Bingung. Merupakan salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang sedang gue alamin saat ini.
Selama empat hari gue dibuat khawatir dan susah tidur karena beban pikiran yang ada. Bagi sebagian orang, menganggap beban pikiran gue ini tidaklah terlalu berat dan bisa dianggap sebagai persoalan yang sangat biasa. Tidak memerlukan tingkat keseriusan yang tinggi. Mungkin, orang-orang akan menganggap gue lebay karena terlalu memikirkan masalah ini. Seperti yang terjadi di sekolah beberapa waktu yang lalu.
Siang saat jam pelajaran Sosiologi, kelas saat itu tengah ramai seperti pasar. Di tengah keramaian itu, gue, bengong. Terlihat seperti ada masalah. Teman gue makin penasaran dan nanya.
Temen: Kamu kenapa Za?
Gue: Lagi banyak pikiran.
Temen: Nggak usah sok-sok banyak pikiran Za. *menyeringai*
Menyeringai. Hal yang pasti mereka lakukan ketika mendengar setiap jawaban gue. Mungkin bagi sebagian orang yang tidak tahu betapa beratnya beban seperti ini akan tertawa mendengarnya. Gue rasa, mereka tidak pernah dihadapakan pada situasi yang cukup sulit seperti yang gue alamin saat ini. Mereka masih menikmati kebebasan di sekolah sementara gue sudah berpikir jauh untuk langkah kedepan.
Pulangnya gue kembali berpikir. Apa yang harus gue lakuin? Gue mencoba ‘tuk berdoa, supaya hal yang paling gue takutin tidak benar-benar terjadi. Kalo benar-benar terjadi, yang ada justru gue makin kewalahan.
——————————————————————————–
Kamis tanggal 22 Oktober, di sekolah, gue makin bertambah panik. Beban pikiran gue semakin berat. Seperti yang sudah diberitahu sebelumnya, hari Kamis tanggal 22 Oktober akan diumumin hasil TPKS (Tes Potensi Keberhasilan Studi) Binus. Yang mana hasil tes nanti akan menunjukan besaran beasiswa yang gue dapetin.
Antara penasaran sama hasil dan bercampur takut. Ketakutan ini terus gue alamin sejak selesai tes.
Gue ngindupin jaringan hp supaya panggilan dan pesan bisa masuk. Biasanya kalo di sekolah, gue selalu matiin jaringan hp biar nggak menganggu proses belajar. Meski belajarnya tidak benar-benar serius, setidaknya ada satu atau dua pelajaran yang ilmunya bisa gue dapat dalam satu hari. Jadi gue berangkat ke sekolah bukan sekedar duduk, absen, belanja lalu pulang. Tapi gue juga ngikuti setiap proses belajar bersama dengan teman-teman di sebuah kelas yang menjadi rumah kedua bagi kami semua.
Dari pagi hingga siang, gue terus melihat ke hp yang gue taruh di bawah kolong meja. Sebelumnya gue udah hidupin ke mode keras supaya kalo ada panggilan atau pesan yang masuk bisa kedengaran. Begonya lagi, gue tetap ngecek hp padahal udah aktifin mode keras. Mungkin gue menderita sindrom phantom ringing.
Maksud dari sindrom ini, banyak orang merasakan ponsel di saku mereka berdering tapi ketika diperiksa ternyata tidak ada panggilan telepon atau SMS.
Gue yakin, lo pasti pernah ngalaminnya juga, kan? Ketika lo merasakan ada sebuah SMS, tapi pas lo cek, taunya nggak ada sms sama sekali? Kalo iya, berarti lo udah kena phantom ringing syndrom.
Tepat pukul 12 siang, bel pulang berbunyi. Syukur, hari ini sekolah gue masih dalam suasana perayaan ulang tahun sekolah sehingga jam belajar-mengajarnya sengaja dipercepat karena ada lomba yang akan diadakan.
Sesampainya di rumah, gue langsung ngecas laptop biar bisa segera melihat pengumuman hasil TPKS yang katanya sudah bisa dilihat mulai pukul 13.00 hari ini. Semuanya sudah gue perhitungkan sejak kemarin.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 siang yang artinya hasil TPKS sudah bisa dilihat secara online. Berbeda dengan UMN, untuk melihat hasil TPKS di Binus hanya bisa dilihat di halaman web yang mana gue harus login terlebih dahulu untuk melihatnya.
Waktu konsultasi kemarin, kata kakaknya sih hasil TPKS akan diumumin via Telepon atau via email. Mangkanya waktu di sekolah gue terus-terusan melihat hp.
