Sabtu, Juli 27, 2024
HomeDaily LifeKeluarga Baru

Keluarga Baru

on

“Di mana, Za?” tanya Ivan.

“Astagfirullah… gue lupa, Van! Sekarang lagi di kos.” balas gue.

“Ah, lu mah omong doang.” Komentar Ivan.

“Anjir, gue capek, Van. Tadi habis ada event Globalicious di Binus.” Balas gue.

“Intinya kita nggak suka sama orang yang bisanya omong doang, Za. Tadi katanya mau nyusul ke sini. Taunya enggak, malah pulang ke kos.” Pancing Ivan.

Gue menyenderkan tas punggung yang seharian ini gue pakai di dekat lemari, lalu menukarnya dengan tas yang ukurannya lebih kecil. Mengisinya dengan charger hape dan botol minum. Gue mengabaikan kondisi fisik, juga batin yang sudah lelah sepanjang hari ini. Memaksakan diri pergi menemui mereka untuk sekedar membuktikan bahwa yang gue ucapkan bukan sekedar permainan kata-kata. “Oke, gue ke sana sekarang.” balas gue tanpa menambah-nambah alasan.

Kami tunggu di Indoapril Point ya, Za. Pesan mereka.

Gue sudah di depan minimarket tersebut saat membaca pesan yang mereka kirimkan. “Ah, pasti di lantai dua.” Gumam gue mantap. Sejurus kemudian melangkah menaiki anak tangga demi anak tangga.

“Harusnya sekarang gue lagi di kos.”

“Kalau lu nggak kita gituin, lu nggak bakal ke sini, Za,” terang Ivan sambil tertawa.

“Engg… Iya juga sih,” balas gue setelah mengerti arah obrolan mereka.

Pas masih masa-masa FEP, gue nggak sedekat ini sama mereka. Meski tidak begitu dekat, gue cukup mudah mengenal muka mereka. Yang membuat gue mudah mengenali wajah mereka adalah masing-masing dari mereka memiliki hal yang cukup menonjol saat di kelas. Seperti Jordi yang menunjukkan dirinya dengan cara memberikan ide untuk yel-yel kelas. Willy unjuk diri dengan kebolehannya dalam video editing. Lalu gue, unjuk diri dengan ngerepotin orang-orang yang berada di sekitar.

Baca Juga: FEP

Melihat mereka yang sudah begitu dekat satu sama lain membuat rasa percaya diri gue ciut seketika. Pasti gue nggak bisa ngimbangin mereka yang sudah saling kenal.

Gue melirik ke penunjuk waktu yang melingkar di lengan kiri. Jarum jam tersebut menunjuk ke angka sebelas. Dengan berat hati, gue menyudahi obrolan yang baru saja kami mulai.

“Gue pulang dulu, ya,” kata gue, berpamitan dengan mereka.

“Ah, lembek amat lu Za!” ledek salah satunya.

“Bukannya lembek, ya, tapi gue takut di kunci sama penjaga kostnya!” protes gue. Ledekan berikutnya tak gue gubris lagi karena selain aturan dari kost, gue juga butuh yang namanya istirahat. Acara Globalicious hari ini cukup menguras tenaga siapapun yang terlibat di dalamnya.

Baca Juga: Globalicious

Dari situ gue mulai akrab sama mereka. Suka ngumpul dan bertukar cerita di salah satu tempat yang cukup sakral bagi kumpulan orang-orang ini, Indoapril Point.

Seperti yang kita ketahui saat ini, setiap kumpulan pasti memiliki sebutan, nama atau sesuatu yang di pakai untuk menunjukkan identitas atau ciri khas dari kumpulan-kumpulan orang yang tergabung di dalamnya. Seperti genk, tapi bukan genk. Seperti band, tapi bukan band. Mereka lebih suka menyebut kumpulan-kumpulan orang di dalamnya dengan sebutan keluarga. Orang-orang ini menamakannya sebagai keluarga GePeEl. Dan gue merupakan salah satu dari kumpulan orang-orang tersebut.

Gue bukan pendiri, apalagi sesepuh. Gue sendiri gabung sama mereka bermula dari di cengin dan lama-lama menemukan adanya kecocokan dengan orang-orang tersebut. Kecocokan itulah yang membuat gue betah tinggal di Jakarta. Bagi gue, GePeEl sudah seperti keluarga baru.

