Gue kira jadi mahasiswa tuh enak. Gue kira kalau udah jadi mahasiswa itu nggak harus repot-repot bangun pagi layaknya anak-anak sekolahan. Gue kira kalau udah jadi mahasiswa itu sistem kehadirannya akan berbeda dengan sistem kehadiran anak sekolahan; di mana kita bisa titip absen sama teman yang rajin masuk kuliah. GUE KIRA BEGITU. Tapi setelah empat bulan berjalan, gue berubah pikiran. Jadi mahasiswa itu nggak seenak dan segampang yang gue bayangkan.
Pertama, dari sisi kehadiran. Gue pikir kalau sudah jadi mahasiswa bisa titip absen sama teman. Iya. Sebenarnya bisa, masalahnya sekarang… memangnya ada orang yang mau berkorban dan berani mengambil risiko demi mengabsenin temennya? Nggak ada. Soalnya kalau ketahuan absenin teman, urusannya bisa panjang. Akan ada sanksi tersendiri. Entah apa sanksinya, yang jelas nggak akan ada orang yang mau mengambil risiko tersebut.
Kedua, bangun pagi. Gue pikir kalau udah jadi mahasiswa itu nggak perlu bersusahpayah bangun pagi. Kalaupun ada, cuma di hari-hari tertentu saja. Gue kira kalau udah jadi mahasiswa itu rata-rata kelasnya di siang atau sore hari. Gue salah. Justru gue selalu dapat kelas pagi selama hampir empat bulan ini. Paling apes kalau hari Senin. Ya, lagi-lagi hari Senin. Daridulu sampai sekarang gue belum bisa berdamai sama yang namanya hari Senin. Dulu ketika masih berstatus sebagai pelajar, gue membenci hari Senin karena pulangnya yang lama. Sekarang, setelah berstatus mahasiswa, gue membenci hari Senin karena gue ada kelas dari pagi dan selesai di sore hari. Memang ada jeda waktu dua jam untuk melepas penat, tapi tetap saja gue kurang menyukai hari Senin.
Penyebab gue kurang menyukai hari Senin juga karena kelas paginya dapet di Kampus Kijang. Perjalanan ke sana memakan waktu lebih kurang 8 menit kalau nggak macet. Kalau macet bisa lebih dari 8 menit. Bisa lebih dari 15 menit. Bahkan bisa lebih dari 25 menit. Kami semua sepakat jam 7 sudah harus di dalam angkot. Kalau lagi apes bisa terlambat karena jalanan di depan Kampus Syahdan selalu macet setiap paginya. Sehingga tak jarang kami harus jalan kaki sampai ke pertigaan demi menghindari kemacetan. Kadang udah susah-susah jalan kaki sampai ke pertigaan, pas jalanan sudah mulai lancar, angkot yang ingin kami naiki sudah terisi penuh. Terkadang tidak ada gunanya menunggu angkot berikutnya lewat, karena biasanya angkot-angkot tersebut sudah lebih dulu terisi penuh oleh penumpang yang naik dari daerah Syahdan. Jalan dan terus berjalan, tahu-tahu sudah sampai di kampus. Yang jelas, kalau dapat kelas pagi, apalagi kalau kelasnya di Kijang, itu nggak enak banget.
Oke. Cukup basa-basinya. Sekarang langsung ke bagian intinya aja. Seperti yang sudah gue ceritakan di atas, gue sering dapat kelas pagi. Yak, hari Selasa (29/11/2016) kemarin gue ada kelas pagi. Cuma pagi. Siangnya nggak ada kelas. Gue bangun sekitar pukul 06.15. Sejatinya kelas pagi di mulai jam 07.20. Ya, gue sengaja bangun satu jam sebelum kelas karena sudah meniatkan untuk nggak sarapan pagi. Habis, tempat biasa gue sama teman-teman makan sudah di tutup atau bahasa kerennya itu kepemilikan dari tempat makan tersebut sudah berganti dengan pemilik yang baru. Sejak kepemilikkannya berganti, gue jadi males sarapan pagi.
Baca Juga: Keluarga Baru
Gue berangkat ke kampus sendiri. Setibanya di kampus gue langsung tapping ke mesin tapp di depan pintu masuk ruang Auditorium kampus Anggrek. Mungkin ada yang tahu sama auditorium Binus, mungkin juga enggak. Bagi yang tahu, mungkin kalian akan bertanya: Reza kok ganteng, ya? Ralat. Pertanyaannya ngaco banget, nih. Yang serius nape, Za? Oke, gue serius. Gue ulangi lagi, deh. Kalian mungkin akan bertanya: Lho, kok kelasnya di ruang auditorium? Iya, jadi di Binus itu terdapat dua jenis kelas. Kelas besar sama kelas kecil. Kelas kecil itu seperti kelas pada umumnya dimana jumlah mahasiswanya berkisar antara 40 – 60 orang *tergantung pada masing-masing universitas* dan satu dosen pengajar. Kalau di kelas besar, jumlah mahasiswanya lebih banyak lagi. Mahasiswa di kelas besar itu jumlah orangnya bisa sampai 500an orang (bahkan bisa lebih) dan ditambah dengan dua dosen pengajar. Kalian mungkin akan bertanya lagi: Lho? Kok, bisa? Iya, bisa. Jadi jumlahnya bisa sampai 500 orang itu dikarenakan satu jurusan dikumpulin di dalam sebuah ruangan. Tiap ada kelas besar, satu jurusan di kumpulkan di dalam satu ruangan besar yang biasa dikenal dengan sebutan Blitznya Binus. Kalian tahu blitz, kan? Iya, Blitz itu nama kucing gue. Gokil nggak tuh kucing gue namanya Blitz? Oke. Serius. Jadi Blitz itu nama bioskop. Kalau Blitznya Binus artinya Bioskopnya Binus. Keren nggak, tuh?
Lalu kenapa disebut Blitznya Binus? Karena ruang dan tempat duduknya megah menyerupai bioskop. Nggak percaya? Silahkan mampir ke Auditorium Binus Anggrek di lantai 4 dan 5 kalau mau membuktikannya sendiri. Eiits, tapi nggak bisa sembarangan masuk karena untuk bisa masuk harus memakai Binusian Flazz Card yang artinya kalian harus jadi mahasiswa Binus dulu untuk bisa masuk ke Auditoriumnya Binus.
Tapi tenang, tanpa perlu jadi mahasiswa Binus kalian bisa kok membuktikannya sendiri bahwa bangku di auditorium persis seperti bangku-bangku di bioskop yang namanya gue sebutkan di atas. Ini, gue kasih lihat penampakkannya.
Bangkunya kayak di bioskop-bioskop, kan?
Masih kurang percaya? Kalau mau merasakan duduk di bangku tersebut, datang saja ke acara-acara yang Binus adakan. Biasanya kalau ada acara seperti Talkshow, Binus selalu mengadakannya di Auditorium dan juga acaranya terbuka untuk umum. Oke, kembali ke topik awal.
Meski ada yang namanya kelas besar, bukan berarti setiap jurusan punya kelas besar. Hanya jurusan tertentu saja yang ada kelas besarnya. Sebut saja dua jurusan yang peminatnya paling banyak di Binus: Teknik Informatika dan Sistem Informasi adalah jurusan yang ada kelas besarnya. Yang asyik dari kelas besar ini bisa ketemu dengan teman satu jurusan yang berasal dari kelas yang berbeda.
Setelah tapping, gue memilih tempat duduk. Di kelas besar ada aturan dimana kita harus mengisi bangku di barisan depan dan mengosongi bangku barisan belakang. Duduk di barisan depan? HAA! Maaf, gue bukan tipe mahasiswa yang mau ngisi bangku barisan depan. Gue mengisi bangku di barisan dua dari belakang. Tempat yang cukup strategis karena nggak terlalu ke depan dan nggak terlalu ke belakang juga. Seringkali di barisan ini jadi barisan yang paling aman. Aman dari pertanyaan dan aman juga untuk tidur. Asal nggak ketangkap kamera pengawas di ruang Auditorium dan dosen.
Baca Juga: Globalicious
Hari itu gue males semales-malesnya orang yang lagi males (lho?). Gue males mengikuti kelas besar sampai selesai. Gue berencana ikut sesi pertama dan cabut di sesi dua. Setelah sesi pertama selesai, gue tapping kembali ke mesin tapp, lalu cabut. Pulang ke kost. Pas gue baru mau makan, tiba-tiba Andre, teman gue, bilang kalau masing-masing nama akan dipanggil untuk absent ulang. MAMPUS! GUE UDAH PULANG! ABSENT GUE GIMANA, DONG?!
Andre menyarakan gue untuk kembali ke auditorium. Gue bimbang karena waktu itu gue baru saja mau makan. Baru juga satu suap yang masuk. Andre menyarankan gue supaya cepat-cepat ke auditorium sekarang. Gue berlari secepat yang gue bisa. Sesampainya di lantai empat, Andre memperingati gue untuk menyiapkan jawaban kalau gue betul-betul jadi masuk ke ruangan tersebut. Gue bingung mau jawab apa kalau dosennya nanti memberikan gue pertanyaan. Lalu tak lama setelah peringatan tersebut, saat gue sudah menyiapkan jawaban, Andre mengirimi pesan lagi. “Mission Abort, Jak!”
“Kenapa?” tanya gue. “Jadinya gue masuk atau gimana, nih?”
“Jangan! Jangan masuk! Barusan ada yang masuk, tapi namanya tetap di uncheck!”
MAMPUS! KENAPA BARU SEKARANG SIH KEHADIRANNYA DI VERIFIKASI? JADI PERCUMA DONG GUE IKUT SESI PERTAMA TADI? PERCUMA DONG GUE DENGARIN PENJELASAN DARI DOSEN, BAHKAN SAMPAI MATA GUE TERKANTUK-KANTUK KALAU UJUNG-UJUNGNYA BARU SEKARANG KEHADIRAN TERSEBUT DI VERIFIKASI! Batin gue kesal. Di kampus ada aturan di mana kami cuma boleh absen atau tidak hadir sebanyak tiga kali untuk mata kuliah kelas besar tersebut. Kalau sudah melebihi tiga kali, maka tidak diperbolehkan mengikuti UAS. Dan itu artinya otomatis langsung kena SP atau semester pendek. Kalau kena SP artinya gue harus mengulangi mata pelajaran tersebut dan membayar uang SKS-nya lagi.
Baca Juga: MeetUp Nggak Tahu Malu
Gue udah dua kali absent di kelas besar tapi bukan berarti gue dua kali bolos kelas besar. Kelas besar terbagi jadi dua sesi di mana sesi pertama di mulai dari jam 07.20 dan selesai pada jam 09.00. Ada jeda 20 menit untuk istirahat dan kelas di lanjutkan kembali dari jam 09.20 sampai 11.00. Dalam satu kali bolos itu gue melewatkan dua sesi. Satu absent untuk tiap satu sesi. Kalau dua sesi terlewatkan, maka artinya gue udah dua kali absent. Kejam memang, tapi begitulah aturannya.
Pulang-pulang gue bertemu Makael dan Ferry. Mereka berdua jurusan Teknik Informatika dan satu angkatan sama gue. Bedanya gue jurusan Sistem Informasi. Gue menceritakan kejadian itu ke mereka berdua. Mereka berdua kaget pas tahu kalau kelas besar kami ada dua sesi. Sementara mereka kelas besarnya cuma satu sesi. Puas mencurahkan segala keluh-kesah, kita harus berpisah di tempat itu karena habis ini mereka ada kelas. Kami berpisah. Mereka ke kampus sementara gue pulang ke kost. Tidur dan melupakan segalanya. Pas gue mau tidur, gue mendapat kabar kalau di sesi pertama kehadiran kami sudah terverifikasi. Sementara untuk sesi kedua nama kami sudah di uncheck, sehingga kehadiran kami tidak terverifikasi. Untung saja kehadiran kami di sesi pertama sudah terverifikasi. Gue hampir SP dibuatnya. Andai saja kehadiran kami di sesi pertama tidak diverifikasi, otomatis gue harus mengulang mata kuliah tersebut karena tidak memenuhi syarat untuk ikut UAS. Dan kalau saja tidak terverifikasi, maka gue terhitung sebanyak 4 kali absent di kelas besar.
Ini jadi pelajaran bagi gue supaya tidak malas-malasan masuk kuliah. Terutama masuk kelas besar. Bayangkan, orangtua udah bersusah payah kerja demi membiayai uang kuliah anaknya, sementara anaknya males kuliah. Kejadian seperti ini tidak akan terulang untuk yang kedua kalinya. Cukup kali ini saja. Kemarin adalah terakhir kali gue bolos kelas besar. Tidak akan ada lagi yang namanya bolos kelas besar. Berikutnya akan ada yang namanya bolos kelas kecil karena sejatinya gue sama sekali belum pernah mempergunakan ‘nyawa’ tersebut untuk bolos dari kelas. Dalam waktu dekat ini rencananya gue akan menggunakan ‘nyawa’ tersebut untuk bolos mata kuliah yang gue kurang sukai. #GagalBijak
Jadi begitulah ceritanya. Apa kalian pernah punya pengalaman ‘hampir kena SP’ seperti yang gue alami? Jangan lupa komen di kolom komentar di bawah ini, ya!