Baca Juga: Mencoba Sebuah Peruntungan
Berhubung Battery Laptop belum penuh dan gue makin penasaran sama hasilnya, gue mencoba untuk login via mobile. Begitu gue membuka laman loginnya, ada sebuah pesan yang ditampilkan:
Email atau password salah.
Kampret. Dimana letak kesalahannya? Gue udah masukin password dengan benar.
Kemudian gue mencoba tuk berpikir positif, mungkin sedang di persiapkan. Setelah battery Laptop penuh, gue tidur sejenak karena sudah ngantuk.
Bangun dari tidur, gue langsung nyalain Laptop dengan rasa penasaran yang makin menggebu-gebu. Bersamaan dengan itu, ada rasa takut juga.
Pesan yang ditampilkan masih sama seperti yang tadi. Gue bingung harus ngapain. Jam 6 sore, gue berniat untuk menghubungin kakak yang kemarin datang ke Kota gue.
Benar saja, ternyata ada kesalahan data. Data yang salah itu langsung diperbaiki oleh pihak admisi dan setelahnya gue sudah bisa login dan melihat hasilnya.
Baca Juga: Sebuah Keputusan Yang Cukup Berat
Dan hasilnya adalah…..
Yeaaayy gue Lulus hasil TPKS dan mendapat beasiswa beruba potongan uang DP3 sebesar 30% \o/
Terima kasih atas segala dukungannya, akhirnya gue lulus dan sangat bangga dengan hasilnya.
Kalo aja waktu tes gambarnya sedikit banyak mungkin gue bisa dapat yang 50%. Bagaimana tidak, waktu yang diberikan untuk pengerjaan soal gambar adalah 12 menit dari 30 gambar. Gue cuman mampu mengisi 17 soal. Dalam satu soal ada dua isi. Itu artinya ada 26 soal lagi yang belum gue isi. Sungguh disayangkan waktunya cuman sedikit :(
Tapi gapapa, yang penting hasil sendiri. Gue puas.
Kebingungan yang sebenarnya betul-betul terjadi. Dalam kasus ini, kebingungan gue makin bertambah karena sama-sama diterima dan mendapat beasiswa di kedua universitas yang cukup baik. Hal yang paling gue takutin, benar-benar terjadi. Oke, sekarang gue makin bertambah bingung.
Sepertinya gue perlu ngadain rapat keluarga lagi buat penentuan gue bakal kuliah di mana nantinya. Semoga tidak salah pilih.
Kalo kalian berada di posisi gue, langkah apa yang akan kalian ambil? Kalian akan memilih universitas mana kalo kalian berada di posisi gue saat ini? Yok, beri gue saran supaya gue makin mantap untuk memilih :)
wah selamat ya semoga sukses :D
Iya, makasih kak Qiqi :D
universitas yg mana sama aja, yg penting deket sama rumah.. itu membantu lho dari banyak segi
Wah… sayangnya universitasnya jauh sama rumah gue. Soalnya gue anak rantau :(
Coba istikharah deh, Insya Allah semua pilihan yang pakai hati itu hasilnya baik. semangat!
Makasih sarannya Iyah :D
Masalahnya gue aja masih ribut terus ama guru, belom mikir kesono :D
Waduh jangan ribut-ribut sama guru dong Jev. Bahaya :)
Asoooy, Za! You’re lucky boy! Aku sebelumnya baca posting Mencoba Sebuah Peruntungan, dan udah aku duga pasti nyambung ke sini.
Aku sih nggak tau ya kamu udah milih atau belum, soalnya aku liat postingannya udah 3 mingguan. Kalo kamu minat juga di Binus, orangtua setuju, yaaa choose aja. Kan semunya balik lagi ke kamu Za… :)
Congrats!
Makasih Ris! Udah, gue udah nentui pilihan mau kemana, kok :D
kak, saya mo tanya.. Kalo yang beasiswa widia tuh ada potongannya juga ya?
Hm.. gue kurang tau, San. Coba tanya bagian admisinya :D
halo, kalau untuk D3 lanjut S1 jurusan Sistem Informasi ikut tes gt jg ga sih ?
Bisa, kok. Mbak Erisa berminat? Kalau iya, saya menyarankan untuk ngelanjutin dengan kuliah online saja, mbak. Nama programnya Binus Online Learning. :)
Kok saya ga bisa lihat hasil test saya ya padahal saya udh bisa masuk tpi masih ada di step ke 3 kira” kenapa ya kak?