Tinggal di Indonesia tuh gampang-gampang susah men. Apalagi kalau tinggalnya di perumnas atau kompleks perumahan biasa gitu. Kadang gue suka risih sendiri dibuatnya. Di dalam kehidupan bertetangga, terutama di Indonesia, itu paling nggak ada satu atau dua orang dari tetangga lo yang kelakuannya nyebelin banget. Ya, yang lain kadang nyebelin juga sih, tapi nyebelinnya masih pada batas wajar.
Tetangga lo nih, tetangga yang nyebelinnya minta ampun ini, suka sama yang namanya mencampuri urusan orang lain. Misalnya lo lagi bayar rekening listrik, tiba-tiba dia datang ke loket pembayaran, nggak ikut ngantre, trus berbisik ke telinga lo, “Tolong bayarin rekening listrik gue juga, dong, Beb?” diikuti dengan desahan nafasnya yang lebih mirip dengan suara bebek belum akhil balig. Sumpah, ini nyebelin banget. Nah yang kayak gitu pengen gue bakar dan abunya gue pake buat ngebersihin piring dan kuali kotor di rumah. Maklum, soalnya gue masih suka pake cara tradisional. Selain hemat, diyakini mencuci dengan menggunakan abu gosok dapat menghasilkan piring yang lebih bersih dibanding dengan produk pembersihan ternama.
Kampret-kampret ini hidupnya bagai bulu ketek kuli panggul. Ngeganggu banget dan tak sedap di pandang. Hidup mereka juga bagaikan benalu. Mereka hidup tapi mereka juga merugikan orang lain lewat gosip yang mereka edarkan. Kemaren tetangga sebelah nanya password wifi gue gitu, kan. Gue jawab, “akulupa”. Besoknya, saat tukang sayur lewat di depan rumah, biasalah, namanya juga ibu-ibu, mulailah dia menyebarkan gosip yang nggak-nggak. Padahal udah gue kasih tau kalau passwordnya adalah, “akulupa”. Eh, kok gue bisa tau, ya?
Orang Padang nih ya, orang Padang, di mana pun mereka tinggal, itu mereka akan selalu di cap sebagai orang paling pelit sedunia. Bahkan se-Indonesia pun tau itu karena sudah lama mendarah daging di masyarakat. Bagaimana ini bisa terjadi? Karena si kampret tadi asal ngomong dan dengan cepat omongan dia yang ngasal itu beredar luas di masyarakat kayak video bokep anak SMP di Jakarta. Padahal ada yang jauh lebih pelit daripada pelitnya orang Padang. Ya, dia adalah Mr. Krabs. Sang pemilik restoran cepat saji ternama di Bikini Bottom.
Terkadang gue bertanya pada diri gue sendiri, siapa sih nama orang yang mengemukakan teori yang bunyinya semua orang Padang pasti pelit. Adakah bukti yang bisa mendukung teori tersebut? Nih, gue ada bukti bahwa orang Padang itu sebenarnya nggak pelit seperti yang dipikirkan oleh kebanyakan orang. Dan gue udah membuktikannya sendiri. Di rumah makan Padang, kalau lo beli nasi dan minta dibungkusin, itu si penjualnya nggak akan segan buat ngelebihin porsi nasi dan lauk di dalamnya. Kalau lo nggak percaya lo bisa cek sendiri di rumah makan Padang terdekat. Dan kalau masih ada orang yang mengatakan bahwa orang Padang pasti pelit, kemungkinan besar mereka belum pernah makan nasi Padang yang di bawa pulang. Pasti mereka biasa makan di tempat sehingga nasi yang dihidangkan sedikit. Dan dari sinilah filosofi itu terbentuk.
Baca Juga: Dari Masak Berujung Drama
Karena gosip bahwa orang Padang pasti pelit sudah tersebar luas di masyarakat, gue khawatir gosip ini juga ikut merubah cara pandang dokter kandungan ketika menangani bayi-bayi yang akan lahir. Jangan-jangan dulu waktu gue terlahir ke dunia ini dalam keadaan bersih, suci dan nggak tau apa-apa, mengetahui bahwa gue orang Padang, dokter yang menangani kelahiran gue spontan berkata, “INI GEDENYA NANTI PASTI BAKAL JADI ORANG PELIT NIH!” serem men. Bayi, baru lahir dikatain begitu. Sementara ibu gue sedang tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius. Semoga dunia medis terutama dokter kandungan tidak ikut terpengaruh gosip yang sudah mendarah daging di masyarakat saat ini. Jangan sampai.