Selain tempat sakral, tentu kami juga memiliki markas. Kami menyebutnya sebagai Sekre GePeEl. Sekre kami tidak jauh dari salah satu tempat sakral. Akses menuju tempatnya sendiri terbilang cukup mudah karena tidak sulit untuk di temukan. Tinggal masuk salah satu gang, jalan lurus hingga mentok lalu belok ke kanan di pertigaan tersebut dan sampailah di markas besar kami.

Tak kenal maka tak sayang, ini dia profil masing-masing anggota GePeEL;

aldo-profile

Namanya Aldof, code namenya Aldo. Dia lahir di Palu. Suka ngaku-ngaku keturunan arab dan baru-baru ini dia ngaku blasteran Jepang. Pada prakteknya, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia memiliki kemiripan dengan orang arab. Apalagi jepang. Sengaja atau tidak, tapi anaknya suka salah ngomong. Tattoan tapi takut sama kecoa. Kalau sudah ketemu sama kecoa, dia bisa lari dengan kecepatan 100 km/jam.

 

 

ahong-profile

 

Namanya Hartono, code name Ahong. Lahir di Ketapang. Julukannya di GePeEl adalah bayi panda. Suka baca buku (katanya). Jago dalam pelajaran Statistik. Suka ketangkap kamera dengan tingkah lakunya yang konyol. Paling nggak suka ngelihat kalau ada teman yang nggak makan saat dia lagi makan.

amok-profile

Namanya Frendy, code name Amok. Lahir di Kepulauan Riau. Entah memang dari sananya atau bukan, dia memiliki kemiripan dengan Aldo, sama-sama menyukai minuman teh yang di kemas dalam bentuk botol yang biasa di jual di minimarket.

 

chelsea-profile

 

 

 

Namanya Chelsea, code name Chelsea. Gamer sekaligus Youtuber ini jago dalam berbahasa inggris. Secara, score toeflnya 600an. Karena bahasa inggrisnya jago, dia jadi seorang mentor di salah satu UKM yang ada di Binus. Btw… dia cewek.

cyntia-v

 

Namanya Cyntia, code name CV. Karena dianggap kejauhan, atas permintaan keluarga dia pun pindah ke kampus Alam Sutera. Meskipun terasingkan sendiri di Alam Sutera, tapi dia patut diancungin jempol karena dia tetap menyempatkan diri main ke Kemanggisan kalau lagi ada libur.

emon-profile

 

 

 

Namanya Jordi, code name Emon. Nama tersebut diambil dari nama terakhirnya, yaitu Filemon. Gue suka ketawa kalau dia mulai menggunakan logat orang timurnya. Dari semua anggota GPL, dia sendiri yang jam tidurnya paling aneh. Baru-baru ini dia berhasil memperbaiki jam tidurnya. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena jam tidurnya sekarang berantakan lagi.

ivan-profile

Namanya Ivan, code name Ivan. Dari semua anggota GePeEl, Ivan lah yang paling baik hatinya. Dia menjadikan kamar kostannya sendiri sebagai markas anggota GePeEl.

rico-profile

 

 

 

 

Namanya Oktarico, code name Rico. Anggota paling absurd dari anggota yang lain. Kami menyebutnya, “AB Absolut” gara-gara kelakuannya yang absurd dan susah ditebak. Dia suka ketangkep kamera pas lagi absurd-absurdnya.

rinjani-profile

Nama dia mirip seperti salah satu nama gunung yang ada di pulau Lombok, Rinjani, dengan code name Rinjani. Lahir di Makassar. Meskipun cewek, tapi dia yang makannya paling banyak dari semua anggota GePeEl.

reza-profile

 

 

 

Namanya Reza, code name Reza. Ya, itu gue. Di GePeEl, dia yang kelakuannya paling bocah.

willy-profile

 

 

Namanya Willy, code name Willy. Kami suka mengambil alih hape dan melakukan pembajakan terhadap akun Line miliknya ketika sedang tidur. Indra dan Ko Frengky jadi sasaran ketika kami sudah mengambil alih hape dia. Kalimat seperti: Aku gay dan aku bangga; Indraa, aku kangen kamu Ndra; atau Ko Frengky, sini peluk aku ko, aku butuh kehangatan dari pelukan ko Frengky; Sudah biasa terlintas di grup kelas DBN 03.

