Sabtu, Juli 27, 2024
HomeDaily LifeIdeafest dan Cerita yang Belum Usai

Ideafest dan Cerita yang Belum Usai

on

Beberapa waktu lalu gue bebas. Lepas dari beban ujian tengah semester. Yang melelahkan. Juga memusingkan. Pada hari tertentu gue merasa bosan dengan rutinitas yang gue lakukan: belajar-tidur-bangun-belajar lagi-ujian. Siklusnya berputar di situ-situ saja. Ketika libur datang, di gunakan untuk membuat laporan market research. Yang nantinya dikumpul saat hari terakhir ujian, untuk matakuliah entrepreneurship 1.

Mendekati hari terakhir ujian tengah semester, jam tidur gue semakin berkurang. Stres bertambah. Hilang keseimbangan. Kehabisan kata-kata, lelah lalu tak mampu mengontrol diri.

Belum lagi memikirkan maksud dan sikapnya yang semakin membuat gue bingung dari hari ke hari. Terapi dengan cara menulis sepertinya kurang ampuh. Lalu gue mencurahkan semua isi kepala pada seorang sahabat, yang juga seorang wanita. Barangkali sahabat gue ini mampu menerjemahkan “bahasa” dia—wanita yang berhasil merebut perhatian gue.

Setelah mencurahkan semuanya, pikiran gue agak tenang. Meski tidak begitu membantu, paling tidak kepala gue sudah bebas dari limbah informasi; bersih dari berbagai dugaan dan pikiran negatif tentang dia.

Lepas dari ujian tengah semester, besoknya ada kegiatan Ideafest di kampus. Semacam acara pameran untuk matakuliah entrepreneurship. Kegiatan ini terbagi jadi dua: visitor dan kontributor. Pada hari pertama gue bersama kelompok dapat bagian visitor. Di acara Ideafest, tugas visitor ialah melakukan market review. Yaitu mereview usaha anak-anak yang mendapat matakuliah entrepreneurship 2. Dengan kata lain gue mereview usaha kakak tingkat.

Salah satu produk yang kelompok kami review
doc. pribadi

Nantinya hasil review itu akan dibuat ke dalam bentuk laporan dan di upload ke situs yang telah ditentukan. Lalu di penghujung semester market review itu akan di presentasikan secara berkelompok. Di depan kelas.

Lalu pada hari kedua, gue kebagian sebagai kontributor, yaitu mempresentasikan ide bisnis yang kelompok kami buat. Gue bangun tepat pukul delapan pagi. Gegoleran sebentar, anak-anak biasa menyebutnya “ngumpulin nyawa”. Setelah nyawa terkumpul, gue langsung mandi dan berangkat ke kampus. Berangkatnya pun masih sama seperti yang dulu, yaitu dengan berjalan kaki. Tidak apa-apa, lagian jarak dari kost ke kampus terbilang dekat. Tidak sampai 1 km. Sepertinya.

Sesampainya di kampus, gue langsung menuju salah satu ruangan dengan maksud memastikan jadwal presentasi kelompok gue. Kepala gue sedikit pusing melihat daftar nama kelompok yang cukup banyak. Setelah menemukan nama ketua kelompok, gue mengabari yang lain. Kita presentasinya shift 2 nanti, tulis gue.

“Shift 2 jam berapa?” balas temen gue.

“Sekitar jam 11.”

Setelah mengisi perut. Gue dan beberapa temen yang akan presentasi langsung menuju tempat masing-masing. Tempat kami saling terpisah. Kelompok gue sendiri dapat lokasi di balkon lantai 4 kampus. Sementara temen-temen gue ada yang presentasi di balkon lantai 2, ada yang di kelas, ada juga yang di balkon lantai 3.

Masih ada waktu sekitar 20 menit untuk melemaskan otot dan persendian. Kami berdebat—tentang siapa yang akan menyampaikan materi—dan pada akhir perdebatan itu, hasilnya menunjukan ketua kelompok untuk maju. Sementara gue dan yang lainnya memerhatikan dari belakang. Menurut aturan mainnya, masing-masing kelompok mengirim satu orang untuk maju. Sementara itu yang lain boleh menemani; boleh juga tidak. Gue memilih santai. Memberi dukungan dari belakang.

“Pada mau ke mana?” tanya gue setelah presentasi.

“Paling pulang. Kalau lu ke mana, Za?”

“Mau lihat kelompok lain presentasi. Sekalian nungguin Aldo,” kata gue. “Duluan, ya.”

Dari lantai 4 gue berlari menuju lantai 2. Tempat dimana para sahabat dan teman terdekat gue sedang berkumpul. Menunggu giliran presentasi. Berbeda dengan lantai 4, lantai 2 lebih ramai dibanding yang lain. Tempatnya pun terbilang panas dan sesak karena terlalu ramai. Gue hanya sanggup bertahan selama 2 menit di tempat itu. Lalu keluar dan mencari tempat lapang. Menghirup udara segar.

Kami menunggu lebih dari satu jam. Selepas presentasi, kami pulang bersama-sama. Gue tidur siang. Lalu menyelesaikan tulisan ini. Itu saja yang bisa gue ceritain kali ini. Seperti judulnya, Ideafest dan cerita yang belum usai, tulisan ini gue persembahkan dalam bentuk cerita yang belum usai karena masih ada lanjutannya.

Penasaran apa saja yang ada di Ideafest kemarin dan hari ini? Tunggu cerita selanjutnya! Hanya di rezaandrian.com!

 

 

Contact

Facebook || Google+ || Instagram || Twitter ||

e-mail: [email protected]

Previous Article
Next Article
Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca