Gimana? Udah ada yang lo rindukan belum, Za?
Hem, pertanyaannya berat juga, ya. Nggak heran, makin hari temanya makin berat. Yah, namanya tantangan. Makin berat, makin asik. Makin sulit, makin seru. Makin ketat, makin enaq. Eh?
Oke, ini udah masuk hari ketiga yang berarti temanya adalah tulis tentang apapun yang sedang dirindukan. Apapun, nih? Serius? Hem. Menarik juga. Gue suka dengan tema-tema seperti ini. Entah kenapa kata rindu tuh selalu terdengar unik. Menarik untuk dibahas. Seperti ada tempat tersendiri gitu di hati. Oke, gue mulai lebay.
Rindu, ya? Sebetulnya banyak hal yang gue rindukan dan ingin gue bagi di sini. Malah terlalu banyak. Dari yang paling sepele sampai paling rumit dan sukar untuk di jelasin. Kalau gue sebutin satu-satu, blog gue kesannya malah kayak salah satu acara Teras tv yang tayang sebelum acara OPJ. Sampai sini nangkep? Oke, lanjut.
Woi! Itu pertanyaan di atas belum lo jawab!
Iya, sabar. Baru juga mau gue jawab. Hihihi. Santai.
Oke, waktunya gue menjawab pertanyaan di atas. Gue punya sesuatu untuk dirindukan. Ya, gue mau bilang kalau saat ini gue sedang merindu. Merindukan sesuatu yang tak masuk di akal. Sesuatu yang sudah lampau. Sesuatu yang tak mudah dan sulit untuk dijelaskan.
Gue rindu dengan rindu itu sendiri.
Gue rindu dengan gue yang dulu jatuh hati padanya. Yang tak lain adalah sahabat buat gue. Gue rindu dengan gue yang dulu menyukainya karena memang begitulah dia. Gue rindu dengan gue yang dulu berani menatap dalam-dalam matanya. Gue rindu dengan gue yang dulu bisa leluasa membuat percakapan dengannya. Gue rindu bagaimana rasanya jantung berdegub kencang setiap berada di dekatnya.
Seperti yang sudah gue bilang di atas, gue merindukan sesuatu yang tak masuk di akal. Jadi jangan heran saat membacanya. Lalu sekarang bagaimana? Ya, begitulah. Udah nggak ada yang perlu di bahas lagi sebab rindu itu cuma mampir sebentar. Mengetuk pintu, lantas meninggalkan luka pada orang lemah.
Akhir kata, biarkan gue menutup postingan ini dengan salah satu kutipan dari buku Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
“Jangan rindu, berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja.”
Gimana? Setelah baca postingan ini, kalian jadi rindu seseorang nggak, sih? Yuk, share di kolom komentar di bawah! Yang mau curhat juga boleh! \o/
Contact
Facebook || Google+ || Instagram || Twitter ||
e-mail: [email protected]
Gue rindu dengan Malang, dan segala pisuhannya itu haha
Pisuhan tuh apa, mas? XD
memang rindu akan menyesakan dada sekaligus pergi tanpa meninggalkan bekas
Rinduu dengan rindu itu sendiri.
Simple tapi dalam. Dan aku mikir-mikir, iya juga ya :) karena lama tak ada yg aku rindukan wkwkkw jadi curhat :D