Sekre GePeEl credit to: Willy
Sekre GePeEl
credit to: Willy

Profil anggota sudah, sekarang gue akan menceritakan sekilas tentang markas kami. Seperti yang gue sebutkan di atas, kami menyebutnya sekre. Sekre sudah menjadi rumah ke ketiga bagi anggota GPL setelah kampus dan kost. Yang menarik dari sekre kami adalah, akses internet yang kencang dan juga tempatnya yang nyaman. Pada awal-awal gue gabung sama mereka, gue sama sekali tidak menemukan ketertarikan pada tempat yang sekarang jadi rumah ketiga bagi gue. Namun, setelah lama jadi anggota, gue mulai merasa nyaman dan bahkan betah tinggal di sana.

Yang minus dari sekre kami adalah tempatnya yang bikin susah untuk tidur. Seperti yang sudah gue ceritakan sebelumnya, anggota GPL itu hampir seperti kalong. Aktif di malam hari, dan tidur di siang atau sore hari. Kami lebih sering beraktivitas di malam hari ketimbang di siang atau sore hari.

Berbeda dari mereka, gue memiliki jam tidur yang normal sehingga bisa beraktivitas di kedua waktu.

Yang gue banggakan dari GePeEl itu rasa solidaritasnya yang kuat. Ada kondisi di mana kami semua terlambat masuk ke kelas gara-gara nyari makan di daerah Rawabelong. Macetnya jalanan Ibukota menghalangi kami untuk sampai di kampus tepat pada waktunya. Jumlah kami sembilan orang pada saat itu, jumlah yang cukup banyak dan tidak memungkinkan bila semuanya di muat dalam satu kendaraan. Untuk kembali ke kampus, kami terpaksa harus memesan dua kendaraan dari dua perangkat yang berbeda. Ketika mobil yang kami tumpangin sudah lebih dulu sampai di kampus dan mobil yang mereka tumpangin masih di jalan akibat terjebak macet, kami yang lebih dulu sampai menunggu mereka, supaya masuk bersama-sama.

Kami tidak sendirian, waktu itu ada rombongan lain yang juga terlambat. “Kalian nggak masuk?” tanya Hafiz.

“Enggak, kami lagi tunggu rombongan Jordi dan yang lain.” Balas kami.

“Oh, yaudah, kami masuk duluan, ya?” pamit mereka.

“Oke.”

Dua puluh lima menit berlalu, akhirnya rombongan Willy dan yang lain menampakkan batang hidungnya juga. “Gue salut sama ke kompakkan GePeEl!” katanya.

“Mending sekarang kita masuk.”

“Yaudah, yok, masuk.”

Kalau dihitung-hitung sebenarnya kami sudah melewati batas keterlambatan untuk masuk ke dalam kelas. Kami tetap mencoba untuk masuk, sambil berharap dosen yang sedang mengajar masih memberikan toleransi karena hari pertama kuliah. “Permisi Bu,” kata kami kompak. Sambil tetap menempelkan kartu mahasiswa kami ke mesin tapp yang ada di dinding. “Maaf kami terlambat.”

“Darimana kalian?” tanya dosen.

“Tadi kami cari makan di sekitar Rawabelong, Bu. Soalnya di sini nggak ada makanan,”

“Yasudah, karena ini hari pertama kuliah kalian semua saya maafkan.” Kata dosennya.

“Makasih, Bu.”

“Lain kali jangan diulangin lagi.” balasnya.

Kami bergerak dengan cepat, mengisi bangku kosong di barisan belakang. Baru saja duduk 15 menit, kelas pun dibubarkan oleh dosen karena ia ada urusan pada hari itu.

Meski sudah terbilang solid, solidaritas kami selalu saja di uji setiap harinya. Salah satunya adalah ketika ada kelas pagi dan salah satu dari kami ada yang belum bangun.

Jadi kami ada kelas sekitar pukul tujuh pagi. Karena salah satu anggota ada yang belum bangun, kami yang baru saja selesai sarapan langsung bagi-bagi tugas. Gue dan Rico bangunin Ivan dan Willy di kamar kostnya, Amok dengan Aldo bangunin Ahong.

Setelah mereka bangun, kami berangkat menuju kampus bersama-sama.

Dan masih banyak lagi cerita tentang keseharian kita yang seru dan pastinya bisa mengocok perut kalian. Terima kasih telah membaca dan jangan lupa untuk follow rezaandrian di instagram untuk melihat bagaimana cerita keseharian kami.

Follow my blog with Bloglovin

Previous Article
Next Article
Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

13 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca