu temuan ini dan action plan yang akan gue lakukan terhadap data tersebut. “Boleh mas, diubah aja yang formatnya nggak sesuai.”
Setelah mendapat lampu hijau kedua, gue langsung mengubah data yang formatnya belum sesuai ketentuan itu. Untuk mengubah format data tersebut, gue membutuhkan waktu sekitar 3 hari dengan durasi pengerjaan sekitar 4 jam / harinya. Proses perubahan format data ini sebagian besar gue kerjakan di luar dari jam kerja alias lembur.
Setelah mengupdate format data tersebut, gue mulai mengerjakan action selanjutnya, yang juga sudah mendapat persetujuan dari client. Yakni men-delete semua data duplikat.
Untuk mengerjakannya, gue butuh sekitar 3 hari dengan durasi pengerjaan sekitar 4 jam per harinya. Jika action plan pertama bisa dibantu dengan fitur find and replace, untuk mengerjakan action plan kedua ini gue dibantu dengan fitur filter. Iya, filter. Sementara itu data yang harus dicek ada sebanyak 2000-an.
Cara ini mungkin terlihat bodoh dan ribet. Tapi, begitulah kenyataannya. Gue mengecek apakah ada masih ada data duplikat menggunakan fitur filter tersebut. Saking bodohnya cara kerja gue saat itu, gue terpaksa harus lembur selama beberapa hari hanya untuk men-cleasing data tersebut.
Setelah merapihkan data tersebut, gue menyerahkan data finalnya kepada client untuk direview lebih dahulu. Untungnya, client suka dengan hasil kerja gue dan memberi apresiasi. “Setidaknya cara gue yang sangat bodoh ini disukai client,” pikir gue.
Usai memberikan bantuan, ada sensasi senang dan puas yang gue rasakan.
Namun, muncul kekhawatiran dalam kepala gue. Bagaimana jika nanti ada permintaan serupa dan jumlah datanya jauh lebih banyak? Bagaimana jika nanti gue harus lembur lagi dalam jangka waktu yang lebih panjang?
Cleansing dan reformat 2000-an data saja gue harus lembur selama 6 hari. Jika jumlah datanya jauh lebih banyak lagi, katakanlah sekitar 4000-an data, mungkin gue butuh waktu sekitar 12 hari untuk mengerjakannya.
Baik gue atau pun client tentunya tidak punya waktu sebanyak itu. Supaya sama-sama diuntungkan, gue berusaha mengkomunikasikan ini kepada client. Saran gue ketika itu adalah, data yang disubmit sudah mengikuti format yang ditentukan. Untungnya client gue mengerti dan mau bekerja sama.
Satu masalah berhasil terselesaikan. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar gue bisa memastikan bahwa tidak ada data duplikat pada file yang disubmit. Belajar dari pengalaman itu, per hari itu, gue memantapkan diri untuk berkenalan lagi dengan Excel.
Untuk bisa mengenal lebih dalam, tentunya gue harus memulai dari nol lagi. Kembali ke dasar lagi.
Sebenarnya ini bukanlah kali pertama gue berkenalan dengan tools ini. Tools ini pernah diajarkan ketika gue duduk dibangku SMP dan SMA dulu. Saat itu gue cukup terampil menggunakannya. Akan tetapi, saat itu gue menggunakannya sebatas untuk mendapatkan nilai mata pelajaran TIK saja.
Seiring berjalannya waktu, gue mulai lupa bagaimana cara mengoperasikan formula-formula yang ada di dalam Excel. Karena di bangku kuliah gue sama sekali tidak pernah menggunakannya. Siapa sangka, sekarang, gue akan cukup sering menggunakannya. Karenanya, gue harus mempelajarinya lagi.
Saat memiliki waktu senggang, gue melakukan browsing untuk mencari bacaan dan juga video tutorial penggunaan formula dan juga shorcut yang terdapat di dalam tools tersebut. Dalam proses belajar, gue menemukan beberapa shorcut penting. Selain itu, gue juga menemukan cara mudah untuk menemukan data duplikat yang bisa gue gunakan pada saat menerima request client nanti.
Gue langsung mempraktekkan panduan tersebut. Alhasil, gue bisa menemukan data duplikat hanya dalam waktu kurang dari 1 menit saja!
Gue mencoba melakukan perbandingan. Menemukan data duplikat menggunakan filter dan fungsi selain daripada filter. Cara kedua, jauh lebih efisien waktu dan mudah dilakukan.
Sungguh, gue merasa cukup senang dan terbantu berkat panduan yang gue baca ketika itu. Hati gue tenang karena gue sudah menemukan cara mudah untuk menemukan data duplikat.
Persoalan selanjutnya adalah, merapihkan format data yang kurang tepat. Jika sebelumnya gue menggunakan cara find and replace untuk memperbaiki format tersebut, dalam proses belajar ini, gue menemukan cara yang jauh lebih mudah. Yaitu menggunakan formula yang sudah ada di dalam Excel.
Tidak puas hanya melihat saja, gue juga mempraktekkan penggunaannya dan membandingkan hasilnya dengan cara yang gue gunakan sebelumnya. Alhasil, perbandingan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan formula jauh lebih ringkas dibandingkan cara yang gue lakukan di awal.
Satu hal yang gue temukan pada saat menggunakan formula tersebut, sepertinya formula ini tidak bisa diterapkan untuk semua. Begitulah kesimpulan gue saat itu.
Mungkin saja, sebenarnya formula tersebut bisa diterapkan untuk semua format data yang berbeda-beda di dalam satu kolom. Seperti dengan cara mengkombinasikannya dengan formula lainnya. Namun karena gue baru belajar, gue belum bisa melakukan kombinasi lebih dari 1 formula. Tapi paling tidak, formula ini sudah menjawab kebutuhan gue.
Setelah berhasil menguasai cara untuk menemukan data duplikat dan memperbaiki format data yang tidak sesuai, gue merasa jauh lebih percaya diri untuk menerima request selanjutnya dari client dengan jumlah data yang lebih banyak.
sumber gambar: fauxels from Pexels
Perubahan yang gue rasakan setelah mempelajari lebih lanjut formula dan shortcut yang ada pada Microsoft Excel, gue merasa bahwa pekerjaan gue jadi lebih ringan.
Kesimpulannya, belajar Microsoft Excel itu cukup penting buat para pekerja. Minimal mengerti dasar dan penggunaan formulanya dulu. Soal apakah ingin mendalaminya sampai tingkat profesional, itu lain cerita.
Demikianlah kisah pengalaman gue sebelum menguasai Microsoft Excel. Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menginspirasi kalian untuk mau belajar Microsoft Excel. Terima kasih sudah mampir!