Gue bangun dalam keadaan masih mengantuk. Maklum aja, semalam gue tidur cuma tiga jam. Bukan karena di sengaja. Memang kebetulan lagi susah tidur. Bukan karena pengaruh kopi yang gue minum pas sore hari, melainkan karena lagi banyak pikiran. Buktinya aja ada satu jerawat yang tumbuh di pipi sebelah kanan.
Gue cepet-cepet mandi karena hari ini adalah hari bershampoo. Ini nggak penting banget untuk diketahui. Tapi yaudahlah, karena kalian sudah terlanjur membacanya. Jadi, lupain aja soal jadwal bershampoo gue. Dan gue bershampoo itu bukan setiap hari Sabtu. Ya kali! Dua hari nggak shampooan aja kepala gue gatel-gatel. Apalagi seminggu. Bisa habis rambut gue karena di garuk-garuk mulu.
Gue bershampoo itu setiap dua atau tiga hari sekali. Tergantung mood dan kondisi kepala pas itu. Kalau rasanya masih aman dan nggak perlu di shampoo, ya, di tunda dulu. Tapi kalau udah menyiksa banget, baru, deh, di shampoo. Oke, lagi-lagi gue ngomongin hal yang nggak penting lagi. Maafkeun.
Gue baru saja selesai mandi ketika Aldo menanyakan keberadaan gue. “Baru kelar mandi, Do.”
Baca Juga: Ngekost.
Tak seperti biasanya, pagi tadi dia ngajakin gue buat cepet-cepet berangkat ke kampus. Setelah di selidiki, ternyata dia laper dan pengin makan. Yah. Gue mengatakan akan nyusul setelah bener-bener siap. Ketika gue berjalan keluar dari kost, Aldo mengabarkan kalau dia sudah di sebuah minimarket dekat kampus.
Mereka berpindah minimarket pas gue sudah di sana. Nggak tahu kenapa. Kayaknya yang Aldo cari —minuman favoritnya—sedang kehabisan stok di minimarket tempat biasa kami nongkrong. Entahlah.
Pagi ini kami datang lebih awal dari biasanya. Biasanya juga datang di menit dua puluh ke atas. Lagi-lagi hari ini duduknya masih berkelompok. Meski begitu, perlahan-lahan sudah mulai ada interaksi antar sesama penghuni kelas. Bagus lah. Harusnya memang begitu.
Hari ini kelasnya cuma satu sesi. Jam sembilan kelas sudah dibubarkan. Mendadak gue pengin makan bubur setelah melihat bubur dekat kampus gue masih buka. Gue jadi bimbang. Mau makan nasi atau bubur. Setelah hampir sampai di kost, barulah gue mantap dengan pilihan untuk makan bubur.
“Buburnya satu, bang.” Kata gue ke penjual bubur langganan yang biasa berjualan di dekat kost gue.
“Oke.” Katanya.
Lalu muncul sebuah pertanyaan yang sebenarnya hampir nggak penting untuk di pertanyakan. Tapi gue penasaran. Gue pun bertanya, perihal cara makan bubur yang baik dan benar, “Bang, cara makan bubur yang benar tuh sebenarnya di aduk, atau enggak di aduk, sih?”
“Nggak di aduk,” Jawabnya mantap.
“Di aduk, dong,” Jawab seorang wanita dari belakang. Gue baru menyadari kalau yang menjawab di aduk barusan adalah istrinya abang penjual bubur. Gue jadi gemes sendiri melihat mereka berdua berdebat perihal cara makan bubur. Pun penjual bubur itu bertanya ke gue. “Mas Reza kalau makan bubur di aduk atau enggak?” tanyanya.
“Kalau aku sih, jelas nggak di aduk, bang.”
“Tuh kan, nggak di aduk,” katanya ke istrinya.
“Bu, kalau ibu makan bubur, biasanya di aduk dulu, atau enggak?”
“Di aduk dong. Biar semuanya menyatu dengan sempurna.”
“Tuh kan, di aduk.”
Daripada mereka terus berdebat, gue cepet-cepet nyerahin uang lalu pulang ke kost sembari mengucap terima kasih.
Sebagai penutup, nih, gue kasih sesuatu.
Dapet salam dari tim bubur nggak di aduk~ pic.twitter.com/NKepRz60pH
— Rez (@rezaandrian_) 25 Februari 2017
Ahahaha… Jadi gimana guys? Kalian tim bubur di aduk atau tim bubur nggak di aduk? Yuk, komen di bawah ini supaya gue tahu kalian berada di pihak mana. Abangnya kah, atau istrinya. Kalau gue sih, jelas, berpihak ke abangnya alias gue di #TimBuburNggakdiAduk \o/
Kalo berkaca dari semen dan pasir, kayaknya lebih bagus diaduk deh biar lebih kuat menahan lapar. hahaha #TimBuburDiAduk
Wah, ada #TimBuburDiAduk nih! 2-3 Untuk tim bubur di aduk!
INDONESIA PECAH KALAU BEGINI CARANYA?! Pengkotak-kotakan cara makan bubur sudah mengancam integritas negara. Saya tim bubur nggak diaduk! Mau apa? Sini kamu tim bubur diaduk, kasih saya semangkuk bubur. Jangan lupa kacangnya.
Maaf, emosi.
SAYA JUGA TIM BUBUR NGGAK DIADUK! YAUDAH! BERARTI KITA SATU TIM! OKESIP! 3-3! FYI! SAYA TIM BUBUR TANPA KACANG!
Relax.
Nice info gan.
Rezaaa..kamu lucu banget sih..suka bacanya…mana pake hari bersamphoo segala….
Semoga itu suami istri nggak berkelahi perihal aduk dan diaduk yak :D
Apa iya, mbak? Eehehe
Iya, aku selalu ada hari bershampoonya, mbak. Besok adalah hari bershampoo setelah senin kemarin habis bershampoo. Hehehe
Semoga aja ya. Akupun nggak berniat buat bikin mereka kelahi sebenarnya. Cuma iseng aja pengen nanya gitu:(
kalo saya suka yang gak di aduk dan mencampur adukan
btw itu pertanyaan bikin suami istri bertengkar… Reza kamu berdosa besar….
Ini dosenku sampe bikin penelitian masalah ini, loh. Hahaha. Ini hasilnya : tentangdata.github.io/assets/buburayam.jpg
Kalo aku sih lebih suka nggak diaduk. Haha.
Tidaaak diaduuk hihihi :p. Aku ga suka ngaduk bubur.. Berasa jd blenyek smua mas :p. Malah jd ga nikmat.. Jd lebih bgs dan lbh enak jgn diaduk :D