Selasa, November 26, 2024
HomeStorySeriusRumahku Dosaku

Rumahku Dosaku

on

Rumah menjanjikan tempat nan indah bagi orang-orang seperti gue yang kurang mendapat perhatian serta kasih sayang dari lawan jenis yang umurnya tidak lebih tua dari usia gue. Tiga tahun gue ngejomblo, tiga tahun juga gue mengurung diri di tempat yang selalu menjadi tujuan bagi orang-orang yang merindukan kehangatan serta suasana kekeluargaan yang tak ditemukan di tempat-tempat lainnya.

Rumah menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan baik, namun rumah juga menjadi saksi atas kenakalan-kenakalan serta dosa yang pernah gue perbuat di dalamnya.

Perbuatan baik yang gue ingat:

  1. Ketika lagi sakit, gue pernah masakin adik gue mi saat bokap nyokap sedang tidak ada di rumah.
  2. Gue masih berpegang teguh pada status gue saat ini sebagai tuna asmara, yang artinya gue menghindari kemungkinan terjadinya perbuatan zina. *halah*

Baik dan buruk ialah satu-kesatuan yang sudah lama ditakdirkan untuk hidup berdampingan. Keduanya tak dapat terelakkan lagi karena inilah skenario kehidupan. Kamu bisa saja menjadi tokoh protagonis seperti yang kau mau, tapi tidak menutup kemungkinan kamu akan menjadi tokoh antagonis walau hanya untuk sesaat. Biarpun kamu berusaha untuk menjadi tokoh protagonis, akan selalu ada godaan untuk memainkan peran antagonis. Ya, inilah misteri kehidupan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Perbuatan buruk:

  1. Gue pernah mencuri uang nyokap.
  2. Demi main game online, gue pernah nipu nyokap dengan alasan buat bayar LKS.
  3. Teman gue pernah numpang download bokep di rumah. Salah satu dari mereka, “bocor” di rumah gue. Katanya udah udah nggak tahan. Untung dia nggak “numpang” melampiaskan nafsu bejatnya di rumah gue.
  4. Karena penasaran, gue pernah nonton bokep. Sendirian.
  5. Rumah gue pernah dijadiin tempat untuk buka “segel” menuju gerbang Kyuubi.

Karena dikenal sebagai anak yang tahu banyak tentang adult content; serta cara melepas sebuah segel, di sekolah, gue mendapat julukkan senpai yang artinya kurang lebih: guru atau seseorang yang sangat dihormati. Yaah, sepertinya gelar tersebut tidak akan pernah lepas dari nama gue. Sejak bangku SMP gue juga udah dijuluki senpai oleh anak-anak sekitar.

Senpai
Senpai!

Jadi, begini ceritanya. Biasanya saat bel istirahat mulai berbunyi, orang-orang yang lagi kelaparan akan berubah seperti cacing kepanasan, menyerbu kantin sekolah dengan beringas bak Singa yang sudah seminggu tak makan. Karena waktu yang disediakan cuman sedikit, berebut tempat duduk serta jajanan pada jam istirahat pun tak terelakkan, sehingga hal ini sudah dianggap sebagai tradisi yang mendarah daging sejak dahulu. Jauh sebelum gue masuk di sekolah. Kantin sekolah akan menjadi tempat yang paling ramai didatangi sehingga biasanya kelas-kelas akan terlihat sangat sepi pada jam istirahat. Kelas yang sepi tentu akan menjadi kesempatan emas bagi orang yang memiliki niat buruk. Disitulah gue memiliki fungsi dari nilai guna. Gue menjadi penjaga kelas saat jam istirahat. Pada saat kelas sepi, muncul lah dua anak laki-laki dengan potongan rambut nyentrik.

“Za,” buka salah satu dari mereka.

Gue menatap mata anak laki-laki itu, “apa?” tanya gue.

“Kamu tau nggak caranya buka situs?”

Situs?” tanya gue, tak paham maksud dari pertanyaan mereka.

“Iya, ‘situs’. Tau kan maksudnya apa?” jawab anak laki-laki satunya lagi, sambil memperagakan tanda kutip dengan jarinya.

Oh.. I see,” Kata gue, mulai mengerti arah pembicaraan mereka. “Nggak tau juga sih, nggak pernah nyoba. Memangnya kenapa?”

“Kamu pasti tau lah. Kamu kan pintar komputer.”

“Hmm,” gue mulai berpikir. “Ya tinggal buka aja apa susahnya, sih?”

Kemudian salah satu anak laki-laki tersebut menunjukkan layar hapenya, “Nih, internet positif,” Katanya. “Gara-gara ini, aku nggak bisa buka.”

Lalu setelah ngobrol ngalor-ngidul, tercapailah sebuah kesepakatan: kalau gue bisa, mereka wajib ngasih gue uang makan siang dan nganterin pulang sampai rumah.

Dari sana, nama gue mulai dikenal karena mereka ngasih tau ke anak-anak yang lain. Karena banyaknya permintaan, salah satu dari kedua teman yang tadinya gue bantuin, mengusulkan sebuah ide, “kenapa nggak buka jasa aja, Za?”

What? Jasa apaan?”

“Jasa buka ‘segel’,” sebutnya, mantap.

“Hah? Enggak deh! Nggak! Ini semua karena kamu! Gara-gara kamu, mereka jadi pada tau dan pada minta dibukain sama gue!”

“Ya, maaf,” katanya. Dari getaran suara yang dihasilkan, dia sepertinya menyesal.

“Iya, gapapa,” kata gue. “Terus gue harus bagaimana?”

“Jalani aja. Toh, imagemu udah terlanjur rusak,” kata Tomi (bukan nama sebenarnya).

Kalau dipikir-pikir, dia ada benarnya juga. Tapi ah! Gue mana mungkin bisa ngelayanin mereka semua!

“Terus seandainya gue jalani, dan melayani mereka semua, apa ada jaminan kalau nama gue nggak akan dibawa ke BP atau disebut-sebut saat sedang rapat?”

“Ada, biar aku yang menjamin semuanya. Lagian, ini semua salahku,” kata Beno, yakin.

“Mereka kan banyak, mana mungkin gue bisa kerjakan semuanya. Selain itu, gue juga punya kehidupan yang harus gue jalani sebagai pelajar!”

“Biar aku yang jadi asistenmu. Saat mereka sedang membutuhkanmu, akan kuusahakan bagaimana caranya supaya kamu nggak lelah ngadepin mereka,” tawar Beno, kemudian diikuti oleh kesanggupan Tomi yang juga ingin ikut membantu.

“Boleh. Nanti, kalian yang atur jadwal dan tempat pertemuannya. Bisa, kan?”

Kami mencapai sebuah kesepakatan. Sejak saat itu, gue mulai melayani mereka yang sedang “haus”.

***

Kebutuhan manusia memang tiada habisnya. Beberapa bulan semenjak gue membuka jasa tersebut, beberapa anak ada yang konsultasi sama gue soal you-know-lah. Beno kembali berinovasi, memunculkan terobosan terbaru. Kali ini inovasinya itu melahirkan jasa konsultasi. Tahu nggak? Gara-gara ini gue berasa seperti seorang konsultan atau sejenisnya yang melayani jasa konsultasi. Ya, gue emang cocok disebut sebagai konsultan bokep.

Baca Juga: Lika-Liku Saat PDKT

Lagi-lagi sekolah dijadikan sebagai tempat untuk konsultasi. Beberapa anak ada yang nekat sampai dateng ke rumah gue. Untung saat dateng rumah lagi sepi.

Ada sebuah istilah yang dipopulerkan oleh masyarakat kini. Rumahku adalah istanaku. Dari istilah tersebut, gue mulai berpikir, nggak mungkin gue membiarkan dosa terus berkembangbiak di istana yang gue tempati. Dan kalau dibiarkan terus berkembangbiak, jadinya bukan rumahku istanaku melainkan rumahku dosaku. Gue sadar bahwa ini perbuatan yang salah. Sudah banyak dosa yang gue perbuat dan terekam oleh rumah ini. Gue sadar, bahwa gue harus pindah lokasi. Rumah Beno pun menjadi dikorbankan sebagai tempat untuk membuka praktek konsultasi. Yeah, akhirnya rumah gue terbebas dari dosa-dosa! Pikir gue.

Baca Juga: Demi Nonton

Gara-gara ada salah satu siswi yang tidak sengaja menguping saat gue tengah berbincang, kedok gue jadi terbongkar. Seketika image gue rusak di mata siswi lainnya.

Semenjak itu tidak ada lagi cewek yang mau ngobrol sama gue. Untuk bertatapan mata sekalipun tak mau. Ketika gue melihat ke arah mata mereka, mereka langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang lain seraya mengeluarkan ekspresi acuh tak acuh.

from: tumblr.com

Ketika nama gue ditaruh disalah satu kelompok, mereka memilih untuk bikin kelompok sendiri tanpa ada nama gue didalamnya. Yang lebih parah, gue diusir dari kelompok tersebut.

Lambat laun mereka mulai mengerti. Gue terselamatkan karena punya wajah yang terbilang cukup polos dan dibuktikan oleh sikap baik gue yang lebih menonjol ketimbang mesumnya.

Seiring berjalannya waktu, siswi di sekolah gue mulai mengerti kalau nonton sebenarnya bukanlah hal yang tabu bagi anak laki-laki.

Di SMA malah kebalikannya. Gue dianggap parah sama siswa lainnya. Iya, parah, karena gue kalau nonton bokep tidak pernah mau berbagi dengan yang lain. Pertanyaanya: laki-laki mana coba kalau nonton bokep rame-rame? Apa keuntungan dari nonton rame-rame? Kedengarannya justru MENJIJIKAN, SEKUMPULAN BATANG SEDANG BERKUMPUL DALAM SATU RUANGAN YANG DITEMANI OLEH TONTONAN YANG TIDAK SENONOH! Mending sih kalau semuanya normal, lah kalau salah satunya ada yang abnormal gimana? Atau karena udah kebelet ingin ngelakuin seperti yang ditonton, karena nggak ada cewek, cowok pun diembat juga sebagai pelampiasan. ASTAGFIRULLAH! Tolong ampuni hamba-Mu ini Ya Allah.

Baca Juga: Lelaki Sejati

Kok lebih banyak perbuatan buruknya ketimbang perbuatan baik, Za? Berarti lo makhluk bejat, dong? Bisa aja sih gue sebutin semua kalau gue mau, tapi bukankah nyebutin semua perbuatan baik yang pernah dilakukan sama aja dengan bekerja tapi kerjanya nggak ikhlas?

Rumah tidaklah selalu tentang hal yang berbau negatif. Akan selalu ada secercah kebaikan dibalik keburukan yang seringkali kita lihat. Seperti ketika gue mencuri uang nyokap. Gue mencuri karena alasan kebutuhan buat bermain game online. Gue juga menipu dengan alasan yang sama, untuk memenuhi kebutuhan. Saat itu mata gue dibutakan oleh nafsu. Namun kemudian gue sadar, bahwa yang gue lakukan sebenarnya salah.

Ketika gue mulai lepas dari nafsu bermain game online, sembari meminta maaf, gue menyodorkan secarik uang kertas yang nominalnya kurang lebih sama dengan jumlah yang gue curi selama ini. Terima kasih, ternyata nyokap mau memaafkan perbuatan buruk gue waktu itu dengan catatan: tidak akan mengulanginya kembali. Syukur-syukur nyokap nggak melaporkan gue ke polisi pada saat dia mulai tahu kalau gue pernah berbuat buruk. Nyokap juga berpesan ke gue, “kalau butuh uang, bilang. Jangan mencuri apalagi menipu seperti yang sudah lewat,” ucapnya dengan tatapan nanar. Gue melihat ada ketulusan dari sorot matanya. Bibir gue tak mampu berucap ketika itu. Satu-satunya cara yang bisa mewakili jawaban dari pertanyaan nyokap hanyalah sebuah anggukan.

Semua hal yang kamu perbuat, baik maupun buruk, semua dimulai dari rumah. Ini seperti hukum sosiologi, ketika kamu dibesarkan di sebuah lingkungan yang baik, maka kamu akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan begitu juga sebaliknya. Lingkungan tidak mululu tentang rumah, lingkungan sekolah, lingkungan tempat kerja dan lingkungan lainnya juga turut berpengaruh. Berhati-hatilah di lingkungan, karena kemungkinan besar untuk ditikung *halah. Jika tak sanggup membangun sebuah rumah, paling tidak, ciptakanlah sebuah lingkungan yang aman, nyaman, dan jauh dari segala macam perbuatan buruk yang akan terjadi di lingkungamu sendiri. Kelak, lingkungan itu akan menjadi saksi bisu atas perbuatanmu selama hidup di dunia. *benerin peci*

Previous Article
Next Article
Reza Andrian
Reza Andrianhttps://rezaandrian.com
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.

Hey, jangan pergi. Kamu perlu baca ini

27 KOMENTAR

  1. Gue masih berpegang teguh pada status gue saat ini sebagai tuna asmara, yang artinya gue menghindari kemungkinan terjadinya perbuatan zina. *halah*

    rada gimana gitu baca yang ini, hahaaha

  2. walaupun berawal bokep tapi pesannya dapet za.
    pinter banget kamu, tau aja kalau manusia suka banget sama sesuatu yg berhubungan dengan seksualitas *bahasa yg terlalu berat*. Namanya juga masa remaja za, pencarian jati diri, banyak cabang jalan yang harus dipilih, pinter2 aja biar citra kita g buruk dimata orang lain. jadi masih wajar lah apa yg kamu lakuin (bagian bokep).
    buat yg bagian nyolong, alhamdulillah yah. emang bener za, seburuk apapun kita, keluarga tetaplah tempat pulang yg paling tepat. bagaimanapun juga yg namanya orang tua apalagi ibu tetep nerima anaknya, bahkan tiap solat didoain terus biar kita sukses dunia akhirat za, aamiiin. biar itu jadi masa lalu, kedepannya kita berusaha terus biar orang tua kita bahagia.

    • Bkn cuman laki-laki, tapi perempuan juga :)
      Belum ketahuan aja karena mungkin takut imagenya jelek. Kalo kata temen gue sih, “kalo udah jelek mah udah, nggak usah tanggung-tanggung” hehehe. Ya karena untuk memenuhi hasrat atau hawa nafsu. Dalam contoh ini gue nyuri karena butuh untuk main game online :)

  3. Sehari diem di rumah tuh bete banget rasanya apalagi kalau tiap hari diam di rumah tanpa kegiatan hmmm :(
    Coba main keluar atuh siapa tahu nanti jodoh datang menghampiri dan nggak bakalan single lagi, Za hihi. Siapa tahu lho yah hehe

  4. wajar memang hal kayak gini di kalangan cowok-cowok, udah gak tabu, beda sama cewek, ya … asal ngerti aja batasannya dan bisa mengendalikan diri. Tapi tetep, itu dosa.
    eh, tapi kamu anaknya bijak juga, haha.. bener banget faktor lingkungan itu sangat mempengaruhi.

  5. waduh judulnya serem amat, untung judulnya cuma rumahku dosaku bukan rumahku dosaku dan kawan-kawanku hehehe. #SENPAI, NOTICE ME hahaha, thanks za udah mau ikutan giveaway pertama gue :)

  6. ZA, LU KESAMBET APAAN? JADI RELIGIUS GITU… *benerin jilbab* ._.
    Jomblo 3 tahun? Berarti pas masuk SMA ya ngejomblo? Boa edan!
    Iya aih banyak banget buruknya daripada baiknya. Astaghfirullah, Za. Banyakin istighfar. Jadi inget dosa sendiri ih kalo gini teh :(
    Sumpah, berawal dari buka segel internet positif sampai ke konsultasi. Kayaknya beda jauh ya. Tapi sumpah… Ini menggambarkan kamu………. Aduh. Nggak mau ngomong ah. Ntar dibacok. ._.
    Serius, gara-gara begitu jadi dijauhin cewe-cewe? Geuningan teh gitu, ya? Mungkin pas itu mereka belum mengerti kalo naluri lelaki gimana. Eh, w ngomong gini serasa jadi cowo. No, no. Aku cewe, Za.
    Berhati-hati di lingkungan. Itu pasti, Za. Aku kadang suka takut kalo lingkungan yang mengendalikan. Be careful. Keprok 3x buat Reza! Yuhuuuu.

  7. Menarik juga ceritanya…Tuna Asmara..hiihi…setiap perbuatan pasti ada efek sampingnya…a juga pernh mengalami hal yang sama…tapi kembali lagi m diri kita…semoga kita dijauhkan dari hal2 yang negatif..

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Enter the captcha *

Sebelum kamu pergi, tinggalin komentar dulu, ya!
Setiap komentar yang kamu tinggalkan selalu aku baca dan itu sangat berarti untukku agar terus semangat dalam menulis. Semoga harimu menyenangkan \o/
*komentar baru akan muncul apabila sudah di Approve terlebih dahulu oleh admin.

Reza Andrian
Hi, nama gue Reza. Gue seorang Blogger dan saat ini sedang meniti karir dibidang Project Management di sebuah perusahaan Swasta Jakarta.
577FansSuka
688PengikutMengikuti
893PengikutMengikuti

Belum Gaul Kalau Belum Baca