Awal Februari di tahun 2017 ini, aku jatuh sakit. Pas bangun, sekujur tubuh rasanya sakit semua. Tenggorokkan juga ikut sakit pas di pakai nelan. Minum pun sulit karena rasa sakit dibagian tenggorokan. “Ma, beliin bubur,” pintaku. Ah, lagi-lagi rasanya sakit. Rasanya hari itu aku pengin puasa aja. Nggak minum, nggak makan dan nggak ngomong. Pasti sulit.
Hape nyokap berdering. Karena waktu itu nyokap lagi pergi sebentar ‘tuk membeli bubur, terpaksa aku yang menjawab panggilan tersebut. “Hallo?” kataku.
“Assalamualaikum?” kata orang di seberang.
Aku jawab, “Waalaikumsalam”
“Ada eteknya, om?” kata seseorang di seberang. Etek itu artinya tante.
Apa? Om? Nggak salah, nih?
“Eteknya lagi keluar sebentar. Nanti telepon lagi aja, ya?” kataku dengan suara yang sedikit di paksa keluar. Pas itu rasanya aku pengin memaki orang di seberang. Apa dia nggak tahu sakit tenggorokan tuh rasanya nyiksa banget?! Alangkah nggak sopannya kalau aku nggak menjawab pertanyaannya itu.
“Oyaudah deh. Makasih ya, om!”
“Sama-sama.”
“Assalamualaikum,” tutupnya.
“Waalaikumsalam,” jawabku.
Panggilan berakhir dengan aku dipanggil om. Agak lucu sih ketika yang lebih muda dipanggil om sama yang lebih tua. Aku nggak protes dengan panggilan tersebut karena suaraku saat itu memang kendengarannya berbeda dari biasanya. Aku yakin, waktu itu suaraku terdengar seperti pria sejati. Selain itu, kalau aku protes, akan lebih banyak suara yang aku keluarkan. Semakin tersiksalah aku dibuatnya.
Sepulang dari membeli bubur, hape nyokap berdering lagi. Keponakkannya nelepon lagi.
Hari ini rencananya nggak mau ke mana-mana. Selain karena sakit, besoknya ada UAS. UAS akuntansi. Karena nggak ke mana-mana, rencananya hari ini mau belajar buat persiapan UAS Akuntansi besok. Laptop udah nyala, buku catatan udah siap diisi, ada segelas susu di samping laptop yang siap untuk menemaniku belajar. Perfect. Hari ini betulan aku pasti belajar!
Sepuluh menit masih segar. Dua puluh menit masih kuat. Tiga puluh menit masih oke. Empat puluh menit, mata udah sayu-sayu. Empat puluh lima menit, luffy udah berkumpul dengan krunya di Sanbondy Archipelago. Sebuah pulau di dunia baru. Oke, sepertinya aku butuh istirahat.
Setelah istirahat, aku mengulang pelajaran. Yang aku pelajari tadi nggak masuk ke otak. Oke, aku butuh tidur. Setelah tidur sebentar, kira-kira tiga puluh lima menit, aku bangun dan bersiap untuk mandi. Mandi karena paginya aku belum mandi. Sehabis mandi, aku ke kampus karena ada meeting di kantor hari ini.
Selepas meeting, aku pulang ke kost. Lanjut belajar. Sama seperti sebelumnya, aku cuma sanggup belajar sampai empat puluh menit. Setelah empat puluh menit berlalu, aku butuh istirahat.
Aku Stress karena yang aku pelajari nggak nyangkut sama sekali di kepala. Aku tetap berusaha belajar. Walaupun nggak masuk. Setidaknya aku sudah mencoba.
Malamnya aku pergi ke tempat teman karena katanya mau belajar bareng. Barangkali dengan belajar bersama, ada materi yang nyangkut di kepala meski sedikit.
Sesampainya di sana, nggak ada orang sama sekali. “Hong, mereka mana?” tanyaku dari depan pintu kamar kost Aldo dan Willy.
“Pergi makan.”
“Oh, oke.”
Saat mereka pergi makan, aku tetap meneruskan pelajaran. Sepulang dari mencari makan, aku lihat mereka belum ada niat buat belajar sama sekali. Jadi, aku masih belajar sendiri sampai mereka betul-betul timbul niat belajarnya.
Tiba-tiba, suasana menjadi penuh duka. Seseorang yang bernama Kim Will Sung itu itu, telah tewas karena di tabrak oleh sekawanan pasukan semut yang lagi konvoi keliling Jakarta. Kami menangisi kepergiannya yang begitu cepat.
Di tengah-tengah tangisan, Kim Will Sung bangun. Menatap dengan heran. Pandangannya waktu itu bisa diartikan, “Nih anak kenapa, sih?”
Kami senang. Kim Will Sung atau lebih akrab di sapa Willy, tidak jadi pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Dia cuma pergi sebentar. Untungnya. Seperti yang bisa kalian lihat, dia menari dengan senangnya. Di video ini, dia yang baju putih.
Tentu saja adalah ulah Rico yang membuat Willy jadi seperti orang mati. Willy yang memang suka ketiduran, seperti yang pernah aku bahas di post yang judulnya keluarga baru, Willy selalu jadi korban dari keisengan GPL. Bukan cuma sebatas hapenya di bajak, masih banyak lagi kejailan yang belum diungkap. Salah satunya dibuat seperti orang mati. Hihihi…
Singkat cerita, malam itu kami nggak jadi belajar. Padahal belum ada satupun materi yang nyangkut di kepala. Entah kalau mereka. Setelah puas tertawa, aku pulang, lalu tidur. Sambil berharap supaya besok kembali enakan dan dilancarkan belajarnya.