Kamis, Maret 28, 2024
HomeStoryNgomongin Kue Lebaran

Ngomongin Kue Lebaran

on

Ngomongin kue lebaran, kalau lebaran tiba, ibu gue selalu rajin dalam membuat kue lebaran. Dan terkadang ibu gue terlihat begitu antusias saat membuat kue lebaran. Gue curiga, jangan-jangan ibu gue punya rencana jahat supaya bisa membuat berat badan gue naik. Dan begitu gue masuk sekolah, temen-temen pada ngomongin gue, “Ih, Reza gendutan ya sekarang. Gak cocok.”

Lalu gue berupaya menguruskan badan supaya bisa terlihat keren. Dan lagi-lagi salah satu kue buatan ibu gue mengagalkan rencana gue itu.

Dari berbagai macam jenis kue-kue kering yang hadir menemani saat lebaran, kue-kue buatan ibu gue semuanya tergolong dalam jenis kue yang mainstream. Seperti: Kue Bawang dan Putri Salju.

Setiap lebaran tiba, kue lebaran di rumah gue selalu sama dari tahun ketahun. Gak ada perubahan. Gue jadi sedih. Tapi dari berbagai macam jenis (ada 5 jenis kue lebaran) yang ibu gue buat tahun ini, ada satu kue lebaran yang menjadi kue paling favorit. Yap, betul, Nastar.

Kue Nastar termasuk ke dalam kue lebaran paling mainstream setiap lebaran tiba. Tapi, meski mainstream, gue gak pernah bosan makan si-Nastar ini. Kalau nolongin ibu bikin gue, gue paling gencar atau paling semangat kalau nolongin bikin kue Nastar. Entah bagaimana bisa. Gue juga heran.

Gue sangat menikmati waktu memarut buah nanas yang sebenarnya adalah hal paling nyebelin dari proses membuat kue nastar. Karena memarut nanas ini memerlukan tenaga yang cukup besar. Belum lagi di hitung sama tingkat berbahayanya sewaktu memarut nanas. Kalau gak hati-hati sewaktu memarut nanas, bisa-bisa kue nanas yang di makan sewaktu hari raya berubah nama menjadi Nastar nanas with parutan daging manusia. Gak manusiawi sekali. Gak usah dibayangkan bagaimana rasanya. Udah pasti enak, sekaligus menjadi kue yang menjijikkan.

Kata adik gue yang waktu itu ngelihat proses memarut nanas yang dilakukan oleh gue sendiri, muka gue terlihat bahagia. Adik gue sempat iseng memotret muka gue waktu marut nanas.

Foto

 

Tapi gue seneng, karena bisa ngebantu ibu gue membuat kue lebaran. Gue turut merasakan bagaimana susahnya membuat kue nastar. Yang selama ini gak pernah gue rasakan karena tinggal makan doang. Gak baik. Gue sadar gue ini udah gede. Jadi, bermodalkan “kerakusan” sewaktu memakan nastar, gue mengerjakannya dengan penuh semangat karena nantinya yang paling lahap memusnahkan Nastar ini adalah gue sendiri.

Tapi sangat disayangkan karena lebaran tahun ini ibu gue cuman membuat satu kaleng Nastar. Gak kayak dulu yang bisa sampai 4 bahkan 5 kaleng dalam satu kali buat. “Yah, tau gini mending mama beli nanasnya banyak-banyak aja bang. Mama kira abang gak niat bantu.”

Ya kan kemarin abang bilangnya gitu ma :( Abang mau bantu bikin nastar tahun ini :(

Yap, sekarang kue nastarnya tinggal sedikit lagi karena habis diborong sama tamu-tamu dari tetangga, kawan papa, kawan sebaya gue, dan gue sendiri. Ada beberapa hal yang gue pelajari selama membantu ibu membuat kue nastar yang sekaligus bisa dijadikan sebuah pelajaran untuk gue sendiri dan kamu yang sedang membaca blog ini. Iya…, kamu.

Dodit

“Terkadang kita harus belajar mengikhlaskan. Belajar merelakan sesuatu yang kita sukain. Seperti kue nastar yang sudah susah payah dibuat dengan tangan sendiri. Mungkin membuatnya memang susah. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Tapi melihat orang begitu senang saat mencicipi kue lebaran hasil buatan tangan sendiri, menjadi sebuah kepuasan batin tersendiri yang tak ternilai harganya. Seperti itu juga sebuah hubungan. Terkadang kita harus rela mengikhlaskan “dia” bahagia bersama orang lain. Mungkin akan terasa sakit saat melihatnya bahagia bersama dengan orang lain. Namun, jauh di dalam lubuk hati, ada sebuah rasa lega karena dia telah menemukan sumber kebahagiaannya sendiri. Meski itu tidak bersama denganmu. Kelak, kamu juga akan begitu. Kamu juga akan menemukan seseorang yang menjadi sumber kebahagiaanmu sendiri. Ya… mungkin dia tidak ditakdirkan menjadi sumber kembahagiaanmu. Tapi percaya lah, kelak kamu juga akan menemukan orang yang menjadi sumber kebahagiaanmu itu.” – Reza Andrian, Pelajar kelas 3 SMA.

Oh ya, mumpung masih dalam suasan lebaran, gue Reza, sebagai pemilik blog rezaandrian.com ini, mau ngucapin taqabbalallahu minna waminkum. Selamat hari raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin.

Baca Juga: Pertanyaan Nyebelin Sewaktu Lebaran

Mohon-Maaf-Lahir-dan-Batin

Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

13 KOMENTAR

    • Waduh, harus belajar mbak. Mana tau nanti bisa jadi ahli lalu bisa buka usaha kue. Bisnis pembuatan kue sekarang ini sedang bagus-bagusnya loh…
      Oya? Kuliah dimana mbak? Salam kenal juga mbak Fai :D

  1. Eaaakkk. Aku sih selalu banyak bikin kue, karena bikin kue di rumah nenek jadi langsung buat sekeluarga besar.
    Terus, rasanya bosen banget. Saya mah bosenan. Pengen coba sesuatu yang baru XD

  2. Dear Reza,

    Huanjeer character designmu bagus juga. Love that deeeh. Jangan makan kue nastar. Nih aku punya stik cokelat “Chocofreaco”. Anti mainstream! Bikin sendiri loh. Kalo mau, beli di aku ya. Haha. Jadi promo. Sukses dan terus asah kepenulisannya di blog.

    Salam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca