Sampai jumpa di tanggal 29 nanti di briefing Globalicious.
Rasa bimbang terus menghantui gue belakangan. Gue bimbang untuk terima tawaran tersebut atau mendiamkannya saja dan menggunakan waktu yang ada untuk ngopi lucu di kamar kos.
Event ini nggak bisa dianggap remeh mengingat hasilnya nanti akan mempengaruhi penilaian orang terhadap universitas yang berlokasi di Jakarta Barat ini.
Seperti yang udah gue ceritain sebelumnya, Ko Chandra mengundang kami untuk gabung di event tahunannya Universitas Bina Nusantara, sebagai panitia. Globalicious sendiri merupakan event tahunan di mana Binus University mengundang SMA Sejabodetabek untuk berkunjung ke Universitas Bina Nusantara. Setiap tahunnya Globalicious rutin diadain setiap tanggal 3 September.
Baca Juga: Pengalaman Pertama Jadi Panitia
Menjelang 3 September kami di briefing oleh teman-teman dari Tim Promotion and Eventnya Binus. Untuk briefingnya diadain di Kampus Anggrek. Mendapati kehadiran orang tak di kenal di dalam ruangan itu membuat gue kaget. Gue bertanya-tanya, Loh, kok ada orang asing yang masuk sini? Tanpa melepaskan sedotan yang sedang merekat di bibir. Gue mengabaikan orang asing tersebut dan terus menyesapi minuman yang baru gue beli di minimarket di seberang kampus.
“Sini Ndre, Za, Ferry,” seru Elfia dari tempat duduknya sambil melambaikan tangan ke arah kami bertiga. Kami bertiga jalan dengan santainya, seolah yang hadir di ruangan ini cuma ada kami berdua belas.
Baca Juga: Meetup Nggak Tau Malu
Seseorang menongolkan kepalanya dari celah pintu yang terbuka, “Benar ini ruang 800?” tanyanya.
“Iya, benar,” balas kami yang ada di dalam.
Perempuan itu membalas dengan senyum simpul, kali ini seluruh bagian tubuhnya ikut masuk ke dalam ruangan yang dia cari. Dia memilih salah satu bangku kosong untuk mengistirahatkan kedua kakinya.
“Eh, dia manis, ya.” Kata gue.
“Ajak kenalan lah, Jak,” tantang Tedy.
Gue bangkit dari tempat duduk seraya berkata, “Ayok. Lu pada berani nggak?” tantang gue balik. Tanpa menunggu tanggapan mereka, kaki ini melangkah, membawa gue ke tempat perempuan tersebut supaya bisa mengajaknya kenalan.
Tak heran bila kami mendaratkan pandang ke seorang gadis yang duduk di bangku barisan kiri. Perempuan yang sedang mengenakan kemeja kotak-kotak dengan kombinasi warna kuning-hitam itu memiliki senyuman yang manis. Senyuman itu mampu membius kami para lelaki yang duduk di barisan paling depan. Rambut hitamnya yang dibiarkan terurai, semakin memperkuat daya tarik dirinya.
Kini langkah kaki gue berhasil membawa gue berdiri di hadapan gadis tersebut. “Hai, kenalin nama gue Reza,” buka gue dengan gaya dan bahasa yang sok asyik.
“Lenny,” balasnya seraya tersenyum.
Oh my god, senyum itu terpancar lagi dari dirinya!
Lewat perkenalan singkat itu gue kaget, ternyata dia tinggal di kos yang sama dengan gue. “SERIUSAN LU NGEKOST DI SANA?” tanya gue seakan tak percaya.
“Iya!” jawabnya meyakinkan.
Pintu ruang 800 itu di dorong oleh seseorang dari luar sehingga suara decitan yang dihasilkan dari pintu tersebut menarik perhatian siapapun yang ada di dalam. Kami kembali ke tempat duduk begitu tahu yang masuk adalah Ko Chan.
Yang gue hightlight dari briefing hari itu adalah apa yang akan terjadi jika kami ketahuan tidak serius saat event. “Saat acara gue nggak akan tegur kalian yang nggak serius.” Kata salah seorang panitia. “Gue nggak mau nyia-nyiain tenaga gue buat negur kalian. Pokoknya kalau ada yang kedapetan nggak serius, gue tarik keluar dari event dan gue suruh pulang.”
“Percayalah, besok yang hadir di ruangan ini jumlahnya lebih sedikit dibanding hari ini.” Katanya saat menyudahi briefing.
Brief hari kedua…
Persis seperti kata panitia kemarin, jumlah yang hadir di hari kedua lebih sedikit dibanding hari kemarin. Bangku-bangku banyak yang tak terisi. Saat rombongan TP dan EC masuk, tak perlu waktu lama agar bangku-bangku kosong tersebut benar-benar terisi penuh seperti hari kemarin.
