Gue Reza. Gue mahasiswa aktif salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Oya, gue juga konten kreator. Teman-teman di kampus suka menjuluki blogger karena gue suka menulis. Untungnya, julukan yang mereka berikan punya energi dan pengaruh positif buat gue. Gue merasa berutung punya teman dan lingkungan seperti ini.
Kini gue sedang mencari kerja. Sebelumnya gue bekerja dibagian marketing. Artinya, sedikit banyak gue punya pengalaman kerja. Niat gue mencari kerja adalah untuk mencari pengalaman. Tentunya bukan sekedar pengalaman, tapi juga untuk nyari uang jajan tambahan. Ketika gue cerita soal ini ke teman-teman, biasanya mereka akan bertanya, apa orangtua lu enggak kasih jajan?
Gue jawab, “kasih,”
Mereka akan bertanya lagi, “sebulan di kasih berapa?”
Gue akan jawab, “yah, cukuplah untuk sebulan.” tanpa menyebut nominal atau angka pasti dari uang yang dikirim setiap bulannya. Gue sengaja enggak menyebut nominal karena buat gue enggak penting.
Udah di sekolahin tinggi-tinggi, masuk perguruan tinggi bagus, dikirimi uang kos dan uang makan tiap bulan, rasanya enggak etis seorang anak menceritakan uang kiriman dari orangtuanya ke teman-teman. Apalagi untuk dibanding-bandingkan. Setiap orang punya rezekinya masing-masing. Yang enggak bisa disamaratakan. Syukur-syukur udah tercukupi.
Kalau dikasih lebih, ya, terima. Kalau merasa kurang, ya, cari. Kerja atau apa gitu. Selagi muda dan sehat. Berhubung gue belum menemukan pekerjaan yang tepat, satu-satunya cara untuk mendapatkan uang tambahan ialah dengan terus konsisten menulis. Gue senang berkarya di industri kreatif. Tempat di mana orang-orang kreatif berkumpul. Membicarakan hal yang bertentangan dengan pemikiran umum, menyalurkan ide dan bakat hingga menghasilkan karya bertakjub kreativitas tanpa batas.
Sekarang teknologi sudah canggih. Semuanya serba digital. Mau baca berita? Tinggal buka portal berita online. Mau cek saldo di rekening bank? Tinggal buka website internet banking. Asal tersambung dengan jaringan internet, masyarakat bisa mengakses semua konten multimedia seperti musik, video, teks dan gambar yang tersebar di internet melalui perangkat komputer atau smartphone.
Sebagai mahasiswa Sistem Informasi, cita-cita gue menghasilkan karya dari ilmu yang sudah gue pelajari. Demi keberagaman konten digital. Khususnya Indonesia. Supaya cita-cita gue tercapai, gue sengaja mengambil peminatan dibidang digital dan multimedia seperti e-business.
Gue sadar akan kebutuhan gue yang semakin banyak. Gue enggak bisa mengharapkan semuanya dari orangtua. Orangtua sudah melakukan tugasnya. Mencarikan tempat tinggal yang aman, memberikan uang bulanan dan membiayai kuliah. Tugas gue sebagai seorang anak yaitu belajar dengan baik. Tapi dengan kebutuhan gue yang terus bertambahan dari tahun ke tahun, gue betul-betul harus mencari uang tambahan sendiri demi mencukupi kebutuhan gue seperti print tugas/laporan (yang biasanya suka minta revisi ulang sampai benar), fotocopy ini-itu, beli buku dan kebutuhan lainnya. Untuk itu gue harus mencari kerja dan gue harus bekerja.
Gue kepikiran mau ambil kerja part-time. Tapi belum ada pekerjaan yang sesuai dengan gue. Pun kalau ada posisinya untuk full time. Mau apply, tapi belum bisa karena ada satu masalah. Laptop gue lemot! Gue enggak bisa kerja dengan laptop selemot ini! Gue butuh laptop baru untuk menunjang aktivitas gue saat kuliah dan bekerja!
Beberapa bulan terakhir gue mengamati syarat yang dibutuhkan seorang pelamar kerja untuk mengisi posisi content writer, copywriter dan creative writer. Ketiga posisi tersebut membutuhkan satu persyaratan yang wajib dimiliki oleh pelamar: bisa menggunakan tools design seperti Photoshop, Adobe Illustrator dan tools design lainnya. Gue pikir untuk melamar posisi tersebut yang dibutuhkan cuma kelihaian dalam menulis. Ternyata enggak. Selain bisa nulis, masih ada beberapa elemen yang wajib dikuasai seperti: mengerti SEO dan bisa desain. Sementara untuk copywriter ada satu elemen tambahan lagi yang wajib dimiliki oleh calon pelamar: bisa berbahasa inggris.
Untungnya gue dulu pernah belajar Photoshop waktu SMP. Dan ilmu gue terus bertambah begitu guru TIK gue di SMA mengajarkan materi desain menggunakan Coreldraw selama satu semester penuh. Lalu lanjut belajar membuat animasi sederhana menggunakan Adobe Flash.
Waktu itu laptop gue masih cukup kuat untuk menjalankan dua aplikasi atau tools design (Photoshop CS6 dan Corel Draw X6) secara bersamaan. Bahkan sambil nyicil tugas animasi di Adobe Flash. Namun sekarang performa laptop gue jauh merosot. Menjalankan dua tools design secara bersamaan rasanya udah enggak memungkinkan. Ngedesain di Photoshop aja suka lemot. Yang paling buruk dan paling gue takuti: bluescreen. Ya, laptop gue kadang suka bluescreen sendiri bila menjalankan Photoshop.
Gue nggak mungkin melamar kerja dengan kondisi seperti ini. Bisa sih kalau di paksain. Tapi hasilnya bisa kurang maksimal dan berakhir dengan stress. Kuliah keteteran, stress di tempat kerja karena laptop suka bluescreen sendiri. Ujung-ujungnya nama gue juga yang jelek. Gue enggak bisa kayak gini. Gue harus cari laptop pengganti. Yang enak di pake kuliah dan kerja. Tentunya laptop khusus untuk multimedia karena gue suka desain. Dan yang paling penting: harganya enggak terlalu mahal.
Akhirnya gue menemukan jawaban dari permasalahan gue. Asus Vivobook Pro. Ya, gue yakin Vivobook bisa mengatasi persoalan yang gue hadapi. Lalu kenapa harus Vivobook Pro? Berikut alasannya:
Pertama adalah desainnya. Gue pribadi suka banget sama desainnya VivoBook Pro karena desainnya sangat tipis. Sangat premium karena menggunakan bahan aluminium. Sebagai mahasiswa aktif sekaligus konten kreator, dalam hal ini blogger, gue enggak bisa bekerja dan diam di satu tempat. Apalagi gue tipe orang yang sangat aktif dan enggak bisa diam. Biasanya gue akan bepergian ke tempat-tempat lain seperti café atau taman karena di sana ada banyak hal yang bisa gue eksplor dan tempatnya banyak mendatangkan ide-ide segar.
Problematika yang selalu dialami oleh orang-orang aktif seperti gue adalah rasanya kurang nyaman bepergian sambil bawa laptop. Tas jadi terasa penuh. Padahal isinya cuma laptop, charger laptop, powerbank, binder kuliah sama botol minum. Dengan desain VivoBook yang sangat tipis dan ringan, gue bisa percaya diri untuk terus aktif kuliah, berkarya, juga bekerja. Dan yang paling penting gue nyaman bepergian ke mana-mana karena bodynya yang sangat tipis enggak bikin tas terlihat penuh.
Habis ngomongi desain, rasanya kurang adil kalau belum ngomongi performa dan kinerja dari VivoBook Pro. Hal kedua yang gue suka dari VivoBook Pro adalah performanya yang terbaik. Kenapa gue bilang performa? Karena performa adalah salah satu faktor penentu apakah suatu pekerjaan akan terselesaikan atau tidak. Bayangkan jika laptop yang digunakan tidak berjalan sesuai harapan, misal lemot atau suka bluescreen. Apakah sebuah pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Mungkin bisa diselesaikan. Tapi berapa banyak waktu yang terbuang percuma gara-gara lemot atau bluescreen?