sabar sabar… dosen memang kaya gitu engga bisa ditebak kadang absen bisa diverifikasi kadang engga
OOOOOO Jadi masuk Binus,,, dulu udah mau masuk binus tapi takut bebanin orang tua hihihi jdainya gak jadi
kalo masalah absensi sih ,, saya orang yang disiplin hahaha #SOmbong… kelas mulai jam 8 udah masuk jam 7,,,,,
BUUSEEET! MASIH INGAT AJA, MAS! AHAHAHA IYA!!!
Wuiidih, mahasiswa super gitu, ya? Hahah
mahasiswa teladan of the year
Hahaha :(
kasihan, hampir SP.. kelas besar itu cuma buat school of computer nya kan ya. Gue HI nggak ada kelas besar, sekalinya ada seminar CB di audit… gue nggak tau kalau disana harus absen pake flazz juga. alhasil… begitulah, udah dengerin berjam2 nggak ke absen. Lo mending di kijang senen bro, gue di kijang sabtu….. udah sabtu masuk, di kijang pula.
Gue belum dapet CB, Jev. Kayanya gue baru dapet CB di semester dua, deh. Lho, lu belum tahu? Harusnya pas FEP kemaren di kasih tahu, sih.
Hahaha, nggak cuma senin, Jev, gue sabtu juga dapet kelas di Kijang. Jam siang, sehabis kelas lab di Anggrek. Jadi kami cuma punya waktu 20 menit untuk sampai di Kijang dari Anggrek. Ya, lu tau sendiri lah jalanan Syahdan di siang hari kaya gimana, kan? Hohoho
Kalau telat, harus keluar dari keras. Sama-sama nggak enak Jev.
Gue pernah kena SP pas mata kuliah bahasa arab… Emang diwajib kan sih kalau di tempat gue kuliah sebelumnya, mau mahasiswa apa aja tetep wajib ikut kelas bhs arab sama inggris. Tapi berhubung gue amang nggak bisa dan nggak suka itu kelas, jadinya gue jarang masuk. Dan kena SP… :’v
SKSnya berapa di sana? Di kampus gue persksnya 330rb :(
Kelas besar SKSnya 4. Kalau kelas besar SP, udah kena 1.329.000. Belum lagi SP di mata kuliah yang lain. :(
Makanya, gue ga pernah percaya kalo ada orang yang ngomong jadi mahasiswa itu enak… hahahaha :D
Yaelah, capek-capek masuk kagak di absen, kalo gw mah udah menyemburkan api kayaknya
Untunglah sesi pertamanya keitung :” kalau ga siap” SP dong lo. .ditempat ane tak ada SP jd kalau ga lulus yah harus ngulang ikut semester dpan atau bahkan semester dpannya lagi. .mangatss kuliahnya bro
Enak ya :) Tempat gue SP kalau nggak lulus mata kuliahnya :(
Itu kayak bioskop beneran mah bikin semangat kuliah mas Reza. Hihiii
Hahahahah sebagai sesama mahasiswa binus i can totally relate. emang binus itu ribet banget kalau udah urusan absen, mau dosen yang salah kek kalau udah jebol bakal tetep aja ribet ngurusnya. btw salam kenal bro!
Situ mahasiswa Binus juga? Wah, sebuah kebetulan, ya! :)
Salam kenal juga, bro! :)
Gak pernah kenal semester pendek, gak pernah kenal sistem sehoror ini. Ya Allah, aku aja absen 4 kali masih bisa nangsi-nangis sama dosen supaya di ceklis kehadirannya.
Aku tipe yang malas bangun pagi dari dulu samapi tahun ke tiga, hahahaha.
Semangat, ke disiplinan itu pasti bakal mebuahkan hasil!
Gpplah berjuang sediki, berkorban sedikit untuk masa depan cerah. Hehehe.
Seriously kursi ruang besarnya kayak gitu? Ngapain bolos kalao bisa molor di kursi sekece itu? #ehh…
Gak pernah kena SP sih…kan rajin. Gimana gak rajin orang saya tinggal di asrama. Mau kabur ke mana?
itu ngadu kemana ko bisa ga jadi sp?gw juga lagi ngalamin ini, kelas besar gw jebol sekali, jadi merah