“EC black team pindah ke sebelah sana.” Kata ko Mawan. “TP pindah ke sebelah sana. Untuk yang non TP dan non EC pindah ke barisan ini.” Tambah ko Mawan.
Setelah tempat duduknya diatur, barulah masuk ke bagian paling penting dari briefing hari ke dua, bagi-bagi jobdesk. “Jobdesknya seperti apa, nanti bisa kalian lihat di email yang akan gue kirim.” Tutup ko Mawan.
Selesai briefing, kami di minta untuk maju mengisi alamat email di perangkat yang telah disediakan.
***
“Lu udah dapet email belum?” buka gue waktu jalan keluar dari kost.
“Gue belum dapet email. Kalau elu?” tanya dia balik.
“Udah, coba cek lagi deh,” Balas gue. “Lu nggak sarapan?”
“Ah, dapet.” Seru dia. “Belum. Temenin gue beli roti, ya.” Pintanya.
“Oke, siap.” ujar gue sambil mengiringi langkah kakinya menuju minimarket yang ada di depan gang. Usai menemani Lenny beli roti, kami langsung bergerak menuju Anggrek.
Pada saat jalan ke Anggrek gue ketemu dengan Ivan, Jordi, Ahong dan Willy persis di depan gang. Gue bisa tahu mereka habis darimana hanya melalui penampilan mereka. Dari hasil scanning cepat, bisa ditebak kalau malam ini mereka nggak tidur karena ngambil paket malam di warnet dekat kampus.
Sesampainya di ruang admisi, gue langsung mencari keberadaan teman-teman gue yang lain. “Ah, itu dia!” gumam gue saat berhasil menemukan keberadaan mereka. “Oya, Len, lu duduk di sana saja dulu, ya? Gue mau ke tempat teman gue dulu, ya?” Tutur gue.
“Oke,” balasnya singkat.
Hawa dingin langsung menyambut ketika gue membuka pintu ruang meeting kecil tersebut. Dinginnya udara pagi itu semakin di perburuk oleh pendingin ruangan. “Semalem kalian jadi nginep di sini?” tanya gue pelan.
“Jadi Jak, semalem kami nginep di sini.”
“Kalian tidur jam berapa?” tanya gue lagi.
“Beh, Jak, untung lu nggak ikut, kita semua di sini belum pada tidur!” seru Cendy.
“Hah? Serius lu? Jessica juga?” tanya gue kaget karena dia bilang semua yang ada di dalam ruangan.
“Eh, semua yang ada di sini kecuali Jessica maksud gue.” Tambah Cendy. “Iya!”
Syukur! Untung saja gue nggak ikut! Pikir gue. “Eh, gue pergi beli minum dulu, ya!”
“Oke,” kata mereka.
***
“Udah nggak ada lagi yang mau nanya?” tanya Ko Mawan selaku penanggung jawab acara Globalicious. Akhirnya sesi tanya jawab tersebut sepenuhnya ditutup karena tak ada lagi yang bertanya. “Kalau begitu sekarang kita semuanya berdoa lalu dilanjutkan dengan tos.” Ujar Ko Mawan.
Usai doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan tos, semua bergerak ke pos masing-masing. Pada saat kami tiba di pos, Ci Margaret, selaku PIC kami, langsung membagikan tugas.
Karena jumlahnya ada 8 orang, Ci Margaret membagi kami jadi: 4 orang perempuan di gedung lama, 2 orang laki-laki di gedung baru dan 2 orang pria di dekat lift. Waktu itu gue bertugas untuk menjaga lift bersama dengan Ferry. Tugas kami mengarahkan siapapun yang keluar dari lift menuju pos yang tertera sesuai di rundown acara. Salah satu contohnya ketika ada orangtua, gue dan Ferry akan mengarahkan orangtua tersebut menuju ruang Exhibition hall Binus.
Bukan cuma orangtua, ketika bertemu dengan guru maka kami berdua harus mengarahkan guru-guru menuju lantai 8 yang mana akan ada acaranya sendiri; mengarahkan anak-anak SMA untuk menuju Auditorium atau kelas jurusan yang mereka minatin.
Karena yang datang Sejabodetabek, maka acaranya dibagi menjadi 3 shift. Sekarang shift 2, ya. Pesan Ko Mawan lewat chat grup. Setiap pergantian shift Ko mawan akan menginformasikannya melalui grup supaya kami lebih bisa mempersiapkan diri. Selama event hampir tidak ada bagi kami waktu untuk ngobrol satu sama lain. Mengingat jumlah tamu yang hadir ada ribuan orang.
Baca Juga: MeetUp di Tengah Inagurasi
Puncaknya adalah ketika acara di Auditoriumnya selesai. Untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan pada saat acara, kami harus cepat-cepat mengarahkan anak-anak SMA tersebut menuju ruang kelas jurusan yang mereka minatin agar tidak tabrakan dengan anak-anak dari Shift 2 yang akan masuk Auditorium.