Menariknya, VivoBook Pro dapat mengatasi persoalan di atas karena dilengkapi dengan spesifikasi yang tinggi sehingga mampu memberikan performa yang terbaik. Kok bisa? Karena VivoBook Pro dilengkapi dengan prosesor generasi ke-7 yaitu Intel® Core™ i7-7500U dan RAM 8GB DDR4 yang 33% lebih cepat sehingga nyaman untuk digunakan sambil multitasking. FYI, untuk RAMnya sendiri masih bisa di upgrade.
Selain itu VivoBook Pro dilengkapi dengan graphics card NVIDIA GeForce GTX 1050 yang kebanyakan di pake oleh laptop kelas gaming. Dengan grafis GTX 1050, visual yang dihasilkan akan terlihat sangat detail dan jernih. Agar bisa sejalan dengan graphics cardnya yang tinggi, VivoBook Pro melengkapinya dengan SSD yang menjadikan proses menulis, membaca dan mengolah data jadi lebih cepat.
Jadi buat yang suka bikin visual effect, video editing, desain atau mungkin ngegame enggak perlu khawatir lagi karena kualitas dan kemampuan dari VivoBook Pro sangat mumpuni untuk menyelesaikan semua bidang pekerjaan khususnya di industri kreatif. Bukan cuma itu. VivoBook Pro juga dilengkapi dengan sistem operasi Windows 10.
Hal ketiga yang bikin gue tertarik sama VivoBook Pro adalah fitur keamanannya. Apa yang membuat VivoBook berbeda dari kebanyakan laptop? Yaitu adanya fitur fingerprint layaknya perangkat gawai masa kini. Letaknya sendiri ada di pojok kanan atas touchpad. Dengan fitur keamanan sidik jari, gue nggak perlu merasa khawatir kalau ada temen yang iseng mau ngebajak laptop yang lagi gue tinggalkan.
Hal berikutnya yaitu keempat adalah kualitas audionya. Namanya juga laptop multimedia, selain memberikan pengalaman visual yang baik, audio yang dihasilkan juga harus memberikan pengalaman yang baik dengan kualitas suara yang jernih dan berstandar tinggi. Audio yang digunakan dalam produk VivoBook Pro adalah audio yang dikembangkan bersama dengan Harman Kardon. Buat yang belum tau, Harman Kardon merupakan pionir di industri audio.
Karena dikembangkan bersama Harman Kardon, jadi kualitas audio yang dihasilkan sudah pasti jernih seperti kristal. Pas banget untuk orang seperti gue yang suka mendengarkan musik. Biasanya gue akan memutar lagu saat hendak bekerja seperti menulis atau saat suasana hati sedang gembira dan sedih.
Tahu berapa banyak waktu yang gue gunakan hanya untuk mendengarkan musik? 30.613 menit atau setara dengan 500 jam (data dari Desember 2016 – Desember 2017). Belum termasuk musik yang gue putar dari Youtube dan aplikasi streaming musik lainnya.
Hal kelima yang membuat gue makin suka sama VivoBook Pro adalah teknologi pengisian cepat atau lebih dikenal dengan nama Fash Charging layaknya gawai masa kini. Adanya teknologi pengisian cepat memungkinkan orang-orang untuk tidak lagi saling rebut colokan. Masalah yang biasanya ditemukan di café atau tempat umum lainnya.
Mau tau seberapa cepat VivoBook dapat mengisi daya? Yaitu 60% hanya dalam waktu 49 menit! Memang enggak begitu cepat, tapi untuk orang dengan mobilitas tinggi seperti gue, sangat membutuhkan fitur pengisian cepat seperti yang ada di VivoBook.
Hal keenam yaitu pendinginnya. VivoBook Pro dilengkapi dengan dual-fan cerdas dengan pilihan delapan tenaga atau kecepatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna supaya mesin enggak cepat panas saat digunakan bermain game berat atau ngedit video. Gokilnya lagi, meski punya dua kipas dengan delapan tingkat kecepatan yang dapat diatur, ketika digunakan untuk bekerja dengan kondisi kipas menyala, kipasnya tidak akan menghasilkan suara yang berisik. Di mana laptop lain menghasilkan suara yang berisik bahkan mengganggu.
Seperti laptopnya temen gue, Aldo. Laptop yang dia gunakan termasuk jenis laptop gaming. Ketika kipasnya dinyalain, suara kipasnya akan terdengar sangat jelas dan megganggu. Dengan VivoBook Pro, persoalan seperti suara kipas yang berisik bisa diminimalisir.
Balik ke topik sebelumnya. Tugas kuliah mengharuskan gue untuk menggunakan tools design. Walaupun gue bukan anak Desain Komunikasi Visual, bukan berarti gue terbebas dari tugas menggambar. Gue tetep dapat tugas menggambar, bedanya yang gue bikin adalah desain untuk User Interface atau User Experience dari sebuah aplikasi. Juga desain database. Kalau sudah begini biasanya gue akan datang ke tempat teman lalu meminjam laptop. Untungnya temen gue banyak yang pakai laptop multimedia sehingga aplikasi apapun yang digunakan bisa berjalan dengan mulus.
Untuk mendapat pinjaman itu enggak gampang. Gue harus bisa membujuk teman gue yang punya laptop supaya mau memberikan akses. Biasanya ada yang berdalih, “mau kerjain tugas” atau mungkin “tugas gue aja belum gue bikin”. Kalau udah di pinjamin biasanya gue harus berpacu dengan waktu yang dia berikan. Supaya waktunya cukup, biasanya gue sudah menyiapkan sketsa dari kertas atau prototype dari desain yang akan gue buat.
Bicara memang gampang tanpa mencantumi bukti. Berikut adalah salah satu contoh dari desain prototype yang pernah gue buat pada matakuliah User Experience. Untungnya tools design yang satu ini enggak begitu berat sewaktu digunakan sehingga gue bisa menghemat waktu pengerjaan saat memindahkannya desainnya ke Photoshop.
Bicara soal pengalaman saat menggunakan laptop multimedia, jelas, gue udah sering banget pake. Meski laptopnya bukan punya gue. Kalau boleh berpendapat, VivoBook Pro dengan segala keunggulan yang dibawanya, jelas, udah melampaui ekspektasi gue terhadap laptop multimedia. Apalagi dengan fitur fingerprint dan fash charging yang dibawanya, yang jarang dimiliki oleh laptop multimedia lain di kelasnya. Ingat ya, di kelasnya.
Sebagai informasi tambahan tercantum tabel spesifikasi berikut
Main Spec. | ASUS VivoBook Pro N580 |
CPU | Intel® Core™ i7 7700U Processor (4M Cache, up to 3.5GHz) |
Operating System | Windows 10 Home |
Memory | 8GB DDR4 2400MHz SDRAM |
Storage | 1 TB + 128GB SSD |
Display | 15,6” (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) Glare Panel with 100% sRGB |
Graphics | Nvidia GTX 1050 VRAM 4GB GDDR5 |
Input/Output | 1 x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1), 1 x Fingerprint (On selected models), 1 x HDMI, 1 x USB 3.0 port(s), 1 x Microphone-in/Headphone-out jack, 2 x USB 2.0 port(s) |
Camera | VGA Web Camera |
Connectivity | Integrated 802.11a/b/g/n/ac (WIDI Support), Bluetooth V4.1 |
Audio | Built-in Stereo 1.6 W Quad-Speakers And Digital Array Microphone
ASUS SonicMaster Premium Technology |
Battery | 3 Cells 42 Whrs Battery |
Dimension | (WxDxH) 361.4 x 243.5 x 17.9 mm |
Weight | 2 Kg with Battery |
Colors | Rose Gold, Royal Blue, Quartz Grey |
Accessories | Exclusive Sleeve, Mini Dock |
Warranty | 2 tahun garansi global |
Kalau disuruh pilih atau membandingkan Asus VivoBook Pro dengan laptop multimedia merk lain di kelas yang sama, jelas, gue pilih VivoBook Pro dengan segala keunggulan yang di bawanya.
STAY CONNECTED
Facebook || Google+ || Instagram || Twitter ||
e-mail: [email protected]
Btw, gue baru beli Laptop loh, ya gak baru2 amat sih. Hehe
gue beli Asus juga, tapi bukan kek tulisan lo ini. Ini mah masih kemahalan bagi gue. hehehe
Bagi-bagi rejeki ngapa bang buat blogger-blogger kecil yang lain. Udah dapet ROG juga kemarin. Eh ikutan lagi. Sedih akutu.
Kan belum tentu terpilih :))