***
Dan jadi orang Padang tuh berat men. Tiap hari dikata-katain pelit lah, inilah dan segala macamnya. Nih ya gue kasih tau, kami itu bukannya pelit tapi pas kebetulan kalian lagi membutuhkan, kami lagi pengen jadi orang jahat aja. Ya jahatnya itu nggak jauh-jauh dari pelit juga sih sebenarnya. Sama aja. Tapi plis lah. Jangan katain kita pelit. Nggak enak banget dengernya. Coba lebih keren dikit, nggak mau berbagi misalnya. Kan terdengar lebih halus ketimbang pelit.
Biasanya kalau di kelas baru gitu kan suka ada perkenalan diri dulu sebelum masuk ke materi pelajaran. Kalau sudah begini, dan ditanya asalnya dari mana, mau nggak mau gue terpaksa harus berdusta dengan mengakui kalau gue orang Bengkulu. Di sekolah-sekolah nih, kalau mau hidup dengan tentram, gue terpaksa menyembunyikan identitas asli gue sebagai orang Padang. Bisa dibilang gue ini murtad karena nggak mengakui bahwa sesungguhnya gue berdarah Padang. Kadang saat belajar (terutama pelajaran IPS) guru di sekolah suka bertanya gitu kan, “Siapa di sini yang orang Padang?” gue langsung ngumpet di bawah meja dengan cara pura-pura ngejatohin pena. Ya gue terpaksa aja melakukannya demi menyelamatkan eksistensi gue di pergaulan.
Tapi hal itu cuma berlaku di bangku SD. Menginjak bangku SMP, gue udah berani mengakui bahwa sejatinya gue adalah orang Padang. *benerin kerah*
Baca Juga: Reuni Kelas
Gue yakin kalian pasti pernah denger orang bilang gini, “Eh, jangan minta sama dia. Dia kan orang Padang. Pasti pelit lah.” Atau, “Dasar Padang lo!” Pernah kan? Kan? Kan? (ngezoom-in muka). Gue rasa kalian pasti pernah dengar atau malah kalian sendiri pernah ngomong begitu ke salah satu teman kalian? :p Nah, ada lagi nih ceritanya saat gue dibilangin Padang dibangku SMA.
Jadi ada temen yang mau minjem duit ke gue gitu kan, “Za, pinjem duit, dong,” kata temen gue, Motherboard namanya, yang uang jajannya ketinggalan di rumah.
Trus ada satu pria kampret, dia temen gue juga sih, Daki namanya, datang-datang bilang gini, “Udahlah, Bo, kamu nggak bakalan dikasih pinjem sama Reza. Dia kan orang Padang.”
DUAAAR. Nih orang nyebelin banget. Dateng-dateng trus ngomong gue nggak mau minjemin duit. Padahal memang iya, gue nggak mau minjemin duit. Nggak mau minjemin duit ke si Daki yang ngehasut Motherboard untuk tidak meminjam uang sama gue. Trus gue mikir, “Ini kalau gue pinjemin bahaya nih. Ntar Daki bakal bilang ke semua orang kalau mau minjem duit sama gue harus digituin dulu. Dan kalau nggak gue pinjemin ntar gue bakal di cap pelit.” Uang yang tadinya mau gue keluarin dari saku celana, gue lepasin dan gue ganti dengan ngeluarin hape. Bodo amat dah. Toh gue udah di cap pelit duluan sama mereka hanya karena gue orang Padang. Biar dikatain pelit, yang penting aslinya enggak.
Di sini mereka tinggal sama orangtua. Otomatis ketika mau berangkat ke sekolah pasti dikasih jajan sama orangtuanya. Eh di sekolah masih minta dijajanin sama temen. Mending sih kalau sekali-kali. Lah, ini berkali-kali. Tiap hari minta dijajanin mulu. Ya, kecuali temen gue si Motherboard tadi sih. Dia anak kost. Orangtuanya jauh. Wajar kalau uangnya suka ketinggalan. Gue sih masih bisa memakluminya. Dan yang gue suka karena dia selalu tepat waktu dalam mengembalikan uang yang dia pinjam. Berhubung si kampret yang asal ngomong tadi udah nurunin semangat gue buat minjemin uang sama si Motherboard, terpaksa, deh, gue nggak minjemin dia uang pada hari itu.
Baca Juga: Duka yang Sering Gue Alami
Ayolah, udah dewasa juga. Udah 2016 gini masih suka rasis. Nggak zaman lagi, men. Memangnya menolong harus selalu dalam bentuk uang? Kan enggak. Menolong juga bisa dalam bentuk tenaga.
Lucu ya, ngerokok aja masih dibiayain sama temen. Iya, gue punya temen yang kayak gitu. Gue kira mereka ngerokok karena secara finansial memang sudah terbilang mampu buat ngebiayain diri sendiri dalam memenuhi hawa nafsu. Gue pernah terlibat dalam sebuah obrolan empat mata dengan seorang kakek-kakek yang tidak gue kenal. Diakhir perbincangan kami yang tak resmi itu, sang kakek berpesan, “Jangan coba-coba buat ngerokok kalau kamu masih minta uang jajan sama orangtua. Kalau kamu merokok, itu artinya kamu sudah mampu dalam memenuhi kebutuhanmu akan nikotin karena sekali saja kamu mencobanya, maka akan sulit untuk berhenti.”
Gile! Gue langsung tercerahkan! Ya walaupun gue bukan perokok dan nggak akan pernah mau ngerokok (semoga saja begitu), gue merasa tercerahkan dengan pesan kakek tersebut. Udah deh, Kek, mending kakek jadi motivator aja kayak Mario Bros. Eh bukannya Mario Bros itu tukang ledeng? Ah bodo amat lah ya. Pokoknya yang ada Mario Marionya gitu.
Hanya karena sekali saja nggak dikasih pinjam/dibagi lalu kalian langsung memukul rata semua orang Padang pasti pelit? Ayolah. Karena sebuah kesalahan kalian langsung melupakan sisi baiknya? Nggak adil men. Kita semua (iya, semuanya tanpa terkecuali) harus peka terhadap situasi dan keadaan seseorang. Jangan mementingkan diri sendiri. Pikirkan juga orang lain. Coba bandingkan dengan Mr. Krabs. Dia tidak pernah memberikan bonus pada karyawannya, Spongebob, yang sudah bekerja keras di tempat kerja. Bahkan Tuan Krabs selalu memanfaatkan kebaikan Spongebob demi kepentingannya sendiri. Tuan Krabs juga pernah mendapat penghargaan sebagai orang paling pelit dalam sebuah acara penghargaan. Bila dibandingkan, jelas Tuan Krab lah yang paling pelit. Nah, yang kayak gitu baru pantes mendapat predikat sebagai orang paling pelit. Pandangan buruk tentang orang Padang yang selama ini menyebar di masyarakat harus segera diubah.
Dan semua orang pasti punya sisi baik dan sisi buruknya. Sisi baik adalah sisi yang dikenal mau berbagi dan sisi buruk lebih dikenal dengan pelit atau tidak mau berbagi. Hanya kadarnya saja berbeda pada masing-masing orang. Ada yang kadar kepelitannya cuman 20% dan ada juga yang kadar pelitnya lebih tinggi dari itu. Siapakah yang pantas disebut pelit? Mr. Krabs atau Tuan Krabs lah yang pantas kita sebut sebagai yang paling pelit. Jadi, mulai dari sekarang, yok, berhenti ngata-ngatain orang Padang pelit dan ubah kebiasaan itu dengan ngata-ngatain tuan Krab pasti pelit.
Saya bergaul sama orang Padang baru2 ini aja sih, tapi belum ada tuh yg sy kenal pelit :-D
Gue gak tau apa-apa soal orang padang karena kebanyakan temen sekolah gue itu asli Jakarta semua. Yang gue tau tentang padang cuma satu. Nasi padang. Rendang….. Ayam gulai….. Nasinya yang banyak kalo dibungkus……
Anyway, materinya cocok banget nih buat stand up.. Udah pernah coba belum? Cobain aja barangkali sukses haha :D
Di Jakarta orangnya pada nyampur sih, jadi nggak keliatan banget ya hehe
Belum pernah sih. Soalnya gue kurang pede tampil di muka umum.
Tergantung indi nya sih,gue orang padang dan semua fakta diatas huh,bener ahahahhaa
Kalau bicara “padang” saya selalu teringat nasi padang kesukaan saya dan keluarga. Mantap,,,!
Jadi lo orang padang za? Ah pelit lo. Ahahha.
Ya semua juga balik lagi kepemikiran masing2. Pelit juga pasti ada alasannya.
Udah, jangan minjem duit lagi ke gue lah.
banyak steriotipe orang yang sudah umum, spt org padang pelit, orang sunda borjuis , orang madura kasar, padahal gak semua seperti itu ya
Nah! Betul :)
Kadang juga suka ada berdasarkan pulaunya. Seperti kalau orang dari pulau sumatera pasti keras atau kasar :)
wkwkwk jadi inget temen gue yang orang padang wkakakaka. Tapi Padang gitu2 dia juga jago dagang, singkatannya Pandai DAgaNG :D
Kok aku lebih percayanya uda-uda Padang itu ganteng, ya? hahaha
Nah! Salah satunya :D
Wkwkwk… Nasib lo sama kek gue sob, bedanya tampang gue tiongkok. Soo.. U know lah ya pacman emoticon
Jangan lupa Bw sob thanks ya :)
Jadi keinget film ngenest nih. Kayaknya inti ceritanya sama. Cina juga sama-sama identik dengan pelit. Haha. Tapi beneran, saya baru tahu kalau orang padang identik dengan pelit. Kalau soal nasi padang sih kayaknya enggak semua yang ngasi lauk banyak kalo dibungkus, apa mungkin yang kasi lauk dikit itu warung padang gadungan?
Ulasannya panjang kali lebar banget. Jadi kepikiran buat ulasan di blog pribadi saya soal enak dan enggak enaknya jadi orang Lombok. Haha. Makasih buat inspirasinya.
Sabar za, pelit pangkal kaya za
teman saya yang orang padang kebanyakan malah gak pernah pelit loh. :))
Orang Padang itu sebenarnya ga pelit, contoh kasus saya pernah main ke rumah teman yg asalnya dari Padang, di sana saya dipaksa sama ibunya ikut makan sampai ga bisa nolak, baik banget kan? meski lauknya cuma dikasih kripik singkong sih :(
aku waktu SD punya temen orang padang, dia nggak pelit kok! baik banget malah. soalnya tiap pagi aku kan suka nyamper dia, terus pas dia minta uang jajan, aku juga ikut dikasih. hehehe. :3
malah aku baru tau lho adat-turun-menurun itu. serius.
aku nggak suka orang yang rasis mengenai suku, budaya dan ras. kita kan harus saling mengerti satu sama lain.
jadi inget kata Kevin Anggara, “kami itu bukan pelit, tapi perhitungan” :)
Orang Padang juga gitu. Bukannya pelit, tapi perhitungan :)
Emang sih katanya kebanyakan kayak gitu, dan tetanggaku juga ada yang pelit banget ternyata emang asli padang. XD
Tapi, tergantung dari orangnya juga sih, paling segelintir aja. Soalnya aku punya temen orang padang ada 4, dan semuanya justru loyal dan ngga pelit sama temen. :D
Sebenarnya sih bukan pelit :’)
Lebih tepatnya ga semua orang padang pelit, beda orang beda karakter. Contoh nyokap lo yang nawari gue pempek & main ke rumah lo, itu artinya beliau gak pelit.
Tapi ada juga yang pelit, contoh: rumah makan padang deket kosan gue, mau makan di tempat atau bungkus porsi nasinya tetep 1 centong, harga mahal (nasi, telur dadar, perkedel imut = 17rb) dan yang paling banyak adalah bungkusannya sampe 3 lapis. Rasa? Just so so…
Itu tandanya lo lagi gak beruntung, Za.
“orang Padang itu pelit” kata teman2 petualang aku, padahal kalo kenyataan di kontrakkan atau di tempat kumpul2 selama kuliah di Undip Semarang, aku adalah yang paling dirugikan dalam hal mencurahkan kebaikkan, hehe, bayangin saja, beli bahan masakkan pake uang sendiri, masak sendiri, yang makan se RT, bahkan aku sering ditegur sama teman2 Padang, jangan mau dimanfaatin sama teman2 kamu, kasihan kamunya,
padahal itu mungkin hanya stereotip dari korban2 dari orang pelit