***
Setelah alat transportasi siap, mereka di antar kembali ke sekolah dengan bus yang sudah di sediakan. Dengan pulangnya murid-murid SMA tersebut maka terbukalah kesempatan bagi kami untuk istirahat. “Corn, oper!” pinta gue yang perutnya sudah keroncongan sejak siang tadi.
“Tangkap, Jak!”
Dalam sekejap kerupuk itu berpindah dari tangan Cornelia ke tangan gue. Sambil menunggu makanan sampai, semua panitia berkumpul di area food court buat nyemilin satu kantong plastik besar berisi kerupuk.
“Kalau habis, tambah lagi, ya!” kata panitia lain.
“Udah cukup ci, udah kenyang.” Seru seseorang.
Gue menyerah setelah melahap sepuluh bungkus kerupuk.
“Lah, ini anak malah tidur,” gumam gue melihat Makael dan Tedy tidur. Kantuk mulai melanda ketika kerupuk yang di makan mulai bereaksi. Mulanya gue menolak, “Ah, tempatnya kotor.”
Satu menit kemudian… gue mengalah, dengan cepat berubah pikiran. Tak peduli sekotor apapun tempat yang akan dijadikan tempat tidur sementara tersebut. Yaudahlah, namanya juga capek, bodo amat mau tempatnya kotor atau bersih! Pikir gue, sekejap kemudian merebahkan badan di karpet yang sudah di injak-injak.
“Bangun, bangun, makanan sampai!” ucap seseorang.
Tak peduli puas atau tidaknya tidur gue barusan, mata gue terbuka saat mendengar kalau makanan sudah sampe. Begitu gue membuka bungkus makanan tersebut, srrriiiinnnggg…. Isinya memancarkan warna kesilauan. “Woah, nasi kuning!” gumam gue girang karena akhirnya yang datang makanan asli.
Dan orang-orang yang tadinya tertidur, seketika bangun dan melahap makanan yang ada di depan mata dengan buas.
“Ci, ini makanannya boleh aku bawa pulang ke kos?” tanya gue.
“Harusnya sih boleh. Tapi kamu izin dulu,” jawab Ci Fina.
“Yahh, aku takut Ci.”
“Nanti aja, tunggu selesai evaluasi.”
Setelah selesai evaluasi, Ko Chan langsung menawarkan kami untuk bawa pulang semua makanan yang ada. “Ini, bawa pulang ke kos kalian. Jangan lupa kasih satpamnya supaya kalian diizinin pulang malam.” Kata Ko Chan sambil menenteng satu plastik makanan.
Semua rebutan membawa pulang makanan tersebut. “Makasih ya, ko.”
“Sama-sama” balas Ko Chandra. “Gue juga mau ngucapin makasih karena kalian sudah mau bantu-bantu mensukseskan jalannya event hari ini. Maaf kalau tadi teman-teman sempat mendengar waktu evaluasi yang seharusnya nggak kalian dengar. Tapi gue dan tim berharap, kalian bisa mengambil sisi positifnya, ya?”
“Yang sempat gue tegur, gue marahin, atau mungkin keluar kata-kata kasar, mohon maaf, jangan dimasukin ke hati ya. Karena lagi event, kita harus profesional, bukan berbarengan terus dan lain-lain.”
“Btw… kerja kalian luar biasa sekali hari ini!” tutup Ko Chandra. “Sekali lagi terima kasih, ya!
Kalau di tanya, jadi panitia Globalicious asyik, nggak? Jawaban gue Cuma satu, asyik. Karena di sini lah gue bisa belajar banyak hal. Mulai dari cara berkomunikasi yang baik sama orangtua, cara mengambil perhatian orang supaya mau menuruti dan masih banyak lagi pengalaman berharga lainnya yang bisa gue petik dari sebuah event.
Kalau punya kesempatan buat jadi panitia lagi di event lainnya, mau nggak? Jawaban gue cuma satu, MAU!
Setelah selesai acara, kami sempat foto bersama. Selamat menikmati!
Liat pict yang terakhir jadi ngiri gue, hihi..
Keren dah, udah jadi mahasiswa sibuknya asik bgt.. ahaha.. Jak Jak.. itu panggilan anak Jakarta emang? Hahahaha
Dan yg gue kagetin, foto terakhir za…. Kayak alien sama Cinderella.. (tolong jangan santet gue)
Waiya dong… wkwkkwk
Bukan, itu panggilan masa kecil gue, dan sekarang jadi panggilan akrab.
Sialan mas.. Gue santet juga lu:))
Bajunya kegedean ya za? Wkakakk
Iya.. Kegedean.. soalnya bajunya satu ukuran T_T